Share

135. Ingin Bertemu 3

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 15:31:34

Bapak telah melukai ibu dan kalian. Maafkan bapak.

Asmi, kamu anak sulung yang selalu berusaha kuat. Bapak yakin kamu pasti mengambil banyak tanggung jawab sejak bapak pergi. Kamu menjadi tulang punggung meski usiamu masih terlalu muda. Maafkan bapak, Nak. Karena membuatmu dewasa terlalu cepat.

Hilya, saat bapak pergi, kamu masih kecil. Bapak menyesal, Nak. Menyesal karena telah mengkhianati ibu dan meninggalkan kalian.

Bapak tidak ingin mencari pembenaran atas apa yang bapak lakukan, karena tidak ada alasan yang cukup untuk meninggalkan anak-anak sendiri tanpa kabar. Bapak hanya ingin kalian tahu bahwa selama dua puluh satu tahun ini, bapak hidup dalam penyesalan yang terus menghantui.

Bapak ingin kembali, bapak ingin bertemu, tapi bapak tidak pernah punya keberanian. Bapak takut kalian membenciku. Bapak hanya bisa berharap suatu hari nanti bisa menebus kesalahan ini.

Bapak benar-benar kehilangan kesempatan untuk meminta maaf pada ibu kalian. Bapak tahu, ibu telah tiada.

Kalo ini,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Aminah Adjaa
owowowowowowoowwwwwwwwww aku sukaaaaaaaaaaaaaa aku sukaaaaaaaaaaaaaa .........
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
tumben tristan peduli sama aruna
goodnovel comment avatar
4571c80m48
Mbak Asmi mau ngk mau papanya jadi wali nikah donk.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Usai Keputusan Cerai   136. Aruna, bangunlah! 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Aruna Author's POV Suasana lalu lintas agak sepi. Tristan melihat mobil silver yang dikendarai istrinya ada di hadapan dengan kecepatan tinggi dan berjarak beberapa mobil dari kendaraannya. Pria itu semakin cemas.Jam terbang Aruna mengendarai mobil sudah banyak. Dia bisa nyetir semenjak SMA. Namun Tristan sangat cemas melihat caranya berkendara kali ini. Ini bukan sekadar ulah manjanya, tapi apa yang ia lakukan sangat berbahaya.Tristan makin panik, saat di depan matanya melihat mobil itu limbung dan kehilangan arah, hingga menghantam pembatas jalan dan terhenti karena menabrak tiang lampu jalan. "RUNA!" Tristan berteriak sekuat tenaga memanggil nama istrinya.Bunyi klakson bertalu-talu. Beberapa kendaraan mulai memperlambat laju mereka, dan sebagian pengendara bahkan berhenti mendadak untuk melihat apa yang terjadi. Jalanan mulai macet, Tristan sejenak terpaku menatap mobil silver yang hancur di bagian depan, terjepit di antara pembatas jalan dan tiang lam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Usai Keputusan Cerai   137. Aruna, bangunlah! 2

    Tidak lama kemudian datang Pak Fadlan dan sang istri yang langsung menghampiri mereka. Bu Fadlan memeluk sang besan."Apa yang terjadi?" tanya Pak Fadlan lirih pada Tristan.Setelah diam beberapa lama, Tristan menceritakan kronologinya pada sang papa.Setengah jam berlalu. Tristan duduk dengan kepala tertunduk, sementara Bu Ardi tidak berhenti berdoa. Saat pintu ruang IGD terbuka, mereka semua sontak berdiri.Seorang dokter pria berjalan mendekat. "Suami dan keluarga pasien dari Saudari Aruna?""Saya suaminya, Dok." Tristan langsung menyahut. "Bagaimana keadaan istri saya?"Dokter menghela napas, lalu menjelaskan dengan hati-hati. "Kondisinya sangat kritis saat tiba tadi, tapi untungnya sekarang sudah mulai stabil. Ada pendarahan di bagian kepala dan luka dalam yang perlu kami observasi lebih lanjut. Kami akan membawanya ke ICU untuk perawatan intensif. Pihak medis akan memantaunya dalam dua puluh empat jam ke depan. Jika tidak ada komplikasi lebih lanjut, peluangnya sangat besar untu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Usai Keputusan Cerai   138. Aruna, bangunlah! 3

