Semua Bab Damian&Kimberly: Bab 31 - Bab 40

78 Bab

Bab 31. S2. Executing the Plan III

Adrik mengisap rokok kuat, dan mengembuskan asap ke udara. Pria itu duduk di sebuah ruangan besar yang tampak seperti gudang. Aroma alkohol dan tembakau begitu kental di sana, menyeruak menjadi satu. Sepasang iris matanya begitu tajam, menatap lurus ke depan. Tatapan yang mengisyaratkan tentang emosi yang terpendam. Beberapa kali, dia berdecak akibat rasa tak sabarnya. Dadanya memburu, yang kerap muncul diingatan pria itu adalah Carol menginap di apartemen Fargo. “Shit!” Adrik langsung mengumpat mengingat itu semua. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha mengendalikan diri. Persetan tentang hubungan Carol dan Fargo. Sebab Carol hanya miliknya, sampai kapan pun Carol tidak akan dimiliki oleh pria lain. Apa pun cara akan Adrik lakukan asalkan Carol menjadi miliknya seutuhnya. Adrik mengingat pertemuannya dengan orang tua Carol yang tak menuaikan hasil. Di sana Adrik benci Bobby Hanson sangatlah lama dalam bertindak. Hanya Cadey Hanson yang begitu mendukungnya. Namun, Cadey Hanson,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 32. S2. Executing the Plan IV

Pelupuk mata Kimberly terbuka secara perlahan, bersaman dengan suara rintihan sakit yang dia rasakan di area wajahnya. Tubuhnya terasa pegal luar biasa. Beberapa kali, dia mengerjap—dan kepalanya terasa begitu berat seperti terkena hantaman batu keras. Rasa pusing menyerang, membuatnya terpaksa memejamkan mata lagi, tak langsung membuka matanya. Perlahan ketika rasa pusing Kimberly mulai mereda, wanita itu mulai membuka kedua matanya secara perlahan—dan seketika raut wajahnya berubah mendapati dirinya berada di dalam mobilnya. “Kenapa aku bisa tertidur di mobil, akh—” Baru saja Kimberly merangkai kata, dia sudah langsung merasakan sakit di bagian hidung dan juga ujung bibirnya. Dia menyentuh hidung dan ujung bibirnya—yang ternyata mengeluarkan darah. Tampak dia terkejut melihat darah yang ada ujung bibirnya dan juga hidungnya. Kimberly terdiam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi padanya sampai dirinya terluka. Lantas, detik itu juga kepingan memori segera tersusun selayakny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 33. S2. Falling in Love

Dobrakan pintu keras membuat Adrik terkejut. Pria itu bangkit dari tubuh Carol, lalu menatap tajam ke arah pintu. Tepat di kala Adrik sudah bangkit dari tubuh Carol—Carol langsung memeluk erat tubuhnya. Tampak Carol meneteskan air mata seraya menatap ke ambang pintu. Namun, seketika itu juga mata Carol menatap haru dua pria yang berdiri di ambang pintu. Dua pria yang mana salah satunya adalah pria yang Carol cintai. Pria yang hanya Carol inginkan di dunia ini. Sungguh, jika saja mereka terlambat datang entah apa yang terjadi di hidup Carol. Ya, di ambang pintu ada Fargo dan Damian datang menyelamatnya. Tepat di belakang Damain ada Kimberly yang tak diperbolehkan jauh dari Damian. Kehadiran Fargo dan Damian sangat tepat waktu. Itu yang sejak tadi membuat Carol menetskan air mata penuh syukur. Rasa takut dalam dirinya mulai terkikis menghilang, tergantikan dengan ketenangan meski belum sepenuhnya. Raut wajah Fargo berubah melihat Adrik ingin menyentuh Carol. Sepasang iris mata Fargo m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 34. S2. News

