Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 171 - Chapter 180

201 Chapters

171. Keputusan 3

Lebaran ....Suara takbir menggema di seluruh penjuru alam. Hari kemenangan telah pun tiba. Tristan berharap, ini bukan sekedar kemenangan puasa, melainkan kemenangan dalam rumah tangganya.Meski Aruna masih belum banyak bicara, tapi mereka sudah bisa saling berkomunikasi dengan baik. Mereka juga membeli barang bersama-sama untuk persiapan menyambut hari raya.Semenjak malam kebersamaan mereka, Tristan tak lagi pulang ke rumahnya. Tapi ke apartemen. Dia yang menemani anaknya bermain jika Aruna ada acara pengajian. Dan habis Maghrib itu, ia, Aruna, dan Mbak Sari bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Mereka akan merayakan lebaran di rumah. Besok sehabis salat Idul Fitri, dua keluarga akan bertemu untuk membahas tentang kelanjutan hubungan mereka."Ada apa?" Tristan menghampiri Aruna yang tampak menunduk diam setelah menyusun pakaian di dalam koper."Nggak apa-apa," jawabnya mengelak. Padahal kepalanya terasa agak pusing. Mungkin imbas dari benturan waktu dia kecelakaan hari itu."Kamu n
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

172. Berteman 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Berteman Author's POV Hilya berdiri di depan cermin, membetulkan jilbab warna sage. Gamis senada yang membalut tubuhnya memberi kesan anggun, tidak mencolok, tapi justru karena itulah Hilya tampak memikat. Malam itu dia dan Bre akan pergi ke sebuah restoran yang telah disepakati untuk bertemu dengan Agatha. Dada Hilya berdebar-debar. Penasaran dengan sosok Agatha itu seperti apa? Kalau dilihat dari foto profilnya, dia sangat cantik. Usianya sekarang hampir empat puluh tahun dan masih bertahan sendiri setelah bercerai dari Bre.Dia mencintai Bre semenjak masih SMA. Duh selama itu. Apa bermakna sekarang dia belum bisa move on. Perasaan Hilya jadi kebat-kebit."Sayang, sudah apa belum?" Bre muncul di pintu kamar sambil menggendong Rifky yang sudah berpakaian rapi. Bocah tampan itu mengenakan kemeja warna navy, sama dengan yang dipakai papanya."Sudah, Mas." Hilya mengambil tas kecil, menyampirkannya di bahu, lalu keluar. Ia menyembunyikan ketegangan yang menyeli
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

173. Berteman 2

Bre duduk berseberangan dengan Agatha. Rifky di sebelahnya dan Hilya di sebelah kanan. Pelayan datang membawa buku menu, memberi mereka waktu sejenak untuk memilih makanan.Hilya memperhatikan bekas luka yang katanya ada di wajah Agatha. Namun ternyata sudah tidak ada. Mungkin sudah disamarkan."Bentar ya, Bunda ambilin mainan." Hilya bicara pada sang anak, lantas berdiri menuju sebuah rak untuk mengambilkan kotak mainan yang tersedia di sana.Agatha menoleh ke arah Hilya dan terkejut saat melihat perut wanita itu sedikit menonjol di balik gamis sage-nya. Dia baru menyadari kalau wanita itu tengah hamil."Hilya sedang hamil, Bre?""Iya, sudah lima bulan," jawab Bre sambil tersenyum.Agatha menarik napas. Sekilas jemarinya mengusap rambut yang jatuh ke pipinya. Hatinya terusik. Dia sudah legowo menerima takdirnya bersama Bre, tapi jujur juga kalau dia merasa terluka. Setahun menikah, Bre sama sekali tidak menyentuhnya."Wah, selamat, ya. Aku senang mendengarnya. Calon ayah."Bre tersen
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

