Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 131 - Chapter 140

201 Chapters

131. Hampir Menyerah 2

Tristan menoleh pada Aruna yang menunduk. Biasa dibantah, diprotes, sekarang menjadi terasa asing dengan perubahan itu. Tristan sendiri merasa tak enak hati, sudah terlalu mengungkapkan semuanya pada konselor. "Aku minta maaf karena sudah mengungkapkan semuanya di hadapan Bu Lestari.""Nggak apa-apa." Dada Aruna terasa sesak. Dia tahu betapa Tristan merasa tak nyaman dan tersiksa selama pernikahan mereka. Walaupun Tristan sendiri yang menyetujui menikahinya.Mobil berbelok di sebuah rumah makan. Mereka turun dan mencari tempat duduk paling tepi. Makanan yang dipesan cepat sekali disajikan karena suasana restoran memang agak sepi. Sudah terlewat jam makan siang."Makan dulu!" Tristan bicara saat melihat Aruna masih mematung memandang ke luar jendela kaca."Eh, iya," jawab Aruna gugup.Tristan menyuap nasi rames yang dipesannya. Sedangkan Aruna menunduk, mengaduk-aduk nasi tanpa niat menyuapkannya ke mulut. Rasa lapar yang tadi ada di perjalanan, kini menguap entah ke mana.Sebenarnya
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

132. Hampir Menyerah 3

Arham duduk diam di kursi kerjanya, membiarkan layar laptop menyala tanpa ia pedulikan. Tangannya bertaut di depan wajah, siku bertumpu di meja kerja. Ada sesuatu yang begitu mengganggunya, menghantui pikirannya sejak beberapa hari ini.Pikirannya melayang pada sosok kecil yang akhir-akhir ini selalu hadir dalam mimpinya. Rifky.Ia kangen anaknya. Namun belum sanggup untuk bertemu Hilya dan suami barunya. Ia merasa seperti seorang pengecut. Arham menghela napas panjang, jari-jarinya mengusap wajah dengan frustasi.Ponselnya bergetar di atas meja. Arham melirik sekilas. Nama yang tertera membuatnya menghela napas berat. Meski ragu, akhirnya tetap dijawab panggilan itu."Kamu di mana?" Suara Atika terdengar pelan."Di kantor.""Kita bisa bicara?"Arham menyandarkan kepalanya ke kursi, menatap langit-langit ruangan. "Ada apa lagi?""Mas, aku tahu banyak salah, tapi kasih kesempatan untuk memperbaikinya. Aku masih ingin mempertahankan pernikahan ini. aku masih mencintaimu."Arham terdiam.
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

133. Ingin Bertemu 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Ingin Bertemu Author's POV Angin menjelang tengah hari berembus sejuk. Menyapu wajah Arham yang berdiri diam di luar pagar rumah megah itu. Pandangannya tertuju pada carport, di mana sebuah mobil warna susu putih terparkir rapi. Ia mengerutkan dahi. Seingatnya Bre mengendarai mobil SUV warna hitam.Berbagai perasaan berkecamuk dalam dada Arham. Mau tidak mau, ini yang harus dihadapinya. Arham menghampiri pagar berornamen klasik, mengamati halaman luas yang dipenuhi hamparan rumput Jepang yang tertata rapi. Di sudut ada taman kecil dengan berbagai bunga warna-warni, lengkap dengan pancuran air mancur kecil yang gemericiknya terdengar lembut. Suasana asri itu jauh dari kesan dingin yang biasa tergambar dari rumah besar milik seorang pengusaha.Arham menekan bel yang menempel di bagian dalam dinding, di dekat pintu pagar. Di halaman sudut sebelah kiri, ia melihat CCTV tersembunyi.Langkah tergesa terdengar dari arah dalam. Seorang wanita paruh baya dengan daster
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

