Dan Bre meski tegang dan cemas, untuk pertama kalinya merasa seperti lelaki paling beruntung di dunia. Karena wanita yang ia pilih dengan sepenuh hati, kini akan memberinya dunia baru. Gelar sebagai seorang ayah dari buah cinta mereka sendiri.Habis Maghrib, rasa nyeri menghantam seperti gelombang yang datang bertubi-tubi. Nafas Hilya mulai berat. Tangannya mencengkeram erat lengan Bre saat kontraksi datang berterusan.Pada saat itu juga Bu Rika sampai di klinik. Namun ia tidak diizinkan untuk masuk. Wanita itu dengan cemas menunggu di bangku depan ruang bersalin bersama Ferry, putra sulungnya.Dalam kamar, Hilya menangis pelan. Bukan karena lemah, tapi karena semua rasa seolah bercampur menjadi satu. Sakit, haru, takut. Bre tak pernah melepaskan tangannya. Ia menyeka keringat di dahi istrinya, mencium pipinya, membisikkan doa-doa di sela napas Hilya yang tersengal."Ayo Bu Hilya, sudah lengkap bukaan sepuluh. Kita mulai mengejan ya," ujar dokter Nelly.Hilya menarik napas dalam. Deng
Terakhir Diperbarui : 2025-04-15 Baca selengkapnya