All Chapters of Jatuh Cinta Setelah One Night Stand: Chapter 41 - Chapter 50

74 Chapters

41. Diego Berbicara Tentang Raymond

"Umm-- ada kompetisi memasak yang diadakan oleh perusahaan ternama di negara kita. Hadiahnya-- OMG, your dream banget, Sayang!" pekik Teresia, mencubit pipi Carmen gemas. "Chef senior di sini sudah pada tahu tetapi karena jadwal mereka padat, mereka tidak bisa ikut. Hanya kamu dan aku yang bisa ikut, karena kita masih dianggap bocah sama mereka. Tetapi karena ini impian sahabatku, aku mempersilahkan mu dengan segala hormat," ucap Teresia manis, merangkul pundak Carmen dengan akrab. "Hadiahnya besar, pemenang pertama mendapat uang sebesar 5 miliar, sertifikat dan piala kemenangan. Juga berkesempatan kursus memasak dengan chef terkenal di dunia. Juara dua, dapat uang 3 miliar dan sertifikat. Kalau juara tiga, dapat uang 1 miliar sama sertifikat." Mata Carmen berbinar-binar mendengar hal itu, akan tetapi mengingat sesuatu dia menekan diri untuk tak terlalu antusias. "Umm, kompetisi ini diadakan oleh perusahaan apa?" "Perusahaan InMie yang berkolaborasi dengan lima universitas yang
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

42. Raymond Mengalah?

Indah. Tapi-- kenapa Carmen sedih? "Setelah Tuan sembuh, sebuah peristiwa naas terjadi. Siran hamil dan kehamilannya adalah bencana bagi keluarga kami. Suaminya menceraikannya karena masalah itu, dan seseorang yang menghamilinya tak ingin bertanggung jawab. Bahkan berniat membunuh janin Siran. Awalnya, Tuan juga tak ingin bayi itu lahir karena bagi Tuan, anak itu merupakan bencana. Siran menghilang dan kembali dengan seorang anak perempuan. Anak itu ingin dilenyapkan oleh keluarga Abraham, tetapi Tuan melindunginya. Tuan punya kenangan masa kecil yang sangat buruk, dan Talita-- penting bagi Tuan. Dia satu-satunya untuk Tuan dan dia tak ingin masa kecil Talita sulit sepertinya. Beberapa kali Tuan melindungi Talita yang berniat dilenyapkan oleh seseorang, beberapa kali juga dia berusaha mendapatkan hak asuh Talita-- karena Tuan tahu Talita akan menjadi luka untuk anda, sebab adanya Siran. Namun, Tuan selalu gagal mendapatkannya karena Tuan bukan ayah Talita. Sampai sekarang Tuan mas
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

43. Cinta yang Menakutkan

"Aku sudah mengumpulkan informasi tentang Nyonya Ura dari salah satu Maid yang pernah bekerja di rumah Nyonya, Tuan," lapor Diego pada tuannya–Raymond Kaizer Abraham. Semalam Raymond menghubunginya dan menyuruhnya mencari informasi tentang hubungan Carmen dengan ayahnya. Raymond melakukannya karena dia penasaran pada sesuatu. Raymond hanya tahu kalau istrinya kekurangan cinta ayahnya setelah ayahnya menikah lagi. Cinta yang seharusnya untuk Carmen dirampas oleh kakak tirinya. Namun, meski begitu ayahnya tetap menyayanginya. Hanya porsinya yang berkurang. Itu yang Raymond tahu! Akan tetapi setelah Raymond mendengar perkataan Carmen semalam, dia menjadi ragu. 'Jangan seperti ayahku.' Ucapan Carmen yang mengarah agar Raymond tak melakukan hal yang sama seperti yang ayah Carmen lakukan pada Carmen. Cara Carmen menyebut kalimat tersebut, seperti ada luka besar yang membuat perempuan ceria dan penuh semangat itu terlihat sangat rapuh. "Maid ini sangat bisa dipercaya, Tuan, karen
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

