Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 161 - Chapter 170

201 Chapters

161. Setelah Dua Bulan 2

Dua bulan kemudian ....Hening dini hari menyelubungi apartemen di lantai delapan. Lampu-lampu kota masih berkedip di kejauhan. Sementara cahaya remang dari dapur menyorot meja makan tempat Aruna duduk berdua dengan Giska. Di sebelah meja ada Mbak Sari, pengasuh setia mereka sibuk menyiapkan dua mangkuk sup ayam hangat dan beberapa potong kurma.Ini hari ketiga mereka sahur hanya bertiga. Dan ini tahun pertama di mana Aruna tak menjalani puasa bersama dengan sang suami."Ma, nanti kita buka puasanya bareng Papa, kan? Kemarin Papa bilang ngajakin kita buka puasa bareng?" tanya Giska polos. Tangannya menggenggam sendok kecil yang sudah masuk ke dalam mangkuk nasi."Insyaallah," jawab Aruna sambil tersenyum.Kemarin siang, Tristan memang datang di apartemen mereka untuk mengantarkan buah dan snack pesanannya Giska. Namun hanya bertemu Giska sama pengasuhnya saja. Sebab Aruna masih di kantor.Mata Aruna menatap lekat wajah kecil di hadapannya. Dua bulan mereka tinggal di apartemen itu. Ar
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

162. Setelah Dua Bulan 3

"Pasti kukasih tahu kalau kita nanti bertemu. Kamu juga sibuk kan, Mas. Kita saling mendoakan saja yang terbaik. Nggak semua yang kita inginkan itu harus kita miliki. Tapi semua yang kita butuhkan, pasti akan Allah beri. Seperti berwirausaha ini, siapa tahu aku punya peluang di sini.""Baiklah, nanti kita buka puasa bersama. Dari kantor aku langsung ke apartemen. Aku ingin ngobrol sama Giska sebentar.""Iya." Aruna kembali melangkah ke meja makan. Memberikan ponselnya pada sang anak. "Papa ingin ngomong."Giska ngobrol, Aruna kembali melanjutkan makannya. Selama berpisah tempat tinggal, Tristan sudah beberapa kali mengajaknya kembali ke rumah. Namun Aruna belum menyetujui.đź–¤LSđź–¤"Kamu kelihatan makin kurus sekarang?" seloroh Bre menyalami Tristan yang berkunjung ke kantornya pagi itu.Tristan tersenyum hambar. "Banyak kerjaan.""Tidak usah bohong," ujar Bre sambil duduk. Tampak Tristan menghela nafas panjang.Jelas sekarang semuanya tak sama. Walaupun kadang Aruna sangat cerewet, tap
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

163. Beri Kesempatan 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Beri Kesempatan Author's POV Tristan mengukir senyum saat Giska berlari memeluknya. Ia memberikan buket bunga ukuran kecil pada putrinya. "Untuk putri kecilnya papa," ujarnya."Makasih, Pa."Kemudian Tristan berdiri tegak ketika Aruna menghampiri mereka. Pria itu tersenyum. Lalu mengulurkan buket bunga. "Untukmu."Aruna menerima bunga itu. Matanya bergerak pelan menatap kelopak lili yang segar. "Makasih," jawab Aruna singkat. Tahu nggak, dulu ia berharap sesekali dikasih hadiah kecil, contoh sederhana buket seperti itu. Namun sekali saja Tristan tidak pernah memberikannya. Dia hanya memberikan uang dan menyuruh Aruna membeli sendiri hadiahnya. Jadi ini untuk pertama kalinya setelah mereka tujuh tahun menikah, pria itu memberikan bunga. "Yuk, kita berangkat sekarang!" ajak Tristan lalu membuka pintu belakang untuk putrinya. Membantunya duduk dan memasang sabuk pengaman di car seat. Ketika hendak membukakan pintu depan, Aruna sudah lebih dulu membuka sendiri.
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

