Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 141 - Chapter 150

201 Chapters

141. Maaf 3

"Saya harus bagaimana, Ustadz?""Dari segi hukum Islam, wali nikah yang paling utama adalah ayah kandung, kecuali ada uzur syar’i yang membuatnya tidak bisa menjadi wali. Jika tidak tahu keberadaannya dan tidak bisa dihubungi, wali nikah bisa diwakilkan pada hakim. Tapi sekarang Dek Asmi bisa menghubungi beliau, kan?"Asmi menggigit bibir, hatinya terasa semakin berat. "Kami bahkan tidak pernah bicara. Bapak pergi sejak dua puluh satu tahun yang lalu. Nggak pernah mencari kami, nggak pernah memberi kabar. Sekarang tiba-tiba muncul mendekati hari pernikahan. Berat rasanya saya menelpon meminta restu."Ustadz Izam menghela napas. "Saya mengerti. Kepergian beliau selama 21 tahun tentu meninggalkan luka. Dan kini ketika pernikahan kita tinggal hitungan jam, tiba-tiba ada kesempatan untuk menghubunginya."Dalam Islam, jika seorang ayah tidak menjalankan tugasnya sebagai wali, maka hak perwalian bisa berpindah ke wali hakim. Secara hukum agama dan negara, pernikahan kita besok tetap sah. Ta
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

142. Setelah Sadar 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Setelah SadarAuthor's POV "Ma," panggil Aruna tak terdengar. Hanya bibirnya saja yang bergerak pelan.Bu Ardi bangkit lalu mendekat ke wajah putrinya. "Alhamdulillah, kamu sadar, Nak. Mama panggil dokter dulu."Ketika hendak beranjak, cekalan tangan Aruna yang masih lemah mencegahnya. Bu Ardi kembali memandang sang anak. Dari sudut mata mengalir air bening. Aruna juga menggeleng."Dokter harus tahu kamu sudah sadar," suara Bu Ardi bergetar saking bahagianya."Aku sudah sadar sejak pagi tadi, Ma," ucap Aruna terdengar sangat lemah dan lirih.Benar, Aruna sadar saat Tristan duduk di sampingnya. Namun ia memilih diam karena suaminya juga diam. Waktu sadar tadi, Aruna seperti melayang. Bingung dia ada di mana. Tubuhnya terasa remuk redam. Sakit hampir di sekujur raganya. Kepala juga terasa sakit. Yang tercium hanya bau khas rumah sakit dan Tristan yang duduk menggenggam jemarinya.Hingga ia teringat terakhir kali apa yang terjadi sebelum kesadarannya hilang. Dalam
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

143. Setelah Sadar 2

"Runa, Zara sudah memaafkanmu. Mama tadi menemuinya. Nanti kalau sudah selesai acara, dia akan menjengukmu. Tristan juga bilang sama mama, kalau kamu sembuh, dia juga ingin memperbaiki hubungan kalian."Tubuh Aruna terguncang. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Sudah terlalu pesimis bisa memenangkan hati suaminya. Menyerah mungkin lebih baik. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk berusaha memiliki hatinya Tristan. Beberapa saat setelah berusaha menenangkan dan meyakinkan putrinya, Bu Ardi pamitan keluar. Aruna sendirian dalam ruangan yang sepi. Dia takut sekali menghadapi semuanya setelah keluar dari ruangan itu.Melihat mertuanya keluar ruang ICU, Tristan bangkit dari duduknya dan menghampiri. Perasaannya kian cemas melihat wajah sembab Bu Ardi. "Bagaimana, Ma?""Dokter bilang kondisi Aruna membaik," jawab Bu Ardi lantas duduk. Dihampiri oleh sang besan yang mengusap punggungnya. Bu Fadlan berusaha menenangkan.Tristan yang hendak masuk ke dalam dicegah oleh seorang perawat. Tidak
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