44. Sebuah Gaji Buta

Meski hanya lewat cerita, Raymond bisa merasakan rasa sakit dan pilu yang istrinya alami saat itu. 'Aku memang tembus pandang.' Mengingat ucapan istrinya tersebut, Raymond tersenyum miris. Ternyata itu bukan sebuah sindiran untuk Raymond saja, tetapi memang sebuah fakta menyakitkan bagi istrinya. Pantas saja istrinya menegaskan agar Raymond tidak mencintainya, karena Carmen takut dia diperlakukan seperti dulu. "Diego, Ura terluka karena ada Talita," ucap Raymond tiba-tiba dengan lirih, "mempertahankannya-- aku hanya akan menambah lukanya. Tapi aku tidak akan melepaskannya sampai kapanpun!" "Tuan, masalah anda dan Nyonya akan selesai jika Tuan jujur tentang Talita. Aku yakin, Nyonya akan tetap menerima Tuan. Sama seperti Nyonya menerima Tuan dahulu." "Aku tidak yakin." Raymond berkata cepat. "Apa yang membuat Tuan tidak yakin?" tanya Diego cepat. "Orang yang tumbuh bersamaku saja memilih meninggalkanku. Apalagi Ura-- dia tidak mencintaiku." "Bagaimana jika Nyonya menc
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

45. Syarat Untuk Mengetahui Kebenaran

Namun, saat dia akan masuk ke perusahaan, seorang bodyguard menghalangi dan menghadang Carmen. Bodyguard tersebut terasa asing bagi Carmen, membuat Carmen memicingkan mata–berusaha mengenali. "Ini bukan tempat bermain anak-anak, cepat pergi dari sini!" bentak bodyguard tersebut pada Carmen. Carmen menunjuk diri sendiri. "Aku-- anak-anak?" horornya, cengang dan kesal secara bersamaan. "Ck, cepat pergi! Tuan Harlen akan lewat, dan kau-- anak kecil, menghalangi jalan Tuan!" marah bodyguard itu lagi. Mulut Carmen menganga, semakin syok dan tak terima karena dia disebut anak kecil. "Anak ke--kecil?! Heh, Kakek, jangan panggil aku anak kecil yah! Aku perempuan dewasa! Asal Kakek tahu!" "Malah bawel! Cepat pergi!" usir bodyguard tersebut, sedikit tersentil karena dia dipanggil kakek oleh Carmen. "Hei, apa yang kau lakukan pada Nyonya kami?! Beraninya kau mengusirnya! Kau mau cari mati, Hah?!" marah seorang bodyguard yang baru datang. Carmen cukup mengenali wajahnya karena bod
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

46. Hari Perayaan

"Ya-yaaa … aku jatuh cinta. I love you, Mas Kaizer. Muachhh …." Carmen memperlihatkan cengiran lebar pada Raymond, mengedipkan mata beberapa kali agar terkesan meyakinkan. Raymond terdiam sesaat, menampilkan raut muka datar dan mengamati muka istrinya yang terlihat riang. "Kau yakin?" tanya Raymond datar. Carmen mengerjapkan mata kembali lalu menganggukkan kepala, "aku yakin dan aku tidak punya keraguan, Mas Kaizer tercinta," ucap Carmen, berbalik arah menghadap Raymond–melingkarkan kaki di pinggang pria itu. Demi sebuah kebenaran, Carmen nekat melakukan ini! "Berarti kau kalah?" Raymond menaikkan sebelah alis, menyentak inggang Carmen sehingga tubuh perempuan itu semakin rapat dengan tubuhnya. "Kalah menang, itu tidak masalah, Mas Kaizer. Terpenting aku cinta kamu. Ehehehe …." Di akhir kalimat Carmen cengengesan. Sebenarnya dia malu dengan tingkahnya tetapi dia sangat ingin mengetahui siapa sebenarnya Talita. "Kau hanya ingin tahu siapa Talita, bukan mencintaiku," ujar
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

47. Tawaran Perceraian

Jika dia hanya duduk, Carmen tidak akan bisa menjangkaunya. "Aku sudah menuruti kemauan Mas Kaizer. Sudah merayakan hari cinta, sudah mengikuti kemauan Mas juga, menjadi baik, penurut dan tidak membangkang. Tapi-- sampai sekarang Mas tidak memberitahuku siapa sebenarnya Talita. Mas pembohong yah?" Raymond tersenyum tipis, menoleh sejenak pada istrinya. "Kau cerewet juga," ucapnya pelan. "Mas, cepat bilang!" Carmen yang kesal menutup kepala Raymond dengan handuk. "Karena aku menang dan kau mengaku mencintaiku sebelum tiga bulan berakhir, maka aku berhak meminta sesuatu padamu." Gluk' Carmen meneguk saliva secara kasar, firasatnya buruk! Jangan-jangan Raymond …- "Aku ingin kau memberiku waktu untuk bisa mengungkap siapa Talita padamu," lanjut Raymond. Carmen langsung menjauh dari Raymond, seketika membaringkan tubuhnya di ranjang. Sudah ia duga dan Raymond sangat mengecewakan! Raymond menoleh ke belakangnya, mendapati Carmen yang sudah berbaring di ranjang. "Aku berjanji a
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

