Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / 136. Aruna, bangunlah! 1

Share

136. Aruna, bangunlah! 1

last update Last Updated: 2025-03-26 14:43:58

USAI KEPUTUSAN CERAI

- Aruna

Author's POV

Suasana lalu lintas agak sepi. Tristan melihat mobil silver yang dikendarai istrinya ada di hadapan dengan kecepatan tinggi dan berjarak beberapa mobil dari kendaraannya. Pria itu semakin cemas.

Jam terbang Aruna mengendarai mobil sudah banyak. Dia bisa nyetir semenjak SMA. Namun Tristan sangat cemas melihat caranya berkendara kali ini. Ini bukan sekadar ulah manjanya, tapi apa yang ia lakukan sangat berbahaya.

Tristan makin panik, saat di depan matanya melihat mobil itu limbung dan kehilangan arah, hingga menghantam pembatas jalan dan terhenti karena menabrak tiang lampu jalan.

"RUNA!" Tristan berteriak sekuat tenaga memanggil nama istrinya.

Bunyi klakson bertalu-talu. Beberapa kendaraan mulai memperlambat laju mereka, dan sebagian pengendara bahkan berhenti mendadak untuk melihat apa yang terjadi.

Jalanan mulai macet, Tristan sejenak terpaku menatap mobil silver yang hancur di bagian depan, terjepit di antara pembatas jalan dan tiang lam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Aminah Adjaa
nyiiiiiiiiiiiiimaaaak
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
astaga aruna.... semoga kamu ga apa apa ya runa
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
payah sih klo memaksakan cintaa...apalg dari hasil licik...semoga setelah ini hubungan mrk membaik.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Usai Keputusan Cerai   137. Aruna, bangunlah! 2

    Tidak lama kemudian datang Pak Fadlan dan sang istri yang langsung menghampiri mereka. Bu Fadlan memeluk sang besan."Apa yang terjadi?" tanya Pak Fadlan lirih pada Tristan.Setelah diam beberapa lama, Tristan menceritakan kronologinya pada sang papa.Setengah jam berlalu. Tristan duduk dengan kepala tertunduk, sementara Bu Ardi tidak berhenti berdoa. Saat pintu ruang IGD terbuka, mereka semua sontak berdiri.Seorang dokter pria berjalan mendekat. "Suami dan keluarga pasien dari Saudari Aruna?""Saya suaminya, Dok." Tristan langsung menyahut. "Bagaimana keadaan istri saya?"Dokter menghela napas, lalu menjelaskan dengan hati-hati. "Kondisinya sangat kritis saat tiba tadi, tapi untungnya sekarang sudah mulai stabil. Ada pendarahan di bagian kepala dan luka dalam yang perlu kami observasi lebih lanjut. Kami akan membawanya ke ICU untuk perawatan intensif. Pihak medis akan memantaunya dalam dua puluh empat jam ke depan. Jika tidak ada komplikasi lebih lanjut, peluangnya sangat besar untu

    Last Updated : 2025-03-26
  • Usai Keputusan Cerai   138. Aruna, bangunlah! 3

    Bu Ardi terdiam sejenak, lantas menyeka air matanya. "Dia bilang ... ingin cerai, Tris."Tristan terperanjat. Nyeri menusuk ulu hati."Akhirnya dia sadar, kamu nggak bahagia bersamanya. Dia bilang, sudah ikhlas melepasmu. Walaupun kamu nggak bisa kembali pada Zara, tapi kamu akan punya kesempatan untuk bertemu dengan wanita lain yang mungkin akan membuatmu jatuh cinta dan nyaman." Bu Ardi terisak. Ini sangat menyakitkan dan mengecewakannya. Namun ia pun sadar, pernikahan mereka karena keterpaksaan.Dada Tristan terasa sesak. Matanya memanas. Dia memandang ke hadapan sana. Pada lalu lintas jalan raya yang ramai."Saya mengajaknya untuk konseling, karena ingin mempertahankan pernikahan kami, Ma.""Dari situ Runa menyadari, kalau selama ini dia egois. Yang penting dirinya bahagia bisa bersamamu. Setelah kamu mengatakan semuanya, dia baru sadar. Apa artinya dia bahagia tapi kamu tidak."Dia bilang, segala yang dipaksakan nggak akan bahagia selamanya. Kebersamaan hanya bentuk tanggungjawab