    Bu Ardi terdiam sejenak, lantas menyeka air matanya. "Dia bilang ... ingin cerai, Tris."Tristan terperanjat. Nyeri menusuk ulu hati."Akhirnya dia sadar, kamu nggak bahagia bersamanya. Dia bilang, sudah ikhlas melepasmu. Walaupun kamu nggak bisa kembali pada Zara, tapi kamu akan punya kesempatan untuk bertemu dengan wanita lain yang mungkin akan membuatmu jatuh cinta dan nyaman." Bu Ardi terisak. Ini sangat menyakitkan dan mengecewakannya. Namun ia pun sadar, pernikahan mereka karena keterpaksaan.Dada Tristan terasa sesak. Matanya memanas. Dia memandang ke hadapan sana. Pada lalu lintas jalan raya yang ramai."Saya mengajaknya untuk konseling, karena ingin mempertahankan pernikahan kami, Ma.""Dari situ Runa menyadari, kalau selama ini dia egois. Yang penting dirinya bahagia bisa bersamamu. Setelah kamu mengatakan semuanya, dia baru sadar. Apa artinya dia bahagia tapi kamu tidak."Dia bilang, segala yang dipaksakan nggak akan bahagia selamanya. Kebersamaan hanya bentuk tanggungjawab

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Usai Keputusan Cerai   139. Maaf 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Maaf, ZaraAuthor's POV "Runa sudah sadar, Mas?" tanya Tristan tak sabar."Belum. Aku cuma mau pamit pulang sama mama. Barusan dikabari dari rumah kalau papa ngedrop. Titip adikku." Selesai bicara, Denta tergesa pergi. Tristan dan Bre melangkah cepat ke arah ICU.Di sana, Denta dan istrinya memapah Bu Ardi berjalan meninggalkan bangku logam. Wanita itu tampak begitu lemah melangkah. Tristan buru-buru menghampiri. Wajah mama mertuanya tampak sembab. Bibirnya bergetar saat bicara. "Titip Aruna," ucapnya pelan."Ya, Ma." Tristan menjawab seraya mengangguk. Hatinya teriris. Kakak ipar dan mama mertuanya bilang 'titip' padahal Aruna itu istrinya. Memang masih tanggungjawabnya. Mereka seolah bilang, kalau Aruna tak berharga bagi Tristan.Dia ikut merasakan bagaimana carut marutnya perasaan keluarga Aruna dalam keadaan seperti ini. Meski bisa dibilang, hubungannya dengan papa mertuanya tidak pernah baik-baik saja. Tapi mereka tetaplah sebuah keluarga.Tristan menghel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Usai Keputusan Cerai   140. Maaf 2

    Tak ada respons. Wajah istrinya tetap sama, pucat dengan napas yang naik turun pelan. Tristan menelan ludah, matanya terasa panas."Kamu mendengarku?"Hening."Dok, bagaimana kondisi istrinya saya?" tanyanya begitu dokter jaga mendekati. Memang seharusnya Tristan tidak boleh ada di sana.Dokter pria paruh baya dengan kacamata tebal, melihat ke layar monitor. "Secara medis, kondisinya membaik, Pak. Tekanan darahnya stabil, denyut jantung juga normal. Namun kami masih menunggu responsnya. Kadang pasien koma atau tidak sadar bisa lebih lama terbangun karena faktor tekanan mental."Tristan terhenyak, perasaan bersalahnya semakin membuncah memenuhi dada."Kemungkinan ada sesuatu yang masih mengganjal di alam bawah sadarnya," tambah dokter itu.Tatapan Tristan kembali ke wajah Aruna yang tenang, seolah sedang tidur nyenyak. Setelah dokter pergi, Tristan kembali berbicara dengan suara lirih. "Runa, kamu dengar aku, kan? Aku mohon, bangunlah!"Tetap hening. Pandangan Tristan kabur oleh air ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Usai Keputusan Cerai   141. Maaf 3

