Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 121 - Chapter 130

201 Chapters

121. Hasil Tes 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Hasil Tes Author's POV "Hilya." Nama Hilya pun dipanggilnya.Mbak Asmi dan Hilya saling pandang. Begitu juga dengan Bre. Ia menoleh pada istri, kakak iparnya, dan lelaki di belakang sana."Siapa, Mbak?" tanya Bre."Bukan siapa-siapa. Nggak usah dipedulikan, Bre," jawab Mbak Asmi lalu membimbing anaknya naik ke mobil. Laki-laki di belakang mengejar dengan langkah tuanya yang terlihat berat. Sedangkan wanita tua yang bersamanya tetap berdiri di tempat."Nak Asmi, Bapak itu menyusul kalian," kata Bu Rika yang sudah duduk di dalam mobil. Memperhatikan ke arah lobby. Mbak Asmi dan Hilya menoleh. Bre yang mengendong Rifky juga belum membuka pintu mobil.Laki-laki dengan wajah sendu itu mematung dengan jarak dua meter dari mereka. Belum sempat bicara, seorang wanita lebih muda berteriak sambil mendekat dengan nada agak geram. "Ayo, Pa. Ngapain sih? Telat nanti kita!"Mbak Asmi langsung masuk ke mobil diikuti oleh Hilya. Bre juga membuka pintu depan. Laki-laki tadi d
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

122. Hasil Tes 2

Kemudian mereka sampai di bandara. Check in, duduk menunggu di boarding lounge. Namun tidak ada cerita lagi tentang Pak Umar. Bre menggenggam jemari Hilya yang duduk di sebelahnya. "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya lirih. Bre khawatir karena wajah istrinya yang pucat. Lemas juga. Mungkin karena pertemuan tak terduga tadi. Hilya menggeleng. Tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pusing. Perjalanan bulan madu ini, diakhiri dengan sesuatu yang tidak disangka. Jujur ia pun penasaran, apa selama ini bapaknya tinggal di Bali. Kenapa tadi ada di resort yang sama dengan mereka. Sedang liburan atau bagaimana?Mbak Asmi duduk bersebelahan dengan Bu Rika di deretan bangku depan Bre dan Hilya. Sedangkan anak-anak tengah berdiri di dekat dinding kaca sambil memperhatikan deretan pesawat yang berjajar di depan sana. Beberapa menit kemudian ada panggilan agar para penumpang segera memasuki pesawat. Bre bangkit dari duduknya lalu menggendong Rifky dan menggandeng Yazid. Mereka beriringan untuk boarding.
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

123. Hasil Tes 3

"Baik loh Pak Guru itu, Mbak. Selama ini nggak pernah ada gosip aneh-aneh walaupun dia duda," ujar Hilya."Iya," jawab Mbak Asmi singkat. Tentu saja Izam menjaga citra baiknya sebagai guru dan ustadz."Mbak, aku mau nanya serius. Beneran Mbak dekat lagi sama Mas Izam?"Mbak Asmi duduk seraya meletakkan sepiring ubi rebus di meja depan mereka. "Sebenarnya sejak dua mingguan yang lalu, dia ngirimi pesan ke mbak, Hil. Awalnya ya hanya basa-basi ngomongin Yazid yang akan diikutsertakan lomba azan sama menulis kaligrafi.""Lalu ...." Hilya tak sabar."Dia ngajak ta'aruf."Mata Hilya sontak membulat dan berbinar. Ini kabar yang ia tunggu-tunggu. Jadi dia bisa tenang ikut Bre pindah ke Malang kalau kakaknya dalam penjagaan pria yang tepat. Izam duda cerai mati. Istri pria itu meninggal sudah tiga tahun yang lalu tanpa meninggalkan seorang anak. Istrinya sakit kanker semenjak sebelum mereka menikah. Namun Izam tidak meninggalkannya. Tetap menikahi wanita itu hingga pada akhirnya juga meningga
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