    Last Updated : 2025-03-26
  • Usai Keputusan Cerai   139. Maaf 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Maaf, ZaraAuthor's POV "Runa sudah sadar, Mas?" tanya Tristan tak sabar."Belum. Aku cuma mau pamit pulang sama mama. Barusan dikabari dari rumah kalau papa ngedrop. Titip adikku." Selesai bicara, Denta tergesa pergi. Tristan dan Bre melangkah cepat ke arah ICU.Di sana, Denta dan istrinya memapah Bu Ardi berjalan meninggalkan bangku logam. Wanita itu tampak begitu lemah melangkah. Tristan buru-buru menghampiri. Wajah mama mertuanya tampak sembab. Bibirnya bergetar saat bicara. "Titip Aruna," ucapnya pelan."Ya, Ma." Tristan menjawab seraya mengangguk. Hatinya teriris. Kakak ipar dan mama mertuanya bilang 'titip' padahal Aruna itu istrinya. Memang masih tanggungjawabnya. Mereka seolah bilang, kalau Aruna tak berharga bagi Tristan.Dia ikut merasakan bagaimana carut marutnya perasaan keluarga Aruna dalam keadaan seperti ini. Meski bisa dibilang, hubungannya dengan papa mertuanya tidak pernah baik-baik saja. Tapi mereka tetaplah sebuah keluarga.Tristan menghel

    Last Updated : 2025-03-27
  • Usai Keputusan Cerai   140. Maaf 2

    Tak ada respons. Wajah istrinya tetap sama, pucat dengan napas yang naik turun pelan. Tristan menelan ludah, matanya terasa panas."Kamu mendengarku?"Hening."Dok, bagaimana kondisi istrinya saya?" tanyanya begitu dokter jaga mendekati. Memang seharusnya Tristan tidak boleh ada di sana.Dokter pria paruh baya dengan kacamata tebal, melihat ke layar monitor. "Secara medis, kondisinya membaik, Pak. Tekanan darahnya stabil, denyut jantung juga normal. Namun kami masih menunggu responsnya. Kadang pasien koma atau tidak sadar bisa lebih lama terbangun karena faktor tekanan mental."Tristan terhenyak, perasaan bersalahnya semakin membuncah memenuhi dada."Kemungkinan ada sesuatu yang masih mengganjal di alam bawah sadarnya," tambah dokter itu.Tatapan Tristan kembali ke wajah Aruna yang tenang, seolah sedang tidur nyenyak. Setelah dokter pergi, Tristan kembali berbicara dengan suara lirih. "Runa, kamu dengar aku, kan? Aku mohon, bangunlah!"Tetap hening. Pandangan Tristan kabur oleh air ma

    Last Updated : 2025-03-27
  • Usai Keputusan Cerai   141. Maaf 3

    "Saya harus bagaimana, Ustadz?""Dari segi hukum Islam, wali nikah yang paling utama adalah ayah kandung, kecuali ada uzur syar’i yang membuatnya tidak bisa menjadi wali. Jika tidak tahu keberadaannya dan tidak bisa dihubungi, wali nikah bisa diwakilkan pada hakim. Tapi sekarang Dek Asmi bisa menghubungi beliau, kan?"Asmi menggigit bibir, hatinya terasa semakin berat. "Kami bahkan tidak pernah bicara. Bapak pergi sejak dua puluh satu tahun yang lalu. Nggak pernah mencari kami, nggak pernah memberi kabar. Sekarang tiba-tiba muncul mendekati hari pernikahan. Berat rasanya saya menelpon meminta restu."Ustadz Izam menghela napas. "Saya mengerti. Kepergian beliau selama 21 tahun tentu meninggalkan luka. Dan kini ketika pernikahan kita tinggal hitungan jam, tiba-tiba ada kesempatan untuk menghubunginya."Dalam Islam, jika seorang ayah tidak menjalankan tugasnya sebagai wali, maka hak perwalian bisa berpindah ke wali hakim. Secara hukum agama dan negara, pernikahan kita besok tetap sah. Ta