144. Setelah Sadar 3

"Kamu tahu baik buruknya istri kadang tergantung pada suami. Bagaimana Aruna tidak mencari kesibukan di luar, berkumpul dengan teman-temannya karena di rumah dia tidak mendapatkan perhatian dari suami yang ia cintai. Pada hakekatnya, manusia akan pergi di mana dia akan dihargai dan dibutuhkan. Meski teman-temannya hanya memanfaatkannya saja."Tristan diam mendengarkan papanya bicara. Kekhawatiran merajai hati. Takut Aruna tidak akan bangun lagi. Tristan menunduk, matanya memerah. Baru kali ini ia merasakan ketakutan yang luar biasa. "Aruna mungkin nggak seperti perempuan yang kamu impikan, yang cerdas berwawasan luas, yang bisa mengimbangimu berpikir tentang segala permasalahan perusahaan."Tris, kadang wanita independen itu egois. Tidak mau mendengarkan suami karena merasa ia bisa. Merasa sudah bisa mencukupi diri sendiri. Berapa banyak kasus pernikahan karena perempuannya terlalu mandiri. Nggak semua seperti itu. Mama hanya memberimu gambaran. Kamu juga harus paham, nggak semua yan
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

145. Bayang Penyesalan 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Bayang Penyesalan Author's POV Tanpa sadar, Arham larut dalam harunya pertemuan mereka. Selama menikah dengan Hilya, belum pernah bertemu sekali saja dengan bapak mertuanya. Jiwa Arham terusik, apakah kelak nasibnya kurang lebih seperti mantan mertuanya?Perlahan Arham mengendarai mobilnya meninggalkan tempat itu.Sementara di dalam rumah Hilya, tampak seorang laki-laki duduk di ruang tamu sambil menyeka air mata. Mata Mbak Asmi juga memerah, sedangkan Hilya diam dengan tatapan hampa.Pak Umar duduk di hadapan kedua putrinya, tangan gemetar, jemarinya saling meremas. Napasnya berat, mata yang sayu menatap wajah-wajah yang dulu mungil dalam ingatannya, kini telah tumbuh menjadi perempuan dewasa dan cantik. Mbak Asmi lebih banyak menunduk menyembunyikan perasaannya, sedangkan Hilya dengan tatapan tenangnya.Setelah Bre menitipkan Rifky pada sepupunya Hilya, ia mendekati sang istri dan duduk di sebelahnya. Digenggam tangan kiri Hilya dengan erat. Pak Umar meman
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

146. Bayang Penyesalan 2

Tangis Pak Umar pecah lagi. Tersedu-sedu ia hendak meraih Yazid dan Rifky. Namun kedua bocah itu malah mepet ke Budhe Par. Rifky mengulurkan tangannya pada Bre yang duduk tidak jauh darinya. Bocah itu takut. Sementara Yazid, setelah menyalami langsung duduk di samping bundanya.Bre segera bangkit untuk meraih anaknya. Dia tidak boleh memaksa karena Rifky masih takut. "Mungkin besok anak-anak sudah nggak merasa asing lagi, Pak. Mereka akan tahu kalau Bapak adalah kakeknya."Pak Umar mengangguk."Bapak, habis perjalanan jauh. Sekarang istirahat saja dulu. Semua sudah terjadi, nggak perlu dibahas lagi. Terima kasih Bapak sudi datang menjadi wali nikahnya Mbak Asmi. Mari, Bapak istirahat dulu," ucap Hilya dengan dingin seraya bangkit dari duduknya dan mempersilakan bapaknya untuk masuk ke dalam. Ia menunjukkan kamar yang sudah dipersiapkan.Pak Umar manut. Dia masuk ke kamar di mana dulu menjadi peraduannya dengan Bu Hayati. Lelaki itu duduk di tepi pembaringan, jiwanya kembali tersayat.
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

147. Bayang Penyesalan 3

Tubuh Pak Umar kembali terguncang. "Hidup anak-anakku di sana juga nggak baik-baik saja, Mbakyu. Anak tiriku bercerai juga. Nurul, anak perempuanku juga terkena kasus narkoba. A-aku pun telah menerima karmaku. Hidupku nggak pernah tenang dan bahagia.""Waktu Hilya dan Bre berbulan madu di Bali, katanya sempat melihatmu.""Ya. Waktu itu ada saudara istriku mengajak kami sekeluarga menginap di resort yang sama dengan yang ditempati Hilya." Pak Umar menceritakan perjalanan hidupnya di sana yang tidak baik-baik saja. Apalagi setelah tua dan pensiun, seperti tidak ada harganya sama sekali. Masih bekerja saja tidak punya kuasa memegang uang, apalagi sesudah pensiun. Makanya untuk perjalanan ke Surabaya, ditanggung oleh Bre karena istrinya tidak peduli."Kamu berapa hari di sini?""Nggak lama, Mbakyu. Aku nggak mau membebani Asmi dan Hilya." Meskipun di Bali serasa tak berharga dan tidak dipedulikan, tapi memutuskan menetap di Surabaya juga tidak tahu diri namanya. Dia tidak pernah membiayai
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