    "Saya harus bagaimana, Ustadz?""Dari segi hukum Islam, wali nikah yang paling utama adalah ayah kandung, kecuali ada uzur syar’i yang membuatnya tidak bisa menjadi wali. Jika tidak tahu keberadaannya dan tidak bisa dihubungi, wali nikah bisa diwakilkan pada hakim. Tapi sekarang Dek Asmi bisa menghubungi beliau, kan?"Asmi menggigit bibir, hatinya terasa semakin berat. "Kami bahkan tidak pernah bicara. Bapak pergi sejak dua puluh satu tahun yang lalu. Nggak pernah mencari kami, nggak pernah memberi kabar. Sekarang tiba-tiba muncul mendekati hari pernikahan. Berat rasanya saya menelpon meminta restu."Ustadz Izam menghela napas. "Saya mengerti. Kepergian beliau selama 21 tahun tentu meninggalkan luka. Dan kini ketika pernikahan kita tinggal hitungan jam, tiba-tiba ada kesempatan untuk menghubunginya."Dalam Islam, jika seorang ayah tidak menjalankan tugasnya sebagai wali, maka hak perwalian bisa berpindah ke wali hakim. Secara hukum agama dan negara, pernikahan kita besok tetap sah. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Usai Keputusan Cerai   142. Setelah Sadar 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Setelah SadarAuthor's POV "Ma," panggil Aruna tak terdengar. Hanya bibirnya saja yang bergerak pelan.Bu Ardi bangkit lalu mendekat ke wajah putrinya. "Alhamdulillah, kamu sadar, Nak. Mama panggil dokter dulu."Ketika hendak beranjak, cekalan tangan Aruna yang masih lemah mencegahnya. Bu Ardi kembali memandang sang anak. Dari sudut mata mengalir air bening. Aruna juga menggeleng."Dokter harus tahu kamu sudah sadar," suara Bu Ardi bergetar saking bahagianya."Aku sudah sadar sejak pagi tadi, Ma," ucap Aruna terdengar sangat lemah dan lirih.Benar, Aruna sadar saat Tristan duduk di sampingnya. Namun ia memilih diam karena suaminya juga diam. Waktu sadar tadi, Aruna seperti melayang. Bingung dia ada di mana. Tubuhnya terasa remuk redam. Sakit hampir di sekujur raganya. Kepala juga terasa sakit. Yang tercium hanya bau khas rumah sakit dan Tristan yang duduk menggenggam jemarinya.Hingga ia teringat terakhir kali apa yang terjadi sebelum kesadarannya hilang. Dalam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Usai Keputusan Cerai   143. Setelah Sadar 2

    "Runa, Zara sudah memaafkanmu. Mama tadi menemuinya. Nanti kalau sudah selesai acara, dia akan menjengukmu. Tristan juga bilang sama mama, kalau kamu sembuh, dia juga ingin memperbaiki hubungan kalian."Tubuh Aruna terguncang. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Sudah terlalu pesimis bisa memenangkan hati suaminya. Menyerah mungkin lebih baik. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk berusaha memiliki hatinya Tristan. Beberapa saat setelah berusaha menenangkan dan meyakinkan putrinya, Bu Ardi pamitan keluar. Aruna sendirian dalam ruangan yang sepi. Dia takut sekali menghadapi semuanya setelah keluar dari ruangan itu.Melihat mertuanya keluar ruang ICU, Tristan bangkit dari duduknya dan menghampiri. Perasaannya kian cemas melihat wajah sembab Bu Ardi. "Bagaimana, Ma?""Dokter bilang kondisi Aruna membaik," jawab Bu Ardi lantas duduk. Dihampiri oleh sang besan yang mengusap punggungnya. Bu Fadlan berusaha menenangkan.Tristan yang hendak masuk ke dalam dicegah oleh seorang perawat. Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28