    Last Updated : 2025-03-27
  • Usai Keputusan Cerai   142. Setelah Sadar 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Setelah SadarAuthor's POV "Ma," panggil Aruna tak terdengar. Hanya bibirnya saja yang bergerak pelan.Bu Ardi bangkit lalu mendekat ke wajah putrinya. "Alhamdulillah, kamu sadar, Nak. Mama panggil dokter dulu."Ketika hendak beranjak, cekalan tangan Aruna yang masih lemah mencegahnya. Bu Ardi kembali memandang sang anak. Dari sudut mata mengalir air bening. Aruna juga menggeleng."Dokter harus tahu kamu sudah sadar," suara Bu Ardi bergetar saking bahagianya."Aku sudah sadar sejak pagi tadi, Ma," ucap Aruna terdengar sangat lemah dan lirih.Benar, Aruna sadar saat Tristan duduk di sampingnya. Namun ia memilih diam karena suaminya juga diam. Waktu sadar tadi, Aruna seperti melayang. Bingung dia ada di mana. Tubuhnya terasa remuk redam. Sakit hampir di sekujur raganya. Kepala juga terasa sakit. Yang tercium hanya bau khas rumah sakit dan Tristan yang duduk menggenggam jemarinya.Hingga ia teringat terakhir kali apa yang terjadi sebelum kesadarannya hilang. Dalam

    Last Updated : 2025-03-28
  • Usai Keputusan Cerai   143. Setelah Sadar 2

    "Runa, Zara sudah memaafkanmu. Mama tadi menemuinya. Nanti kalau sudah selesai acara, dia akan menjengukmu. Tristan juga bilang sama mama, kalau kamu sembuh, dia juga ingin memperbaiki hubungan kalian."Tubuh Aruna terguncang. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Sudah terlalu pesimis bisa memenangkan hati suaminya. Menyerah mungkin lebih baik. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk berusaha memiliki hatinya Tristan. Beberapa saat setelah berusaha menenangkan dan meyakinkan putrinya, Bu Ardi pamitan keluar. Aruna sendirian dalam ruangan yang sepi. Dia takut sekali menghadapi semuanya setelah keluar dari ruangan itu.Melihat mertuanya keluar ruang ICU, Tristan bangkit dari duduknya dan menghampiri. Perasaannya kian cemas melihat wajah sembab Bu Ardi. "Bagaimana, Ma?""Dokter bilang kondisi Aruna membaik," jawab Bu Ardi lantas duduk. Dihampiri oleh sang besan yang mengusap punggungnya. Bu Fadlan berusaha menenangkan.Tristan yang hendak masuk ke dalam dicegah oleh seorang perawat. Tidak

    Last Updated : 2025-03-28
  • Usai Keputusan Cerai   144. Setelah Sadar 3

    "Kamu tahu baik buruknya istri kadang tergantung pada suami. Bagaimana Aruna tidak mencari kesibukan di luar, berkumpul dengan teman-temannya karena di rumah dia tidak mendapatkan perhatian dari suami yang ia cintai. Pada hakekatnya, manusia akan pergi di mana dia akan dihargai dan dibutuhkan. Meski teman-temannya hanya memanfaatkannya saja."Tristan diam mendengarkan papanya bicara. Kekhawatiran merajai hati. Takut Aruna tidak akan bangun lagi. Tristan menunduk, matanya memerah. Baru kali ini ia merasakan ketakutan yang luar biasa. "Aruna mungkin nggak seperti perempuan yang kamu impikan, yang cerdas berwawasan luas, yang bisa mengimbangimu berpikir tentang segala permasalahan perusahaan."Tris, kadang wanita independen itu egois. Tidak mau mendengarkan suami karena merasa ia bisa. Merasa sudah bisa mencukupi diri sendiri. Berapa banyak kasus pernikahan karena perempuannya terlalu mandiri. Nggak semua seperti itu. Mama hanya memberimu gambaran. Kamu juga harus paham, nggak semua yan