124. Hadiah Terindah 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Hadiah Terindah Author's POV "Paket atas nama siapa, Mas?" tanya Mbak Asmi."Atas nama Mbak Hilya. Bener kan di sini alamatnya, Mbak?" Kurir itu menunjukkan alamat yang tertera di kotak paket."Iya," jawab Mbak Asmi setelah membaca alamat. Saat itu Hilya berdiri dan menghampiri sang kakak."Dari Arham, Hil," ujar Mbak Asmi setelah membaca siapa pengirimnya.Mereka menerima paket itu dan langsung membukanya setelah kurir pergi. Rifky yang 'kepo' meninggalkan mainannya dan mendekati sang mama. Mata beningnya langsung berbinar saat melihat ada mobil mainan dikeluarkan budhenya dari dalam kotak."Hmm, aku syuka," ujarnya lucu sambil mengangkat mainannya. Tidak hanya mainan, tapi juga tiga pasang pakaian, dan snack. Pada saat yang bersamaan, ponsel Mbak Asmi berdenting. Ada pesan masuk dari Arham.[Paket untuk Rifky sudah sampai, Mbak? Maaf, saya belum bisa datang menjenguk. Saya masih ada urusan. Salam buat Rifky, Mbak.]Hilya ikut membaca pesan yang disampaikan
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

125. Hadiah Terindah 2

Atika mencengkeram sisi rok lusuhnya. Dia nekat menemui Hilya dengan membanting harga diri, menepikan rasa malu karena bingung dengan cara apalagi yang bisa membuat Arham membatalkan perceraian mereka. Pikiran Atika buntu, karena besok sidang perdana perceraiannya. Untuk membayar pengacara pun keuangannya sudah menipis. Arham tidak sebanyak dulu memberinya uang."Tolong aku, Hil. Mungkin Mas Arham mau mendengarmu, karena kamu ibu dari anaknya."Hilya menatapnya lama. "Kalau kamu bisa dengan mudah menghancurkan hidup orang lain, kenapa sekarang kamu takut hidupmu hancur?"Atika terisak, bahunya bergetar hebat.Akan tetapi Hilya sama sekali tidak terpengaruh. Ia sudah jauh melangkah meninggalkan luka yang dulu mereka tinggalkan di hidupnya."Aku tidak bisa membantumu." Hilya berkata tegas agar wanita itu secepatnya pergi dari sana. Hilya khawatir kalau dia nekat memanfaatkan Rifky.Tanpa pamitan dan dengan langkah gontai, Atika meninggalkan depan toko. Mbak Asmi yang tengah menggendong
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

126. Hadiah Terindah 3

"Terima saja, Mbak. Nggak akan ada kesempatan kedua mendapatkan pria seperti Pak Guru," ujar Hilya malam itu. Setelah anak-anak tidur dan mereka duduk ngobrol di depan televisi."Seorang ustadz seperti Pak Guru, tentu tidak akan sembarangan mengambil sikap dan keputusan. Pasti sudah istikharah, berdoa minta petunjuk sama Allah, berbincang juga dengan keluarga. Coba mulai malam ini pun Mbak sholat istikharah."Mbak Asmi mengangguk. Hatinya adem setelah mendengar pendapat adiknya. Lebih baik dia juga salat istikharah untuk minta petunjuk dan memantapkan hati.Saat keduanya terdiam, ponsel Hilya berdering. Bre menelepon. Hilya bilang pada sang suami kalau Mbak Asmi dan Yazid tidak bisa mengantarkan mereka pindahan akhir pekan ini karena hari Seninnya Yazid ulangan kenaikan kelas. Selesai menelepon, Hilya memandang sang kakak. "Mas Bre bilang, kalau Mbak Asmi dan Yazid nggak bisa ikut akhir pekan ini, kami mau diajak langsung pulang ke Malang besok, Mbak.""Ya, nggak apa-apa. Daripada Br
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

127. Posesif 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Posesif Author's POVSaat Bre kembali duduk, ia meraih tangan istrinya dan mengecupnya penuh kelembutan. Matanya yang kemerahan menatap perut Hilya yang masih rata. Dengan hati-hati ia menunduk, mengecup perut itu dengan penuh cinta."Terima kasih, Sayang. Sudah menghadiahkan mas kebahagiaan ini," ucapnya lirih.Hilya tersenyum lalu menyandarkan tubuhnya di dada Bre. Ia terharu sekaligus bahagia. Kehamilannya kali ini disambut luar biasa oleh seorang suami. Ingat bagaimana dia hamil Rifky, perjalanan sembilan bulan sepuluh hari dilaluinya sendirian. Penuh luka dan air mata. Tekanan mental dan fisik karena harus tetap bekerja.Dua kali keguguran pun disambut biasa dan berduka seperlunya. Kala itu kehidupannya masih susah bersama Arham. Penuh perjuangan yang berakhir kandas.Bre kembali mengusap perut istrinya yang masih rata. Seolah ingin memastikan bahwa kebahagiaan itu bukan sekadar mimpi. Belum pernah ia sebahagia ini. Sesuatu terasa begitu berbeda dalam bena
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

