All Chapters of Jatuh Cinta Setelah One Night Stand: Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

31. Tenang Saja! Mas Kaizer Tak akan Datang

"Cepat ke sini!" sentak Lennon, membentak Selin supaya segera mendekat padanya. Selin keluar dari balik punggung Raymond, berjalan dengan langkah pelan karena ketakutan. Kepalanya menunduk, tak berani menatap siapapun. "Bisakah kau tidak kasar pada wanitamu?!" tegur Raymond dengan nada ketus, menatap dingin pada Lennon. "Kenapa?" Lennon balik menatap tajam pada putranya, "di depan istrimu kau membela perempuan lain. Apa kau suka pada perempuan ini?!" "Cih." Raymond berdecis sinis, "jangan memancing! Mengenai kencan-- aku tidak kencan dengannya. Aku hanya …-" "Iya, Ayah. Mas Kaizer dan Mama mertua tiri tidak kencan kok. Mas Kaizer ingin membeli hadiah untukku. Jadi dia mengajak Mama mertua tiri karena Mama mertua tiri seorang perempuan dan bisa memilih hadiah yang cocok untukku," jawab Carmen cepat, memotong ucapan Raymond. Raymond menaikkan sebelah alis–menoleh pada istrinya, cukup terkejut karena Carmen membela Selin. "Jangan berbohong, Chestnut." Lennon memperinga
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

32. Ternyata Tidak Berdua

"Ha-hadir!" seru Carmen gugup. "Kemari," dingin Raymond dari tempatnya. Carmen buru-buru menghampiri Raymond, di mana setelah di depan pria itu, Raymond mencekal tangannya lalu menarik Carmen pergi dari sana. "Mas Raymond ingin membawaku ke mana?" tanya Carmen, menatap suaminya bingung. Ah, dia sempat mengira Raymond akan bergabung di dapur lalu menghajarnya habis-habisan seperti waktu itu. Ternyata, Raymond membawanya pergi dari sana. "Sebentar lagi, Talita akan bersekolah. Aku ingin kau menemaniku membeli peralatan sekolah Talita," jawab Raymond enteng–Carmen hanya menganggukkan kepala, memilih menuruti suaminya. Hingga setelah di parkiran, perasaan Carmen berubah tak enak–gelisah dan sedikit sakit ketika melihat Siran dan Talita ada di mobil Raymond. Bahkan keduanya sudah duduk di depan, di mana saat Siran melihat mereka, perempuan itu langsung menunjukkan senyuman anggun. Carmen yakin, itu sebuah senyuman mengejek. Raut muka Carmen berubah tak bersemangat. Tahapan
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

33. Tertusuk Yang Sesungguhnya

Kebetulan dia sangat suka menulis dan meluapkan hal-hal kecil dalam sebuah kertas. Menulis kalimat singkat sebagai ungkapan perasaan yang dialami telah menjadi kebiasaan Carmen setelah mamanya meninggal. Carmen tak punya sandaran untuk menceritakan rasa sakit yang dia alami setiap hari akibat ayahnya yang sudah tak peduli padanya, jadi Carmen selalu menceritakannya dalam sebuah kalimat pendek yang ia tulis pada note. Dia punya Teresia untuk berbagi, akan tetapi Carmen cukup malu menceritakan keburukan ayahnya pada sahabatnya. Citra ayahnya sangat bagus di hadapan teman-teman Carmen, dia tak ingin merusaknya. Sejujurnya ayahnya baik. Namun, Carmen bukan … bagian dari hidupnya lagi. Setiap kali Carmen menulis sesuatu dalam note, dia akan langsung membakarnya. Carmen hanya butuh pelampiasan. "Aku mau itu," pinta Talita tiba-tiba, menunjuk ke arah sebuah buku mewarnai dan rak color pensil. "Humm, ambillah," ucap Raymond, menurunkan Talita dari gendongannya agar Talita bisa m
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