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Usai Keputusan Cerai   210. Sang Mantan 6

    Sambil menunggu pesanan, mereka berbincang hal-hal ringan. Ngobrol tentang ini, itu, hingga merasa nyaman dan kembali enjoy. Tawa Agatha pun begitu lepas.Percakapan terhenti disaat azan Maghrib berkumandang. Mereka bergantian salat di mushola kafe. Lantas kembali duduk dan langsung memesan menu untuk makan malam.Suasana di antara mereka kian hangat. Dan Arham memanfaatkan situasi yang tepat ini untuk bicara hal serius. Kalau dirinya tidak memulai, Agatha tidak mungkin mengawali bicara. Sebab dia perempuan."Saya sudah cerita ke Mama. Tentang apa yang terjadi di antara saya, kamu, Bre, dan Hilya."Sambil menyesap jus jambu, Agatha memperhatikan Arham. "Mama awalnya kaget juga."Agatha menegakkan duduk dengan menumpukan kedua siku di atas meja. Penasaran bagaimana tanggapan Bu Rida. "Gimana reaksi beliau?""Mungkin ini takdir. Nggak ada yang tak mungkin di dunia ini. Justru Mama bilang, mungkin ini sudah menjadi garis nasib. Aku dan kamu bisa saling mengobati. Bisa menjalin silaturah

  • Usai Keputusan Cerai   209. Sang Mantan 5

    Bu Rida mengangkat cangkir teh di tangannya, ditiup sebentar lalu diseruput dengan pelan. Arham menunggu pendapat mamanya. Namun wanita itu masih diam menikmati tehnya. Usia dan pengalaman hidup, perjalanan rumit putranya, membuat Bu Rida sudah ahli mengendalikan gejolak diri. Dia ingin sehat di sisa usia, biar bisa melihat anak-anaknya bahagia. Makanya harus bisa mengontrol hati."Aku dan Agatha nggak pernah nyangka. Kami dekat, mulai cocok, saling memahami. Tapi saat tahu latar belakang masing-masing, rasanya aneh. Seperti dunia ini terlalu kecil dan sempit."Bu Rida tersenyum. "Dunia memang sempit, Ham. Tapi perasaan manusia luas sekali."Arham menatap mamanya. "Kalau aku serius dalam kedekatan kami, seperti kami bertukar pasangan. Aku mantan suami Hilya, dia mantan istrinya Bre.""Nak," ucap Bu Rida lembut. "Semua ini bukan kesengajaan. Kalian bertemu nggak sengaja di saat sudah sama-sama saling sendiri. Kamu dan Hilya sudah selesai. Agatha dan Bre pun sudah bercerai lebih dari se

  • Usai Keputusan Cerai   208. Sang Mantan 4

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Sang Mantan 2Author's POV Arham tercekat. Ini kejutan yang sungguh luar biasa baginya. Kebetulan macam apa ini. Hening. Mereka saling pandang dalam perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan. Kenapa tidak sejak awal saja saling bercerita, biar terungkap semuanya. Ketika hati sama-sama bertaut dan ingin lebih dekat lagi, muncul kenyataan yang sangat luar biasa."Pernikahan kami hanya setahun saja. Dia pria yang baik." Agatha menarik napas panjang sambil membuang pandang ke luar lewat sekat kaca. "Kami terakhir bertemu tiga setengah tahun yang lalu. Disaat dia sudah menikah dan istrinya tengah hamil lima bulan. Rifky diajaknya saat itu."Agatha menarik napas panjang lalu melanjutkan bicara. "Makanya saya kaget melihat Rifky kemarin. Saya masih ingat betul wajahnya."Senyum getir terbit di bibir Arham. "Lucu cerita ini, Mbak.""Ya." Agatha pun ikut tersenyum. Sama-sama mengulas senyum yang terasa pahit. Setelah diam beberapa saat, Agatha kembali bicara tentang