174. Berteman 3

Aruna memandang suaminya dengan netra mulai memanas. Ia menelan saliva karena merasakan sesak dalam dada. Dan tangannya terus bekerja memasukkan baju kotor. Hingga Tristan menangkapnya. "Maafkan aku, Runa.""Ya." Runa menjawab lirih tanpa memandang Tristan. Ditarik tangannya pelan dari genggaman sang suami untuk membereskan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi. Ia sudah setuju untuk berdamai dan memperbaiki hubungan mereka, meski dalam hati masih ada ganjalan tentang rasa khawatir dan cemas."Runa, aku ingin kita punya anak lagi."Perkataan yang membuat Aruna terkejut. "Kita bisa membahasnya nanti, Mas. Aku masih menyelesaikan pelatihan kewirausahaan yang tinggal dua pertemuan lagi. Kemarin kan break karena bulan puasa. Nanti kupikirkan karena aku harus melepas implanku."Tristan diam. Jadi Aruna memang benar-benar tidak menyadari bahwa benda di lengannya sudah tidak ada. Apa sang istri tidak terbiasa untuk mer*ba benda itu?Pria itu menarik pinggang istrinya. Lalu menghabiskan seteng
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

175. Jangan Sampai Gagal 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Jangan Sampai Gagal Author's POV Bre tersenyum dan meletakkan pulpennya di atas meja saat Hilya muncul dari pintu. Pria itu bangkit dari kursi putarnya lalu memeluk sang istri. Perutnya yang datar, bersinggungan dengan perut Hilya yang membulat. Saat disentuh, bayi mereka menyambutnya. Membuat mereka berdua saling pandang dan tersenyum senang.Lalu Bre menarik kursi dan membantu istrinya untuk duduk. "Rifky, mana?""Nggak kuajak. Ribet kalau pas meeting ngajak Rifky, Mas. Anaknya nggak mau diam.""Dia nggak nangis kamu tinggal tadi?""Nggak."Mereka duduk berhadapan dan dipisahkan oleh meja."Aku tadi mampir beli siomay, Mas." Hilya mengeluarkan dua mealbox berisi dua porsi siomay Bandung dari kantung kresek. Satu kotak di geser Hilya ke hadapan suaminya. Bre bangkit untuk mengambilkan dua botol air mineral. "Sayang, kamu sudah melihat gadis itu?" tanya Bre sambil menyuap siomay.Hilya menggeleng."Dia cantik?" tanya Hilya seraya menjeling pada suaminya. Bre
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

176. Jangan Sampai Gagal 2

"Pulang dari pelatihan, aku langsung ke dokter untuk periksa," jawab Aruna sambil bangkit dari duduknya. Namun tubuhnya terhuyung hampir jatuh dan langsung ditahan oleh Tristan. "Duduk dulu!" Dibimbingnya sang istri duduk di tepi pembaringan."Mungkin ini bukan tentang efek dari kamu kecelakaan waktu itu." Tristan harus jujur tentang pelepasan implan di lengan istrinya. Sebab sampai sekarang Aruna tetap tidak menyadarinya. Tristan yang justru merasa kalau Aruna sedang hamil sekarang. Melihat perubahan bentuk tubuh istrinya yang mulai berisi, mual, dan selera makannya yang menurun. "Nggak usah ke pelatihan dulu. Nanti kuantar periksa. Bukan ke dokter umum, tapi ke dokter kandungan."Aruna terkejut memandang suami yang duduk di sebelahnya. Jadi Tristan mengira dirinya hamil? Memang dia belum haid lagi semenjak puasa. Tapi bukankah siklus bulanannya memang tidak pernah teratur, terlebih setelah ia sering sekali mengalami stres semenjak mereka konsultasi ke konselor pernikahan."Aku ngg
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

177. Jangan Sampai Gagal 3

Aruna memperhatikan dengan perasaan campur aduk. Mau tidak mau ia harus menerimanya. Dulu ia memilih kontrasepsi implan agar tidak ribet dan takut dirinya lupa. Sementara Tristan kalau ada maunya, sewaktu-waktu melakukannya. Dan mereka tidak pernah membicarakan anak lagi setelah kelahiran Giska.Namun kecelakaan itu, membuat implannya harus dilepas tanpa sepengetahuannya. Sekarang ia hamil dikala belum siap untuk memiliki anak kedua.Setelah dokter kandungan memberikan vitamin dan obat, Aruna melangkah pulang dengan naik taksi. Selama di perjalanan, dua kali Tristan menghubunginya. Dan mereka nyaris bersamaan ketika sampai di rumah."Kenapa nggak menungguku tadi?" protes Tristan saat keduanya masuk ke dalam rumah. Terus menaiki tangga menuju kamar mereka."Pas kebetulan ada taksi, jadi aku langsung naik.""Dokter bilang apa?"Keduanya masuk kamar. Aruna mengeluarkan amplop putih dari dalam tasnya dan memberikan pada sang suami.Membaca hasil tes dan melihat foto USG, membuat Tristan t
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