Bab terbaru

  • Usai Keputusan Cerai   207. Sang Mantan 3

    "Aku tahu dari anaknya Arham. Aku masih ingat wajah anak itu yang dulu di gendong Bre saat kami ketemuan di sebuah rumah makan. Tiga setengah tahun yang lalu." Agatha mengeluarkan ponsel yang sejak tadi belum dikeluarkan dari dalam sakunya. Ia menunjukkan foto Rifky yang diambilnya di area tempat bermain."Ini anak tirinya Bre?" Bu Wawan memandang Agatha."Ya. Ganteng, kan?"Bu Wawan mengangguk. Kemudian meletakkan ponsel di atas meja. "Apa itu masalah buatmu?" tanyanya lembut pada Agatha."Aku kaget, Ma. Dikala aku siap membuka hati, harus menghadapi kenyataan seperti ini. Kalau ada jodoh antara aku dan Arham. Begitu lucunya kenyataan. Kami seolah bertukar pasangan.""Semua nggak disengaja dan ini bukan lelucon. Majulah terus, Nduk. Kalian bisa sama-sama berusaha untuk saling menyembuhkan dan membina masa depan. Apapun yang terjadi di masa lalu, kalian berhak juga mendapatkan kebahagiaan. Kalau Nak Arham memang serius, terima saja. Percayalah hati kalian akan sembuh seiring berjalann

  • Usai Keputusan Cerai   206. Sang Mantan 2

    Namun hari ini dia tahu satu kenyataan. Ternyata Arham mantan suaminya Hilya, istri Bre. Lalu bagaimana dia bisa bangkit dan melupakan semuanya kalau masih saling berkaitan begini."Dari sini Mas Arham langsung mengajak Rifky pulang ke rumah?""Aku mampir ke rumah mama dulu. Sorenya baru pulang ke rumah. Mbak Gatha, mau ikut?""Sore ini saya harus mengantarkan mama keluar, Mas. Lain kali saja.""Oke." Arham mengangguk.Mereka menemani Rifky bermain hingga satu jam kemudian. Lantas keluar mall dan berpisah di parkiran.Melihat sikap Agatha yang perhatian terhadap Rifky, Arham lega. Timbul harapan hubungan mereka akan ada peningkatan. Dia tidak mempermasalahkan usianya yang lebih muda dari Agatha. Apalagi sang mama juga menyukai wanita itu. Arham ingin mewujudkan keinginan mamanya untuk segera menikah. "Mama ingin melihatmu berumah tangga lagi, sebelum mama pergi. Lihat sekarang mama sakit-sakitan. Mama berharap kamu punya pasangan dan hidup bahagia. Toh hubunganmu dengan Hilya juga su

  • Usai Keputusan Cerai   205. Sang Mantan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Sang MantanAuthor's POV "Rifky, salim dulu sama Tante Agatha." Rifky mengulurkan tangan kecilnya untuk menyalami wanita yang seketika itu menyondongkan tubuh padanya.Benar, tidak salah lagi. Dia anak tirinya Bre. Agatha masih ingat wajah tampannya. Untuk Rifky sendiri, tentu saja dia tidak ingat dengan Agatha. Saat bertemu kala itu baru berumur dua setengah tahun."Sudah sekolah?" tanya Agatha dengan wajah ramah."Sudah, Tante."Agatha mengusap lembut rambut Rifky. Kemudian ia berbincang dengan Arham. Namun belum membahas tentang apa yang ia ketahui. Setelah perkenalan di rest area saat itu, mereka berteman. Lumayan akrab setelah beberapa bulan kemudian. Sama-sama bekerja di bidang yang sama, jadi bertukar pengalaman. Apalagi sudah sepuluh tahun lebih Agatha meninggalkan Surabaya. Jadi dia belum begitu memahami banyaknya perubahan.Mereka sudah beberapa kali janjian makan siang di sela jam istirahat. Akan tetapi, Arham tidak banyak menceritakan tentang kehid