164. Beri Kesempatan 2

Aruna memandang ke luar jendela, menatap lampu-lampu mobil yang menyala, bergerak seperti berkejaran karena mengikuti laju kendaraan. Bunga ini, buka puasa, bahkan pujian itu, kenapa semua datang setelah luka terlalu dalam. Dikala dia sudah benar-benar rela melepaskan Tristan untuk mencari perempuan sesuai kriterianya selama ini.Sedangkan Tristan menghela napas pelan. Hatinya nyeri. Baru sekarang benar-benar merasa takut kehilangan. Disaat Aruna mungkin sudah lelah dan mati rasa.Azan Maghrib berkumandang. Suara muazin terdengar merdu dari masjid tak jauh dari restoran."Alhamdulillah," ucap serempak mereka bertiga."Kita buka puasa dulu." Tristan menyodorkan mangkuk keramik berisi kurma. Setelah itu menikmati puding dan Aruna pamitan untuk salat Maghrib dulu. Baru nanti makan. "Aku maghriban dulu, Mas!""Iya. Kita gantian saja."Aruna bangkit dari duduknya setelah mengambil pouch mini berisi mukena dari dalam tasnya. "Giska, yuk kita salat dulu!""Iya, Ma." Bocah perempuan itu langs
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

165. Beri Kesempatan 3

"Runa, mereka teman-temanmu. Dia mau menyapamu tadi. Tapi kamu mengajak kita berbelok di sini," bisik Tristan seraya memandang lima orang wanita sedang menaiki eskalator dan tiga di antaranya masih menatap ke arah mereka."Biar saja," jawab Aruna pelan.Tristan menelan ludah. Demi dirinya, Aruna menjauhi mereka. Bahkan saat di rumah sakit pun Aruna tidak dijenguk teman-temannya karena mereka pasti tidak tahu kabar kecelakaannya."Kita pulang sekarang, Mas. Aku capek," kata Aruna. "Oke."Sampai di apartemen, Tristan tidak langsung pulang meski Giska sudah tidur."Mas, nggak pulang. Besok kerja, kan?" seloroh Aruna yang sudah berganti pakaian. Baju muslimah menjadi daster rumahan sepanjang lutut. Rambutnya dicepol ke atas, menampilkan lehernya yang bersih. Tristan menggosok tengkuknya. Keinginan itu mendadak muncul.Tristan menghampiri Aruna dan duduk berhadapan di mini bar. Tangan pria itu menggenggam tangan Aruna yang terletak di meja."Aku ingin memperbaiki semuanya. Kalau kamu beri
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

166. Kita Suami Istri 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Kita Suami Istri Author's POV [Mbak, tolong bukakan pintu.] Tristan mengirimkan pesan pada pengasuh anaknya. Kalau mengetuk pintu atau membunyikan bel, khawatir mengganggu tidurnya Giska. Kalau Aruna mungkin saja belum tidur, karena mereka baru berpisah beberapa menit saja.[Ya, Pak.]Tidak lama pintu terbuka. Tristan langsung masuk."Ibu sepertinya sudah tidur, Pak," kata si mbak lirih. Wanita itu tidak tahu tentang keributan tadi, karena dia sudah di kamar dan tidur bersama Giska."Nggak apa-apa, Mbak. Saya di sofa saja." Tristan menata bantal sofa lalu berbaring. Mbak Sari mengambil selimut lantas memberikannya kepada sang majikan.Tristan memandang pintu kamar Aruna yang tertutup rapat. Ia yakin sekali istrinya belum tidur. Pria itu memejam dengan satu lengan menumpang di keningnya. Namun sepanjang malam, dia tidak bisa tidur. Keinginan yang memberontak dalam diri begitu menyiksanya. Pukul tiga pagi, Aruna terbangun. Dia kaget melihat suaminya meringkuk
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

167. Kita Suami Istri 2

Bre masuk ke ruang meeting di dampingi oleh Mbak Sri, wanita bertubuh subur yang bertugas di bagian HR (Human Resource).Pria itu duduk tenang di kursinya. Di hadapannya ada lima gadis muda yang akan menjalani masa magang duduk berjajar. Menampilkan wajah-wajah penuh harapan dan semangat.Sejenak Bre membuka percakapan. Sebab profil perusahaan Hutama Jaya pastinya mereka sudah tahu sebelum mengajukan diri untuk magang di sana. Tentang situasi kantor juga sudah diperkenalkan oleh Mbak Sri. Cuman Bre memang belum sempat berkenalan dengan mereka kemarin pagi."Perkenalkan, nama saya Indira," ujar salah satu dari mereka. Suaranya tenang dan percaya diri. "Saya kuliah di Universitas Ud*yana, jurusan Administrasi Bisnis."Bre mengangguk pelan, memperhatikan cara bicara mereka satu per satu. Gadis kedua hingga kelima menyusul memperkenalkan diri. Bahasa tubuh mereka sopan dan rapi, meski Bre menangkap sorot canggung di mata mereka. Wajar, ini hari pertama. Namun gadis pertama, terlihat penuh
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