148. Posisiku di mana? 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Posisiku di mana?Author's POV Dada Tristan berdegup kencang saat matanya menangkap sosok Aruna yang sudah membuka mata. Senyum harunya terbit seraya memandang wajah pucat sang istri. Diusapnya air mata di sudut netra Aruna.Aruna menoleh perlahan, matanya yang sembab menatap Tristan dengan sorot terkejut. Dia ketahuan juga akhirnya. Memang ia harus siap untuk itu. Mau sampai kapan berpura-pura sedang ia pun harus pindah di kamar perawatan.Tristan menggenggam tangannya erat. "Aku panggilkan dokter dulu."Namun Aruna menggeleng. Menghentikan Tristan yang hendak melangkah pergi. "Tidak usah, Mas. Dokter tahu aku sudah sadar," suaranya lemah, hampir tak terdengar."Runa, aku senang sekali kamu sadar. Cepat sembuh ya, kita segera pulang." Tristan menggenggam jemarinya. Aruna tersenyum kecil, tapi itu bukan senyum kebahagiaan. Namun senyum pedih seseorang yang kehilangan harapan. Rasanya seperti ada jarak yang lebih lebar di antara mereka. Ah, sejak kapan juga mer
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

149. Posisiku di mana? 2

Saat itu Tristan menunduk dengan tubuh terguncang karena tangis. Putus dengan Zara, ia tidak menangis meski sesaknya hati seperti apa. Sakitnya separah apa. Tapi mendengar Aruna bicara demikian, jiwanya meronta karena rasa bersalah yang teramat dalam."Kita bercerai saja. Aku sudah siap, Mas. Jangan iba padaku atas yang terjadi hari ini.""Nggak, Runa," potong Tristan cepat. "Kamu sudah berjanji padaku kalau kita akan memperbaiki semuanya. Maafkan aku sudah menyakitimu.""Mungkin memang Mas nggak bisa bersama dengan Mbak Zara atau pun Hilya. Tapi suatu hari nanti Mas bisa menemukan wanita seperti impianmu selama ini.""Runa." Tristan menggenggam erat jemarinya. "Aku nggak ingin kita bercerai. Maafkan aku. Cepat sembuh dan kita pulang. Kita mulai semuanya dari awal."Aruna terisak-isak. Dulu kalimat ini yang ingin sekali didengar. Namun disaat sekarang berada di titik terendah, ia meragukan itu. Sekian lama disaat dirinya dalam kondisi sehat, cantik, bisa melayani suaminya setiap waktu
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

150. Posisiku di mana? 3

"Runa saudaraku satu-satunya yang sangat aku cintai. Aku tahu mentalnya seperti apa. Makanya kalau aku tahu kenyataan yang sebenarnya, aku orang pertama yang akan menentang tindakan papa. Padahal saat itu, teman baikku mati-matian mencintai dan ingin mendekati Runa. Aku bilang ke dia, bahwa Runa sudah dilamar pria lain."Dada Tristan semakin teremas-remas."Mama sudah cerita tentang keinginan Runa untuk berpisah, juga keinginanmu untuk bertahan. Aku nggak tahu apa alasanmu bertahan? Tapi aku tahu kenapa Runa ingin berpisah. Karena dia sudah lelah dan sakit. Itu memang kesalahannya sendiri. Namun sebagai kakak, aku nggak tega. Setiap orang punya kesempatan menebus kesalahannya. Setiap orang berhak mendapatkan kata maaf."Sekali lagi aku nggak bisa nyalahin kamu. Awalnya salah papa dan adikku. Tapi kasih aku kesempatan, aku ingin Runa sembuh dulu baik secara fisik atau pun mentalnya. Baru kalian bicarakan, mau dibawa ke mana hubungan kalian.""Aku ingin memperbaiki hubungan ini, Mas. Ka
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
21
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status