178. Salah Sangka 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Salah SangkaAuthor's POV "Kenapa belum pulang, Mbak?" Seorang kepala bagian perencanaan bertanya dan membuat Indira menoleh. Ternyata salah menduga dia. Bukan Bre tapi lelaki usia lima puluhan yang tengah melangkah hendak pulang."Eh, saya masih menunggu teman saya, Pak," jawab Indira gugup, kemudian buru-buru pergi dari sana dan menemui salah seorang temannya yang masih menyelesaikan pekerjaan. "Kenapa sih susah banget ketemu dia?" gumam Indira."Ada apa?" Temannya yang keheranan menoleh memandang Indira."Nggak ada apa-apa," jawab Indira gugup lalu segera membantu rekannya berkemas-kemas. Setelah itu mereka pulang berbarengan.Jarak kantor dan tempat kos hanya sekitar tiga ratus meteran saja. Bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sebelum ke kosan, mereka mampir dulu beli bakso. Terpaksa menunggu karena antriannya panjang."Nggak terasa bentar lagi kita selesai magang, In," ujar rekannya yang berpakaian abu-abu. Hanya dijawab anggukan kepala oleh Indira. Begitu c
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

179. Salah Sangka 2

"Wa'alaikumussalam. Hilya, ini Bapak." Suara di ujung sana terdengar pelan. "Bapak minta maaf, nggak bisa langsung bicara waktu itu. Tapi sekarang Bapak mau kasih tahu soal Indira atau kami memanggilnya dengan sebutan Nurul."Hilya diam mendengarkan. Lelaki di seberang bicara dengan nada gemetar. Antara malu dan merasa bersalah pada Hilya. Pertemuan mereka bukan membawa bahagia, tapi kembali membawa petaka. "Kamu jangan khawatir, besok bapak akan sampai di Malang. Bapak yang akan menegur si Nurul.""Kalau dia udah mulai mengusik keluargaku. Aku nggak akan diam, Pak. Aku nggak kenal Nurul juga nggak masalah." Hilya geram.Tiba-tiba terdengar suara perempuan di ujung sana, melengking tinggi. "Pa, kamu ngomong sama siapa? Malam-malam begini masih teleponan? Nomer baru, ya."Suara Pak Umar mendadak tergagap. Wanita di seberang bertambah murka ketika Pak Umar menyebut nama Hilya dan sambungan mendadak terputus.Hilya meletakkan ponsel di nakas sambil mendesah. "Bapak ternyata tipe suami ta
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

180. Salah Sangka 3

"Bapak, istirahat dulu di kamar. Sambil menunggu Mas Bre pulang," saran Hilya. Namun Pak Umar lebih memilih menemani Rifky bermain. Hingga Bre pulang setengah jam kemudian."Malam ini, saya merencakan makan malam di luar. Kita bertemu berempat, Pak." Bre memandang mertuanya. Pak Umar mengangguk. Memang tidak perlu ditunda lagi. Lebih cepat lebih baik. Kalau perlu, setelah pertemuan malam ini dia ingin membawa Nurul pulang ke Bali. Tidak peduli masa magangnya sudah selesai apa belum."Saya mandi dulu, Pak!" Bre bangkit dari duduknya lalu menaiki tangga menuju ke kamar. Di dalam, Hilya baru selesai salat asar. Bre juga memberitahu sang istri tentang rencana makan malam mereka. "Kita selesaikan malam ini. Sebab besok Arham mau ke sini untuk menemui Rifky."Sejenak Hilya terkejut. "Aku khawatir istrinya ikut dan membuat kekacauan lagi, Mas.""Mereka sudah bercerai."Hilya menatap suaminya. "Dari mana Mas tahu kalau mereka sudah bercerai?""Arham yang bilang.""Oh." Hilya lantas melipat
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more
PREV
1
...
161718192021
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status