34. Aku Pengasuh

Carmen menghela napas pelan, mencoba menenangkan diri karena insiden tadi. "Coba saja sejak awal aku menganggapnya orang asing, aku pasti nggak akan sakit hati," gumam Carmen, tengah duduk melamun. Saat ini Carmen berada di sebuah cafe dan dia hanya sendiri. Carmen kembali menghela napas, mengaduk cappucino secara acak. Dia menunduk, terlihat menatap cappucino di cangkir kopi tetapi percaya lah tatapannya kosong. Sekeras apapun Carmen menyuruh dirinya untuk tak sakit hati, dia tetap sakit hati. Sebesar apapun usahanya untuk berusaha menyingkirkan perasaan tidak nyaman dalam hati, tetap saja Carmen tidak bisa. Mengingat telapak tangannya yang terluka, Carmen segera menatap luka kecil di sana. Yah, hanya setitik luka! Tetapi sungguh Carmen tak bohong, rasanya sangat sakit dan sakitnya seperti merambat hingga ke jemari dan kepala. Karena setitik luka itu, Carmen cukup takut untuk membulatkan tangan atau mengepalkan tangan secara kuat. "Ngapain juga yah tadi aku bantu Talita?" gum
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

35. Keinginan untuk Ganti Jiwa

Setelah mengatakan hal itu, Carmen meraih cangkir kopi–dia meneguk habis cappucino yang masih hangat, membuat dadanya yang terasa panas akibat sesak bertambah panas. Carmen mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja kemudian segera beranjak dari sana, melangkah buru-buru agar cepat keluar dari cafe ini. "Carmen," panggil Nicolas, berniat menyusul Carmen. Namun, sebelum pergi, dia membungkuk hormat pada Raymond dan istri pria itu. Carmen bilang perempuan itu istri Raymond, jadi dia merasa harus menghormatinya juga. "Carmen, tunggu aku …," teriak Nicolas di luar, suaranya yang kencang terdengar hingga ke dalam cafe. Sayangnya, Nicolas tidak bisa mengejar Carmen. Perempuan itu naik taksi dan pergi begitu saja. Raymond mengatupkan rahang, tangannya mengepal kuat dan matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar. Carmen dan pria itu-- mereka berpegangan tangan, berdua dan … Carmen tidak mengakuinya sebagai suami di hadapan pria itu. "Raymond, sepertinya Carmen semaki
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

36. Kamu Pria Jahat Mas!

"10 Miliar bukan?" Mendengar nama cinta sejatinya disebut oleh Lennon, mata Carmen langsung melebar. Senyuman indah seketika terbit di bibir. "Iya. Iya, Ayah mertua," ucap Carmen sembari menganggukan kepala dengan kuat. Melihat Lennon mengeluarkan cek, binar-binar terang seketika menghiasi manik perempuan cantik tersebut. Wow! Sebentar lagi Carmen dan cinta sejatinya akan bersatu. Akhirnya!! Lennon menyerahkan cek tersebut pada Carmen, dengan riang Carmen langsung menerima. Seperti sebelumnya, perempuan itu menghitung jumlah nol yang tertulis di sana lalu setelahnya mencium cek tersebut dengan penuh perasaan gembira. Namun, perasaan gembira tersebut berubah menjadi bencana ketika dia melihat sosok pria kejam yang ia hindari muncul di sini. Pria dengan tubuh tinggi dan gagah tersebut terlihat berjalan ke arah Carmen. Wajahnya begitu galak dan masih ada sisa kemarahan. Tatapan mata pria itu tajam, menghunus tepat ke arah Carmen. "Tidak tidak tidak!" gumam Carmen panik da
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

37. Aib Keluarga Abraham

Carmen buru-buru berlari ke arah pintu, berniat untuk kabur dari kamar. Namun sayangnya, pintu terkunci. Raymond yang menyadari Carmen telah lepas, segera menghampiri Carmen dengan langkah panjang dan cepat. Dia memeluk pinggang Carmen lalu menariknya secara paksa–membawa Carmen ke arah ranjang. "Kau tidak bisa kabur dariku, Carmen Gaura Abraham!" dingin Raymond, mengigit daun telinga Carmen cukup kuat. "Ahck!" Carmen menjerit sakit, meronta-ronta supaya pria ini melepaskannya. "Lepaskan aku! Lepas!" Bug' Alih-alih melepasnya, Raymond melempar Carmen ke atas ranjang kemudian dia menindihnya–langsung mendaratkan ciuman kasar dan penuh kemurkaan pada perempuan itu. *** "Andai kau menurut, pasti kau tidak akan merasakan ini, Sweetheart," ucap Raymond, membelai pinggiran wajah Carmen secara lembut. Carmen menepis kasar tangan Raymond dari wajahnya, mengusap air m
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