168. Kita Suami Istri 3

Bre memberikan barang bawaannya pada Mak As, lalu ia mendekati istrinya yang baru saja mematikan kompor. "Masak apa?""Sup iga yang Mas request kemarin.""Sudah selesai.""Sudah.""Rifky mana?""Habis mandi, main di kamar sama Leon."Bre meraih jemari sang istri lalu diajaknya ke kamar mereka. Bre langsung terlentang di kamar. Sedangkan Hilya membuka lemari untuk menyiapkan pakaian."Sayang, sini dulu. Mas mau ngomong." Bre menarik istrinya dan direbahkan di lengannya. Mereka sama-sama memandang langit-langit kamar."Tadi pagi, Arham mengirim pesan. Dia belum bisa jenguk Rifky lagi karena urusan perceraian dengan Atika belum selesai."Keduanya saling pandang. Begitu lamanya? Sudah berapa bulan saja sekarang. Pasti Atika yang membuat semuanya menjadi sulit."Kabar kedua, anak magang dari Ud*yana sudah sampai kemarin. Hari ini bertemu dengan Mas. Mereka ada lima orang. "Terus yang ketiga, perjalanan pulang tadi Mas di telepon sama Agatha. Dia sudah ada di Surabaya dan kembali ke Singap
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

169. Keputusan 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Keputusan Author's POV Aruna membantu Giska melepaskan mukena, lalu melipatnya dan ditaruh di atas meja. Bocah itu naik ke atas tempat tidur untuk menyusul papanya. "Papa, sudah sembuh?" Giska meletakkan telapak tangan di kening sang papa. "Udah nggak panas. Papa, sudah sembuh?"Tristan mengangguk lalu memeluk putrinya. Menggelitik pinggang bocah itu yang membuatnya terkekeh. Mereka bercanda beberapa lama. Giska juga menemani papanya makan.Namun tetap saja kepala Tristan terasa semakin berat. Tadi nyaris saja ia berhasil menyentuh Aruna. Namun keberadaan Giska membuyarkan segalanya. Anak itu pulang dari salat tarawih lebih cepat dari perkiraannya. Dan pintu kamar lupa tidak dikunci."Mama, Giska ngantuk," rengek Giska seraya mengucek kedua matanya."Tidur sini aja sama Mama, ya?" Aruna menepuk bantal di sampingnya. Giska yang sudah ngantuk berat mengangguk lalu merebahkan diri. Sebentar saja bocah itu terlelap.Aruna turun dari atas tempat tidur, lalu masuk k
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

170. Keputusan 2

Jam enam pagi, Tristan sudah berpakaian rapi. Dia harus ke kantor lebih awal karena beberapa hari ini tidak bisa fokus pada pekerjaan.Ia menghampiri Aruna yang tengah membukan gorden jendela kamar. Tristan memeluknya dari belakang. Tentu saja dia terlihat segar, karena tadi malam mendapatkan apa yang ia mau. Perlahan Aruna melepaskan tangan Tristan dari perutnya tanpa memandang sang suami. "Sore nanti aku nggak akan pulang ke rumah, tapi langsung ke sini."Aruna memandang suaminya sekilas, lalu mengambil keranjang baju kotor dan membawanya keluar kamar.Tristan masuk ke kamar putrinya. Namun Giska masih tertidur pulas. Hari ini dia masih libur awal puasa. Diciumnya pipi sang anak, baru ia keluar kamar.đź–¤LSđź–¤"Mbak Sri, bawakan data anak-anak magang kemarin pada saya." Bre menghampiri Mbak Sri sebelum masuk ke ruangannya."Baik, Pak."Sejak awal Bre curiga dengan salah satu di antara kelima gadis itu. Ada yang terasa aneh saja. Sebab baru kali ini perusahaannya menerima peserta mag
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status