  • Usai Keputusan Cerai   204. Kenalan 3

    Hilya teringat satu malam yang berlalu begitu cepat saat sang suami menginginkannya. Malam di mana ia lupa menelan pil kecil yang biasa melindungi dari kemungkinan seperti ini. Hamil. Apa mungkin hamil hanya karena sekali saja lupa minum pil kontrasepsi? Tapi dia merasakan perubahan itu. "Sayang." Suara serak Bre terdengar dari balik selimut. Ia menggeliat lalu melihat istrinya duduk termenung."Kenapa? Kamu nggak enak badan?" tanya Bre sambil bangkit dan duduk merapat pada sang istri dan menyentuh keningnya.Hilya menoleh, menatap wajah suaminya yang terlihat masih mengantuk. Tadi malam Bre memang pulang dari Surabaya sudah jam sebelas. Hilya menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Aku mual sudah beberapa hari ini, Mas. Tapi pagi ini malah tambah begah."Bre mengerutkan kening. Seketika matanya terbuka lebar karena ingat percakapan mereka suatu malam, di mana Hilya bilang lupa minum pil kontrasepsi. "Kamu hamil?""Mungkin. Aku sudah sebulan lebih telat haid."Napas Bre langsung t

  • Usai Keputusan Cerai   203. Kenalan 2

    "Kalau gitu, saya pamit dulu." Arham bangkit dari duduknya lalu menyalami Bre dan Hilya. Pria itu mendekat pada dua bocah yang masih sibuk dengan mainannya. Rifky dan Rafka langsung berdiri dan memeluk Arham. Menciuminya bergantian. Dia pun sayang pada Rafka yang tampan dan menggemaskan. Arham melangkah keluar rumah di antarkan oleh Bre, Hilya, dan anak-anak. Arham menoleh sebelum membuka pintu pagar. Melambaikan tangan yang dibalas oleh Rifky dan Rafka.Setelah itu Hilya mengajak Rifky untuk berganti pakaian ke kamarnya, sedangkan Rafka duduk bermain di karpet ditemani oleh sang papa.Sementara Arham kembali melaju di jalan utama. Sendirian lagi setelah dua hari ditemani. Namun sebenarnya dia sudah terbiasa kesepian semenjak perceraian. Hidup sendiri, kalau sakit juga sendiri. Arham tidak pernah memberitahu pada mamanya, karena Bu Rida sendiri juga sakit-sakitan. Kalau memang sudah tidak tahan, baru ia memberitahu adiknya. Itu pun setelah sangat terpaksa, karena Arham juga kasihan p

  • Usai Keputusan Cerai   202. Kenalan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- KenalanAuthor's POV "Mas." Wanita berpakaian seragam sebuah butik itu menghampiri Arham."Tika." Arham mendekap erat Rifky.Mereka saling pandang sejenak. Wajah wanita itu berbinar. Semenjak bercerai, dia tidak pernah bertemu mantan suaminya. Berbagai cara dilakukan supaya bisa berjumpa dengan Arham, tapi tak pernah berhasil.Setiap kali melihatnya, mungkin Arham sengaja menghindar. Hubungan mereka benar-benar sudah selesai di akhir persidangan.Sudah setahun ini dia bekerja di butik yang ada di mall itu. Setahun kemarin sibuk dengan keterpurukannya. Tak ada dukungan, tak ada support karena keluarganya memang berantakan. Sudah seperti orang stres saja menghabiskan waktu ke sana ke mari tanpa teman. Karena beberapa teman dekat menjauhi, tidak peduli, dan mereka juga sibuk dengan aktivitas masing-masing.Apalagi Aruna sama sekali tidak pernah menghubunginya. Dihubungi juga tidak bisa. Ia dengar wanita itu sudah kembali bahagia dengan suami dan anaknya.Uang Idda