134. Ingin Bertemu 2

"Ma, kami istirahat dulu di kamar, ya," ujar Bre."Iya. Mama mau nyiapin kek untuk kalian bawa nanti," jawab Bu Rika kemudian masuk ke dapur menemui asisten rumah tangganya.Sementara Bre yang sudah masuk kamar, menyalakan air conditioner. Kalau di Malang, AC jarang digunakan. Hawa dingin di sana sudah cukup membuat nyaman.đź–¤LSđź–¤Suasana di rumah Mbak Asmi hari itu begitu riuh. Suara ibu-ibu tetangga bercampur dengan dentingan peralatan dapur yang beradu. Dapur dipenuhi aroma rempah yang menggoda.Di sudut ruangan, Mbak Asmi berdiri dengan wajah bahagia. Setiap kali mendengar namanya disebut dalam obrolan para ibu, ia hanya bisa tersenyum malu."Mbak Asmi ini memang beruntung banget, ya," ujar Bu Harti, salah satu tetangga yang sedang mengiris bawang. "Nggak pernah kelihatan dekat sama Ustadz Izam, tahu-tahu langsung menikah."Bu Yuni yang sedang mengupas kentang ikut menimpali. "Iya, lho. Selama ini kita cuma lihat Pak Ustadz kalau ngajar anak-anak di TPQ. Ternyata diam-diam ada hat
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

135. Ingin Bertemu 3

Bapak telah melukai ibu dan kalian. Maafkan bapak.Asmi, kamu anak sulung yang selalu berusaha kuat. Bapak yakin kamu pasti mengambil banyak tanggung jawab sejak bapak pergi. Kamu menjadi tulang punggung meski usiamu masih terlalu muda. Maafkan bapak, Nak. Karena membuatmu dewasa terlalu cepat.Hilya, saat bapak pergi, kamu masih kecil. Bapak menyesal, Nak. Menyesal karena telah mengkhianati ibu dan meninggalkan kalian. Bapak tidak ingin mencari pembenaran atas apa yang bapak lakukan, karena tidak ada alasan yang cukup untuk meninggalkan anak-anak sendiri tanpa kabar. Bapak hanya ingin kalian tahu bahwa selama dua puluh satu tahun ini, bapak hidup dalam penyesalan yang terus menghantui. Bapak ingin kembali, bapak ingin bertemu, tapi bapak tidak pernah punya keberanian. Bapak takut kalian membenciku. Bapak hanya bisa berharap suatu hari nanti bisa menebus kesalahan ini.Bapak benar-benar kehilangan kesempatan untuk meminta maaf pada ibu kalian. Bapak tahu, ibu telah tiada.Kalo ini,
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

136. Aruna, bangunlah! 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Aruna Author's POV Suasana lalu lintas agak sepi. Tristan melihat mobil silver yang dikendarai istrinya ada di hadapan dengan kecepatan tinggi dan berjarak beberapa mobil dari kendaraannya. Pria itu semakin cemas.Jam terbang Aruna mengendarai mobil sudah banyak. Dia bisa nyetir semenjak SMA. Namun Tristan sangat cemas melihat caranya berkendara kali ini. Ini bukan sekadar ulah manjanya, tapi apa yang ia lakukan sangat berbahaya.Tristan makin panik, saat di depan matanya melihat mobil itu limbung dan kehilangan arah, hingga menghantam pembatas jalan dan terhenti karena menabrak tiang lampu jalan. "RUNA!" Tristan berteriak sekuat tenaga memanggil nama istrinya.Bunyi klakson bertalu-talu. Beberapa kendaraan mulai memperlambat laju mereka, dan sebagian pengendara bahkan berhenti mendadak untuk melihat apa yang terjadi. Jalanan mulai macet, Tristan sejenak terpaku menatap mobil silver yang hancur di bagian depan, terjepit di antara pembatas jalan dan tiang lam
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

137. Aruna, bangunlah! 2

Tidak lama kemudian datang Pak Fadlan dan sang istri yang langsung menghampiri mereka. Bu Fadlan memeluk sang besan."Apa yang terjadi?" tanya Pak Fadlan lirih pada Tristan.Setelah diam beberapa lama, Tristan menceritakan kronologinya pada sang papa.Setengah jam berlalu. Tristan duduk dengan kepala tertunduk, sementara Bu Ardi tidak berhenti berdoa. Saat pintu ruang IGD terbuka, mereka semua sontak berdiri.Seorang dokter pria berjalan mendekat. "Suami dan keluarga pasien dari Saudari Aruna?""Saya suaminya, Dok." Tristan langsung menyahut. "Bagaimana keadaan istri saya?"Dokter menghela napas, lalu menjelaskan dengan hati-hati. "Kondisinya sangat kritis saat tiba tadi, tapi untungnya sekarang sudah mulai stabil. Ada pendarahan di bagian kepala dan luka dalam yang perlu kami observasi lebih lanjut. Kami akan membawanya ke ICU untuk perawatan intensif. Pihak medis akan memantaunya dalam dua puluh empat jam ke depan. Jika tidak ada komplikasi lebih lanjut, peluangnya sangat besar untu
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