  • Usai Keputusan Cerai   207. Sang Mantan 3

    "Aku tahu dari anaknya Arham. Aku masih ingat wajah anak itu yang dulu di gendong Bre saat kami ketemuan di sebuah rumah makan. Tiga setengah tahun yang lalu." Agatha mengeluarkan ponsel yang sejak tadi belum dikeluarkan dari dalam sakunya. Ia menunjukkan foto Rifky yang diambilnya di area tempat bermain."Ini anak tirinya Bre?" Bu Wawan memandang Agatha."Ya. Ganteng, kan?"Bu Wawan mengangguk. Kemudian meletakkan ponsel di atas meja. "Apa itu masalah buatmu?" tanyanya lembut pada Agatha."Aku kaget, Ma. Dikala aku siap membuka hati, harus menghadapi kenyataan seperti ini. Kalau ada jodoh antara aku dan Arham. Begitu lucunya kenyataan. Kami seolah bertukar pasangan.""Semua nggak disengaja dan ini bukan lelucon. Majulah terus, Nduk. Kalian bisa sama-sama berusaha untuk saling menyembuhkan dan membina masa depan. Apapun yang terjadi di masa lalu, kalian berhak juga mendapatkan kebahagiaan. Kalau Nak Arham memang serius, terima saja. Percayalah hati kalian akan sembuh seiring berjalann

  • Usai Keputusan Cerai   206. Sang Mantan 2

    Namun hari ini dia tahu satu kenyataan. Ternyata Arham mantan suaminya Hilya, istri Bre. Lalu bagaimana dia bisa bangkit dan melupakan semuanya kalau masih saling berkaitan begini."Dari sini Mas Arham langsung mengajak Rifky pulang ke rumah?""Aku mampir ke rumah mama dulu. Sorenya baru pulang ke rumah. Mbak Gatha, mau ikut?""Sore ini saya harus mengantarkan mama keluar, Mas. Lain kali saja.""Oke." Arham mengangguk.Mereka menemani Rifky bermain hingga satu jam kemudian. Lantas keluar mall dan berpisah di parkiran.Melihat sikap Agatha yang perhatian terhadap Rifky, Arham lega. Timbul harapan hubungan mereka akan ada peningkatan. Dia tidak mempermasalahkan usianya yang lebih muda dari Agatha. Apalagi sang mama juga menyukai wanita itu. Arham ingin mewujudkan keinginan mamanya untuk segera menikah. "Mama ingin melihatmu berumah tangga lagi, sebelum mama pergi. Lihat sekarang mama sakit-sakitan. Mama berharap kamu punya pasangan dan hidup bahagia. Toh hubunganmu dengan Hilya juga su

  • Usai Keputusan Cerai   205. Sang Mantan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Sang MantanAuthor's POV "Rifky, salim dulu sama Tante Agatha." Rifky mengulurkan tangan kecilnya untuk menyalami wanita yang seketika itu menyondongkan tubuh padanya.Benar, tidak salah lagi. Dia anak tirinya Bre. Agatha masih ingat wajah tampannya. Untuk Rifky sendiri, tentu saja dia tidak ingat dengan Agatha. Saat bertemu kala itu baru berumur dua setengah tahun."Sudah sekolah?" tanya Agatha dengan wajah ramah."Sudah, Tante."Agatha mengusap lembut rambut Rifky. Kemudian ia berbincang dengan Arham. Namun belum membahas tentang apa yang ia ketahui. Setelah perkenalan di rest area saat itu, mereka berteman. Lumayan akrab setelah beberapa bulan kemudian. Sama-sama bekerja di bidang yang sama, jadi bertukar pengalaman. Apalagi sudah sepuluh tahun lebih Agatha meninggalkan Surabaya. Jadi dia belum begitu memahami banyaknya perubahan.Mereka sudah beberapa kali janjian makan siang di sela jam istirahat. Akan tetapi, Arham tidak banyak menceritakan tentang kehid