38. Jangan Cintai Aku Mas

Carmen ketiduran di sofa, dalam posisi duduk. Karena terkurung di kamar ini, Carmen memilih membaca buku memasak favoritnya. Namun, Carmen berakhir ketiduran. Derttttt' Deringan handphone terdengar dan cukup mengusik Carmen yang sedang tidur. Awalnya dia mencoba mengabaikan, tetapi deringan tersebut mulai menggangu dan membuat tidurnya tak nyaman. Carmen membuka kelopak mata, menoleh malas ke arah handphone yang berdering. Ketika dia ingin meraih handphone tersebut, Carmen baru menyadari sesuatu–pahanya terasa berat dan seseorang memegang tangan kirinya. Carmen sontak menunduk ke bawah, cukup terkejut mendapati Raymond tengah tidur dengan berbantalkan pahanya. Kekagetannya bertambah ketika melihat tangannya yang terluka telah dibalut dengan kain kasa. 'Apa Mas Kaizer yang mengobati? Ta-tapi … kenapa dia tahu tanganku terluka?' batin Carmen, memperhatikan telapak tangan yang sudah diobati–kini dibalut kain kasa. Derrrt' Handphone di sebelahnya kembali berdering. Perha
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

39. Tamparan Keras

"Tolong, maafkan kelalaianku hari ini, Sweetheart," pinta Raymond serak, berkata dengan nada berat dan rendah. Pelukannya semakin erat pada tubuh mungil istrinya yang sedang rapuh. "U'uhm." Carmen mengagukkan kepala, membalas pelukan Raymond secara tidak sadar karena dia merasa lebih baik dalam dekapan ini. Dia tidak percaya Raymond mencintainya dan menjadikannya prioritas. Tetapi, kalimat tak meyakinkan ini berhasil membuat Carmen entah kenapa merasa lega dan tenang. "Talita-- maaf jika keberadaannya membuatmu terganggu. Tolong berikan aku waktu untuk bisa memberitahumu." Lagi-lagi Carmen menganggukan kepala, efek mengantuk sehingga dia mengangguk-angguk saja. Tak lama, dia tertidur dalam dekapan Raymond. Selain makan, dia juga suka mengantuk jika sedang sedih. Jika level sedihnya hanya biasa, Carmen akan lapar. Namun, jika sangat sakit dan menyiksa, emosionalnya meluap lebih banyak, energinya jauh lebih cepat habis dan dia akan berakhir lelah–berujung mengantuk. "Ka
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

40. Impian Carmen?

"Ra-Raymond, tolong maafkan aku," ucap Siran gemetar, bertekuk lutut di depan Raymond dengan raut muka ketakutan. Mata perempuan itu melebar karena rasa takut, air matanya jatuh dan membanjiri pipi. Raymond bukan hanya membuatnya takut, akan tetapi memberikan rasa sakit di pipi. Raymond awalnya sudah lupa pada kemarahannya, akan tetapi mendengar suara Siran, amarah kembali menguasai dirinya. Dengan isyarat, Raymond menyuruh Diego menarik Talita. Setelah itu dia berjalan ke arah Siran dan memukul gelas ke kepala perempuan itu. Namun, sebelum itu terjadi, tangannya lebih dulu ditahan oleh seseorang. Sebuah tangan mungil menggenggam pergelangannya, menahannya agar tidak memukul gelas ke kepala Siran. "Aku takut pada pria kasar, Mas Kaizer," ucap Carmen gugup ketika Raymond menatap ke arahnya, dia buru-buru melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Raymond kemudian menjauh dari pria itu. Aura Raymond sangat mengerikan, pekat dan seakan melilit tubuh dengan kencang. Tatapa
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
PREV
1234568
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status