138. Aruna, bangunlah! 3

Bu Ardi terdiam sejenak, lantas menyeka air matanya. "Dia bilang ... ingin cerai, Tris."Tristan terperanjat. Nyeri menusuk ulu hati."Akhirnya dia sadar, kamu nggak bahagia bersamanya. Dia bilang, sudah ikhlas melepasmu. Walaupun kamu nggak bisa kembali pada Zara, tapi kamu akan punya kesempatan untuk bertemu dengan wanita lain yang mungkin akan membuatmu jatuh cinta dan nyaman." Bu Ardi terisak. Ini sangat menyakitkan dan mengecewakannya. Namun ia pun sadar, pernikahan mereka karena keterpaksaan.Dada Tristan terasa sesak. Matanya memanas. Dia memandang ke hadapan sana. Pada lalu lintas jalan raya yang ramai."Saya mengajaknya untuk konseling, karena ingin mempertahankan pernikahan kami, Ma.""Dari situ Runa menyadari, kalau selama ini dia egois. Yang penting dirinya bahagia bisa bersamamu. Setelah kamu mengatakan semuanya, dia baru sadar. Apa artinya dia bahagia tapi kamu tidak."Dia bilang, segala yang dipaksakan nggak akan bahagia selamanya. Kebersamaan hanya bentuk tanggungjawab
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

139. Maaf 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Maaf, ZaraAuthor's POV "Runa sudah sadar, Mas?" tanya Tristan tak sabar."Belum. Aku cuma mau pamit pulang sama mama. Barusan dikabari dari rumah kalau papa ngedrop. Titip adikku." Selesai bicara, Denta tergesa pergi. Tristan dan Bre melangkah cepat ke arah ICU.Di sana, Denta dan istrinya memapah Bu Ardi berjalan meninggalkan bangku logam. Wanita itu tampak begitu lemah melangkah. Tristan buru-buru menghampiri. Wajah mama mertuanya tampak sembab. Bibirnya bergetar saat bicara. "Titip Aruna," ucapnya pelan."Ya, Ma." Tristan menjawab seraya mengangguk. Hatinya teriris. Kakak ipar dan mama mertuanya bilang 'titip' padahal Aruna itu istrinya. Memang masih tanggungjawabnya. Mereka seolah bilang, kalau Aruna tak berharga bagi Tristan.Dia ikut merasakan bagaimana carut marutnya perasaan keluarga Aruna dalam keadaan seperti ini. Meski bisa dibilang, hubungannya dengan papa mertuanya tidak pernah baik-baik saja. Tapi mereka tetaplah sebuah keluarga.Tristan menghel
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

140. Maaf 2

Tak ada respons. Wajah istrinya tetap sama, pucat dengan napas yang naik turun pelan. Tristan menelan ludah, matanya terasa panas."Kamu mendengarku?"Hening."Dok, bagaimana kondisi istrinya saya?" tanyanya begitu dokter jaga mendekati. Memang seharusnya Tristan tidak boleh ada di sana.Dokter pria paruh baya dengan kacamata tebal, melihat ke layar monitor. "Secara medis, kondisinya membaik, Pak. Tekanan darahnya stabil, denyut jantung juga normal. Namun kami masih menunggu responsnya. Kadang pasien koma atau tidak sadar bisa lebih lama terbangun karena faktor tekanan mental."Tristan terhenyak, perasaan bersalahnya semakin membuncah memenuhi dada."Kemungkinan ada sesuatu yang masih mengganjal di alam bawah sadarnya," tambah dokter itu.Tatapan Tristan kembali ke wajah Aruna yang tenang, seolah sedang tidur nyenyak. Setelah dokter pergi, Tristan kembali berbicara dengan suara lirih. "Runa, kamu dengar aku, kan? Aku mohon, bangunlah!"Tetap hening. Pandangan Tristan kabur oleh air ma
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status