  • Usai Keputusan Cerai   204. Kenalan 3

    Hilya teringat satu malam yang berlalu begitu cepat saat sang suami menginginkannya. Malam di mana ia lupa menelan pil kecil yang biasa melindungi dari kemungkinan seperti ini. Hamil. Apa mungkin hamil hanya karena sekali saja lupa minum pil kontrasepsi? Tapi dia merasakan perubahan itu. "Sayang." Suara serak Bre terdengar dari balik selimut. Ia menggeliat lalu melihat istrinya duduk termenung."Kenapa? Kamu nggak enak badan?" tanya Bre sambil bangkit dan duduk merapat pada sang istri dan menyentuh keningnya.Hilya menoleh, menatap wajah suaminya yang terlihat masih mengantuk. Tadi malam Bre memang pulang dari Surabaya sudah jam sebelas. Hilya menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Aku mual sudah beberapa hari ini, Mas. Tapi pagi ini malah tambah begah."Bre mengerutkan kening. Seketika matanya terbuka lebar karena ingat percakapan mereka suatu malam, di mana Hilya bilang lupa minum pil kontrasepsi. "Kamu hamil?""Mungkin. Aku sudah sebulan lebih telat haid."Napas Bre langsung t

  • Usai Keputusan Cerai   203. Kenalan 2

    "Kalau gitu, saya pamit dulu." Arham bangkit dari duduknya lalu menyalami Bre dan Hilya. Pria itu mendekat pada dua bocah yang masih sibuk dengan mainannya. Rifky dan Rafka langsung berdiri dan memeluk Arham. Menciuminya bergantian. Dia pun sayang pada Rafka yang tampan dan menggemaskan. Arham melangkah keluar rumah di antarkan oleh Bre, Hilya, dan anak-anak. Arham menoleh sebelum membuka pintu pagar. Melambaikan tangan yang dibalas oleh Rifky dan Rafka.Setelah itu Hilya mengajak Rifky untuk berganti pakaian ke kamarnya, sedangkan Rafka duduk bermain di karpet ditemani oleh sang papa.Sementara Arham kembali melaju di jalan utama. Sendirian lagi setelah dua hari ditemani. Namun sebenarnya dia sudah terbiasa kesepian semenjak perceraian. Hidup sendiri, kalau sakit juga sendiri. Arham tidak pernah memberitahu pada mamanya, karena Bu Rida sendiri juga sakit-sakitan. Kalau memang sudah tidak tahan, baru ia memberitahu adiknya. Itu pun setelah sangat terpaksa, karena Arham juga kasihan p

  • Usai Keputusan Cerai   202. Kenalan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- KenalanAuthor's POV "Mas." Wanita berpakaian seragam sebuah butik itu menghampiri Arham."Tika." Arham mendekap erat Rifky.Mereka saling pandang sejenak. Wajah wanita itu berbinar. Semenjak bercerai, dia tidak pernah bertemu mantan suaminya. Berbagai cara dilakukan supaya bisa berjumpa dengan Arham, tapi tak pernah berhasil.Setiap kali melihatnya, mungkin Arham sengaja menghindar. Hubungan mereka benar-benar sudah selesai di akhir persidangan.Sudah setahun ini dia bekerja di butik yang ada di mall itu. Setahun kemarin sibuk dengan keterpurukannya. Tak ada dukungan, tak ada support karena keluarganya memang berantakan. Sudah seperti orang stres saja menghabiskan waktu ke sana ke mari tanpa teman. Karena beberapa teman dekat menjauhi, tidak peduli, dan mereka juga sibuk dengan aktivitas masing-masing.Apalagi Aruna sama sekali tidak pernah menghubunginya. Dihubungi juga tidak bisa. Ia dengar wanita itu sudah kembali bahagia dengan suami dan anaknya.Uang Idda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status