  • Usai Keputusan Cerai   201. Izin 3

    "Kita masuk dulu dan lihat-lihat di dalam. Nanti beliin juga buat adek."Rifky mengangguk. Arham menggandengnya masuk ke dalam. Berjalan melihat mainan yang dipajang. Akhirnya Rifky mengambil dua mobilan untuk dirinya dan Rafka.Setelah puas berkeliling dan bermain, mereka menuju food court. Arham membiarkan Rifky memilih sendiri apa yang ingin dia makan. Bocah itu menunjuk chicken nugget, bakso, dan kentang goreng. Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati makanan sambil bercakap ringan.Arham bahagia, tapi Rifky berusaha menyesuaikan dengan kondisi. Belum lama berpisah dari adik, bunda, dan Papa Bre, ia sudah merasa kangen. Dia belum pernah berjauhan dari mereka. Bocah itu agak terhibur karena Arham terus mengajaknya bicara dan bercanda.Setelah itu Arham mengajak putranya pulang. Kali ini bukan langsung pulang ke rumah, tapi singgah dulu ke rumah Bu Rida."Kita mampir ke rumah nenek dulu, ya!""Ini rumah nenek, Pa?""Ya. Rumah Nenek Rida. Ayo, kita ketemu nenek dulu sebelum pul

  • Usai Keputusan Cerai   200. Izin 2

    Dua anak itu tidur dalam satu kamar, di kamar berbeda dari kedua orang tuanya. Dijaga oleh Mak As. Tapi Hilya juga berperan penuh menjaga anak-anaknya. Dia belum kembali ke kantor seperti harapannya. Mungkin nanti jika anak-anak sudah sekolah semua. Bre pun memberikan kebebasan Hilya untuk menentukan. Dia senang kalau bisa setiap waktu bersama sang istri di kantor, tapi dia juga lega karena anak-anak dijaga bundanya sendiri dan tidak menyerahkan sepenuhnya pada pengasuh."Kak, mau ana?" Rafka yang sudah terbangun heran melihat sang kakak yang sedang digantikan baju rapi oleh bundanya. Bocah yang berusia dua tahun setengah itu mendekat dan memandangi sang kakak."Kak Rifky mau ke Surabaya. Besok kakak sudah pulang lagi." Sambil menyisir rambutnya Rifky, Hilya menjawab pertanyaan anak keduanya."Ikut," celetuk Rafka."Adek sama bunda dan papa di rumah. Kalau adek sudah besar, baru boleh ikut." Hilya memberikan pengertian.Bukannya mengerti, Rafka malah merengek. Rifky menangkupkan kedua

  • Usai Keputusan Cerai   199. Izin 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- IzinAuthor's POV Pagi itu langit di sepanjang jalan menuju Malang masih menyisakan kabut tipis. Di kejauhan terlihat seperti tirai putih yang menampilkan bayang pepohonan di latar belakang. Hawa pastinya masih terasa begitu dingin.Arham sengaja berangkat sehabis salat subuh tadi agar sampai kota Malang masih pagi. Dia sangat antusias ketika mendapatkan izin untuk mengajak Rifky ke Surabaya selama dua hari.Ini untuk pertama kalinya Arham diberi kesempatan membawa putranya menginap. Itu pun setelah Rifky sendiri ditanyai oleh bundanya, bersedia ikut papanya apa tidak. Ternyata Rifky mau. Akhirnya Bre yang menelepon Arham untuk bicara.Kebahagiaan Arham tidak terlukiskan dengan kata-kata. Dia harus berterima kasih pada Bre, telah begitu pengertian dan bijaksana menyikapi hubungan antara dirinya dengan Rifky. Walaupun ayah tiri, Bre menjadi ayah yang luar biasa. Mereka mendidik putranya begitu baik.Ketika mobil Arham sampai di depan pagar rumah Bre, suasana ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status