48. Sebuah Aib yang Menyedihkan

"Weisss … santai!" Carmen dengan cepat mengangkat kedua tangan, seolah seperti kriminal yang terkepung oleh para polisi. "Dan jangan terlalu bangga pada Raymond-mu yang sangat tampan itu! Dia Lucifer! Keji dan tak bermoral. Dia membuatku bercerai dengan istriku!" geram Harlen, memperlihatkan air muka marah. 'Dasar bocah! Sukanya bermain-main dan sulit diajak serius!' batin Harlen, berusaha tetap tenang menghadapi Carmen yang menurutnya sangat menyebalkan. Dia jelek dan buto ijo?! Apa itu buto ijo?! Sialan! Istri Raymond membuatnya naik darah. "Kau Talita siapa? Dia anak Raymond dan Siran." Deg deg deg' Seketika itu juga wajah santai Carmen berganti dengan wajah tegang. Pundaknya langsung tegap dan jantungnya seketika berdebar kencang. "Raymond selingkuh darimu. Lima tahun yang lalu, dia menghamili Siran–memperkosanya dengan keji." Carmen mengerjap-erjap, sesak di dadanya perlahan mulai hilang. Meskipun dia tidak lega, tetapi dia sedikit lebih tenang. 'Bagaimana bisa
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

49. Tak Sengaja Mendorong

"Oh iya, kamu sudah bertemu dengan Tuan Raymond, Carmen?" "Hah?" Raymond cengang, cukup kaget mendengar pertanyaan Vinsen. Bertemu dengan Raymond? Memangnya Raymond ada di sini? "Aku melaporkan kedatangan Tuan Harlen pada Tuan Raymond karena aku khawatir Tuan Harlen berniat mencelakaimu," ucap Vinsen dengan nada ramah dan tenang, "Dan Tuan Raymond datang untuk menemui." "Tapi aku tak bertemu dengannya, Chef." Carmen menggelengkan kepala secara berulang kali, pertanda jika dia tidak bertemu dengan Raymond. "Sepertinya Tuan sudah pulang," jawab Vinsen, sedikit bingung karena Raymond tak menemui Carmen. Apa telah terjadi sesuatu antara Raymond, Carmen dan Harlen? Pada akhirnya Carmen kembali melanjutkan pekerjaan, berusaha mengalihkan pikiran dari masalah Raymond dan yang lainnya. *** Hari ini Carmen dan Talita pulang lebih cepat. Carmen tak menghubungi Raymond karena dia ingin pulang dengan Teresia. "Kuperhatikan hubunganmu dan Tuan Raymond semakin membaik." Teresia
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

50. Ingin Membakarmu Hidup Hidup

"CARMEN!" potong Raymond cepat, membentak Carmen dengan suara menggelegar dan kuat–membuat semua orang di ruangan tersebut menunduk takut. Carmen terlonjak kaget mendengar bentakan Raymond, matanya seketika berkaca-kaca dan hatinya terasa sangat sakit. Mata Carmen mengerjap secara berulang, langsung mengigit bibir atas untuk menahan diri tak menangis. Pada akhirnya karena tak mampu, Carmen menundukkan kepala. 'CARMEN!' bentakan Raymond mengiang dalam kepalanya, membuat rasa sakit dalam hati kian bertambah. Air mata Carmen jatuh, pelan-pelan dia mengusapnya–masih menundukkan kepala karena tak berani menatap siapapun di sana. Diam-diam para maid mencuri pandang pada Carmen, tatapan mereka tak tega–kasihan pada Carmen yang dibentak oleh Raymond. "Menyingkir!" bentak Raymond lagi saat melewati Carmen, menyenggol pundak Carmen karena dia terburu-buru. Kepala Talita mengeluarkan banyak darah dan wajah Talita sudah sangat pucat. Carmen membiarkan tubuhnya disenggol oleh Raymond
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status