128. Posesif 2

Hilya tersenyum kecil. "Saya cuma mau ambil air, Mak.""Duduk aja, biar saya yang ambilin." Tidak lama kemudian Mak As kembali dengan segelas air putih. Hilya menerimanya dengan senyum geli. "Mas Bre nyuruh Mak As ngawasin saya?"Mak As ikut tersenyum. "Iya, Mbak. Katanya kalau Mbak terlalu banyak gerak, Mas Bre bakal marah."Hilya menghela napas, antara terharu dan gemas dengan suami sendiri. Berlebihan kekhawatiran Bre. "Mas Bre berlebihan, Mak.""Saya belum pernah melihat Mas Bre sebahagia itu, Mbak. Beneran. Mas Bre selalu bilang nggak sabar pengen segera ngajak Mbak Hilya dan Mas Rifky pulang ke sini. "Waktu beli tempat tidurnya Mas Rifky, saya yang diajak milih. Untuk mobilan itu, baru tiga hari lalu dikirim." Mak As menunjuk pojok ruangan. Di mana terparkir mobil Jeep remote yang bisa dikendarai anak-anak.Hilya terdiam menahan haru. Begitu besar effort seorang Bre Surya Hutama pada dirinya dan Rifky. Padahal anak itu bukan darah dagingnya sendiri. Hilya tidak tahu, kalau suam
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

129. Posesif 3

Memiliki Hilya, Rifky, lalu calon bayi mereka membuatnya menjadi pria paling beruntung di dunia.Sementara Hilya yang baru saja menidurkan Rifky beranjak ke balkon kamar. Langit di luar begitu cerah, awan putih melayang lembut di atas kota Malang. Seakan ikut merayakan kebahagiaannya. Ia benar-benar diratukan di istana suaminya."I love you," bisik Bre tadi pagi sesaat setelah mereka bangun tidur. Kata itu berulang-ulang berputar dalam benaknya, menimbulkan sensasi hangat yang menyebar ke seluruh tubuh.Lamunan Hilya terhenti saat ponsel di dalam kamar berdering. Apa itu Bre lagi? Entah sudah berapa kali suaminya menelepon dan mengirim pesan setengah hari ini.Oh, rupanya bukan. Hilya kembali ke Balkon untuk menerima telepon dari Mbak Asmi."Assalamu'alaikum, Mbak.""Wa'alaikumsalam. Kamu longgar nggak, mbak mau ngomong.""Aku nggak ngapa-ngapain selain jagain Rifky, Mbak. Itu pun dibantu sama Mak As.""Kamu jadi ratu di tangan pria yang tepat, Hilya. Rifky mana?""Masih tidur. Mbak A
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

130. Hampir Menyerah 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Hampir MenyerahAuthor's POV Hati Hilya berdesir nyeri saat ikut membaca isi pesan. Isinya biasa saja mungkin. Tapi ia tahu yang tertera di layar itu nomer luar negeri. Foto profilnya seorang wanita cantik. Hilya ingat, mantan istri kedua Bre bekerja di Singapura."Pesan dari Agatha." Bre memberitahu sambil menunjukkan isi pesannya pada sang istri. Hilya mengangguk. Bersikap sebiasa mungkin.Bre mengetik balasan, tidak menutupinya dari Hilya. Agar Hilya tidak salah paham.[Maaf, kami hanya mengadakan resepsi sederhana.][Di Hyatt kamu bilang sederhana? Okelah tiga bulan lagi aku pulang. Nanti ketemuan, ya. Aku pengen kenalan sama Nyonya Bre Surya Hutama. Akhirnya kamu menemukan tambatan hatimu. Sekali lagi selamat ya, Bre. Bahagia selalu dengan pernikahanmu.]Setelah membaca pesan, Bre memasukkan ponsel ke dalam saku celananya."Nggak dibalas, Mas?" tanya Hilya. Mereka saling pandang. Ada sesuatu di dada Hilya yang mengusik, karena rumah tangganya pernah hancur
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status