Suara burung berkicau saling bersahutan menyambut sang mentari pagi. Sinar matahari pagi sudah bersinar, memancarkan jelas keindahannya. Tampak Carol yang tadi masih memejamkan mata langsung terbangun kala sudah terkena sinar matahari dari sela-sela jendela. Pagi yang indah telah kembali Carol rasakan, membuantnya tak henti bersyukur dalam hatinya. Cuaca pagi yang sangat cerah kerap membuat orang-orang yang tengah stres akan hidup, mulai merasakan jauh lebih baik. Ya, Carol kembali membuka mata di kala pagi menyapa dalam keadaan, Fargo memeluknya erat. Carol merasakan dirinya adalah paling beruntung di dunia ini, karena bisa bangun membuka mata dalam keadaan berada di dalam pelukan orang orang yang dicintainya. Carol bukanlah gadis polos yang belum sama sekali menjalin hubungan. Tentu dia sudah beberaapa kali memiliki kekasih, meskipun tak bisa dibilang banyak. Dia sudah pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya, tapi tidak ada yang semanis Fargo. Carol merasakan sejatuh-jatuhnya pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 35. S2. News II

Deston menyesap wine di hadapannya, dengan sorot pandang lurus ke depan dengan pikiran yang menerawang jauh. Seperti ada sesuatu hal yang mengusik pikiran pria paruh baya itu. Beberapa kali, Deston mengembuskan napas kasar—menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya seraya memejamkan mata lelah. Apa yang ada di pikiran Deston saat ini memang sangatlah mengganggu pikirannya. Ya, yang sekarang Deston pikirkan adalah cerita Damian. Di mana putranya itu memberitahukan tentang Adrik Zeno yang menculik Carol. Tidak hanya itu saja, tapi Damian juga memberi tahu bahwa Carol sekarang menjalin hubungan dengan Fargo. Deston tak menyangka kalau Carol telah menjalin hubungan dengan Fargo. Hal yang pria paruh baya itu tahu bahwa Carol adalah sahabat baik Kimberly. Namun, ternyata dunia sangat sempit. Fargo dan Carol saling jatuh cinta. Sampai detik ini, Fargo belum sama sekali memberi tahu pada keluarga tentang hubungan Fargo dengan Carol. Pun Deston tak mau bertanya lebih dulu. Deston membia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 36. S2. News III

Kimberly duduk di ranjang seraya menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Setelah tadi beberapa kali muntah-muntah, keadaannya sudah membaik. Padahal sebelumnya, Damian ingin memanggilkan dokter, tapi Kimberly melarang karena merasa dirinya baik-baik saja. Tidak perlu ada yang dicemaskan pada dirinya. Mungkin karena terlalu lelah akan banyaknya masalah serta urusan membuat kondisi kesehatan Kimberly kurang baik. Beberapa hari ini, Kimberly sibuk dengan perusahaannya. Selain itu, masalah yang menimpa Carol kemarin tentu masih meninggalkan trauma di pikiran Kimberly. Pun Carol sekarang tengah mengambil cuti beberapa hari ke depan. Tentu Kimberly tidak akan melarang Carol cuti. Dia mendukung Carol untuk mengambil libur. Dalam fase pemulihan trauma, yang dibutuhkan Carol adalah pikiran tenang bebas dari tanggung jawab. “Perutku sedikit kurang enak.” Kimberly mengusap perutnya, merasakan mual tetap masih ada. Entah dia tak mengerti ada apa dengan dirinya. Apa mungkin salah makan? Namun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 37. S2. Love is Not Sex

“Sayang, ayo lebih cepat. Aku takut terjadi sesuatu pada ibuku.” Carol menggigit kukunya. Wanita itu nampak panik luar biasa. Rasa takut dan khawatir menghantuinya, menyergap dirinya seakan menguncinya menjadi terbelenggu dalam sebuah rasa takut yang dahsyat. Sungguh, dia sangat mencemaskan ibunya. Lepas dari ibunya selalu cerewet, dan kerap mengaturnya, tetap saja dia tak siap jika hidup tanpa ibunya. Terlebih, dia merasa belum sama sekali membahagiakan ibunya itu. “Kita sudah mengebut, Carol. Kalau lebih cepat dari ini, kau mau kita dalam bahaya, hm?” Fargo membelai pipi Carol, menenangkan sang kekasih. “Aku yakin, ibumu akan baik-baik saja. Jika kau berpikir negative, maka hal buruk yang akan muncul di pikiranmu. Tapi kalau kau terus berpikir positive, maka hal-hal baik yang akan ada di pikiranmu. Kau sendiri yang bisa mengendalikan dirimu sendiri.” Air mata Carol menetes jatuh membasahi pipinya. Wanita cantik itu hanya menganggukkan kepala, membalas ucapan Fargo. Tak ada kata ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 38. S2. Sick

Saat pagi menyapa, Carol yang sudah bangun lebih awal langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Tentu, Carol tak berlama-lama di dalam kamar mandi. Wanita cantik itu hanya mandi sekitar lima belas menit saja. Dia sengaja tak berendam hari ini, karena dia ingin memasak membuat sarapan. Mengingat orang tua Fargo hari ini tengah menginap di apartemen Fargo. Oh, astaga, jika mengingat itu Carol sangatlah gugup dan malu. “Carol, kenapa kau bangun pagi sekali?” Fargo menguap seraya menyeka matanya. Pria tampan itu menatap Carol yang baru selesai mandi, dan sudah mengganti pakaian dengan dress berwarna kuning terang. Dress yang sangat kontras di kulit Carol dan begitu cantik. Carol tersenyum melihat Fargo yang baru bangun. Wanita cantik itu mendekat, duduk di tepi ranjang, dan memberikan kecupan lembut di pipi sang kekasih tercinta. “Morning, Sayang.” “Morning.” Fargo mencubit pelan hidung Carol. “Kau cantik sekali.” Bibir Carol mencebik. “Kau ini bisa-bisanya merayu di pagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 39. S2. Kimberly's Pregnancy

Semua orang dibuat terkejut melihat dengan mata kepala mereka Kimberly jatuh pingsan. Tampak Rula dan Fidelya panik luar biasa. Diego yang ada digendongan Fidelya pun menangis kala melihat Kimberly pingsan. Sementara Damian? Tak perlu lagi ditanya, pria itu sangatlah luar biasa panik. Beberapa kali Damian mencoba membangunkan Kimberly, tapi hasilnya nihil. Kimberly tak kunjung membuka mata. Hal itu membuat semua orang semakin khawatir. Saat kejadian Kimberly jatuh pingsan, Fargo segera membantu Damian untuk memanggilkan dokter khusus keluarga Darrel. Mereka langsung meminta dokter datang, karena takut Kimberly butuh pertolongan pertama. Jika harus ke rumah sakit, takutnya akan memakan waktu. Ya, kini semua keluarga telah menunggu di depan kamar tamu di apartemen milik Fargo. Kamar di mana yang dijadikan tempat untuk ruang rawat Kimberly sementara. Diego yang tadi menangis digendongan Fidelya telah berhasil diluluhkan oleh Carol. Diego sempat mengamuk ingin melihat ibunya, tapi berha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 40. S2. Proposal Ring

Tanpa terasa tiga hari telah berlalu. Cadey sekarang sudah keluar dari rumah sakit. Selama ini, Carol selalu bolak-balik ke rumah sakit, mengantarkan makanan dan menunggu Cadey. Tentu Fargo begitu setia pada Carol mengantar ke rumah sakit. Selama di rumah sakit Cadey memang lebih banyak diam ketika Fargo datang. Hanya sesekali ibu Carol itu mulai bersuara. Pun sebenarnya ibu Carol itu mulai bicara karena Fargo yang memulai percakapan—menanyakan kabar. Carol mengerti ibunya selalu malu setiap kali melihat Fargo. Hal itu yang membuat ibunya itu memilih tidak banyak bicara. Well, kalau boleh jujur memang Carol seperti merasa kehilangan sosok ibunya yang cerewet. Bayangkan saja, tidak ada hari tanpa dimarahi. Hal itu sudah menjadi bagian hidup Carol Hanson sejak lama. Dia kerap melarikan diri layaknya maling demi terhindar dari omelan sang ibu. Padahal usia Carol bukan lagi usia anak sekolah. Namun tetap saja, dia kerap diperilakukan seperti anak-anak. “Carol, hari ini aku akan meeting
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status