Semua Bab Damian&Kimberly: Bab 11 - Bab 20

78 Bab

Bab 11. S2. Party II 

Mata Fargo melebar menatap Carol dengan tatapan terkejut sekaligus memiliki jutaan arti. Lidahnya tak mampu berucap. Pria tampan itu hanya mencetuskan nama Carol di dalam hatinya, tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tetap bergeming, tak bergerak sedikit pun. Tatapan itu seakan hanyut membawanya ke lautan lepas, yang entah membawanya ke arah mana.Lagi, Fargo tetap hanya diam tak mengatakan sepatah kata pun kala Carol sudah mendekat. Gaun yang dipakai Carol begitu indah dan cantik. Rambut panjang wanita itu digulung ke atas, menunjukkan leher jenjangnya yang memukau. Belahan dada Carol terlihat. Pun Fargo melihat jelas ukuran dada Carol memang menantang. Bulat, padat, dan menggoda para kaum adam. Orang yang menatap Carol tak hanya Fargo saja, tapi banyak dari pria lain yang juga menatap Carol. Tentu kehadiran Carol yang sendiri mengundang perhatian banyak orang. Semua orang di pesta pasti beranggapan bahwa Carol adalah wanita single. Jamuan makan malam yang diadakan oleh Darr
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 12. S2. Party III

“Kenapa kau selalu cantik, hm?” Damian melingkarkan tangannya di pinggang Kimberly possessive. Banyak mata yang melihat sang istri, tapi Damian langsung memeluk erat sang istri, seakan menunjukkan pada dunia—Kimberly hanya miliknya. “Sayang, kau jangan merayu.” Kimberly memukul pelan lengan kekar Damian. Tampak pipi wanita itu tersipu malu. Saat ini dan dan suami berada berdansa di lantai dansa. Alunan musik slow motion, membuat Kimberly hanyut akan dansa romatis itu. Damian mengecupi bibir Kimberly bertubi-tubi. Pria tampan itu selalu gemas akan tingkah sang istri yang selalu menggemaskan. Saat Damian menikmati dansa romantis dengan Kimberly—tatapan pria tampan itu teralih pada Fargo dan Carol—yang tengah berdansa. Detik itu juga raut wajah Damian berubah. Sepasang iris mata cokelat gelapnya menatap Fargo dan Carol dengan tatapan penuh arti. “Kim, lihatlah ke kanan,” bisik Damian pelan di telinga Kimberly. Refleks, Kimberly mengalihkan pandangannya ke arah kanan, sesuai dengan yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 13. S2. Party IV

Sepasang iris mata Fargo menatap Adrik Zeno di hadapannya dengan tatapan dingin, tajam, dan menusuk. Tatapan yang tersirat penuh peringatan. Aura wajahnya menunjukan kemarahan yang tak terkendali. “Jangan ikut campur! Aku tahu kau tidak memiliki hubungan apa pun dengan Carol!” seru Adrik dengan penuh keyakinan. Tatapannya membalas tatapan Fargo tak kalah tajam. Fargo menarik tangan Carol, membawa masuk ke dalam dekapannya. “Aku dan Carol memang sengaja menyembunyikan hubungan kami. Akan ada waktunya kami mengumumkan hubungan kami pada publik. Kami memiliki alasan sendiri untuk tidak memublikasikan hubungan kami. Kau hanya orang luar yang tidak tahu apa pun. Jadi lebih baik diam!”Setelah mengatakan itu, Fargo menggenggam tangan Carol, membawa Carol meninggalkan pesta. Tampak, raut wajah Adrik berubah dingin dan menunjukan jelas emosinya kala Fargo membawa Carol. Adrik hendak ingin mengejar, tapi Adrik menyadari bahwa dirinya berada di pesta. Adrik tak mau membuat kekacauan. Fargo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 14. S2. Beautiful Mistake 

Sudah berjam-jam Carol memaksa untuk menutup matanya, wanita cantik itu ingin sekali beristirahat. Pun tubuhnya terasa begitu lelah. Begitu juga dengan pikirannya yang sangat lelah. Akan tetapi, alih-alih memejamkan mata malah Carol tak bisa tidur sama sekali. Hatinya seperti gelisah akan sesuatu. Benak wanita itu memikirkan hal yang dia sendiri tak tahu hal apa yang mengusik ketenangan hati dan jiwa. Carol bangun, dan memilih duduk serta menyandarkan punggung di kepala ranjang. Beberapa kali, dia menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Ya, sekarang dia masih berada di kamar tamu di apartemen pribadi milik Fargo. Mungkin kejadian tadi di pesta, membuatnya tak bisa tidur nyenyak. Harus dia akui, tindakan Fargo yang menyelamatkannya dari Adrik, membuat hatinya merasakan aman dan terlindungi. Rupanya Fargo bisa bersikap gentlemen. Carol melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul dua malam. Biasanya dia sudah tertidur pulas pada pukul ini, tapi sayangnya sekarang dia tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 15. S2. Beautiful Mistake II

Raut wajah Carol menunjukkan jelas kemuramannya. Pancaran matanya tampak melemah. Jutaan hal mengusik pikiran Carol, membuat seakan tubuhnya terasa lelah. Dia mengeratkan selimut yang membalut tubuh polosnya. Dia menggigit bibir bawahnya mengingat kejadian beberapa menit lalu. Kejadian di mana tak pernah dia sangka. Semua terjadi begitu cepat, dan berhenti begitu saja seakan dirinya tak pernah diinginkan. Air mata Carol sudah mengumpul di belakang kornea matanya. Namun, wanita itu menahan diri untuk tak menangis. Entah dia tak mengerti kenapa dirinya sangat sensitive. Padahal seharusnya Carol merasa bersyukur tak terjerat dalam ikatan semu. Sungguh, dia memang tak mengerti pada dirinya sendiri. Semua terlalu rumit untuk dikatakan. Sayup-sayup mata Carol mulai merasakan kantuk. Wanita cantik itu ingin sekali pindah ke kamarnya, tetapi kondisi kakinya tak memungkinkan untuk berjalan. Perlahan, dia mulai membaringkan tubuh di sofa. Pikiran dan tubuhnya sangat lelah, membuat rasa kantu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 16. S2. Carol’s Question 

Carol tak pernah mengira akan terjebak di apartemen Fargo. Layaknya terpenjara yang tidak bisa pergi ke mana pun. Dalam kondisi kaki Carol yang masih sedikit bengkak, tentu membuat semua rencana-rencananya tertunda. Bisa saja Carol memaksakan diri untuk pulang, tapi tadi Fargo berpesan sebelum pergi, meminta dirinya untuk setidaknya lebih baik. Sekitar tiga puluh menit lalu, Fargo berpamitan pada Carol untuk pergi sebentar ke kantor. Carol tidak mungkin tidak mengizinkan. Dia tahu batasan. Pun dia mengerti, Fargo sibuk dengan pekerjaannya. Pasti banyak sekali hal yang harus Fargo kerjakan. Andai Carol tak sakit, pasti dia suda berada di kantor menyelesaikan pekerjaannya. “Bosan sekali,” gumam Carol seraya melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul satu siang. Baru saja Carol selesai makan siang. Entah Fargo pulang jam berapa. Dia tadi tidak sempat bertanya kapan Fargo akan pulang. Carol mengambil ponselnya, menghidupkan, dan segera menghubungi nomor Fiona. Sejak tadi pagi memang C
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 17. S2. Who is Adrik Zeno? 

“Diego, mobilku bagus, tidak? Ini mobil baruku. Daddy yang membelikan untukku.” Ben menunjukkan mobil baru miliknya pada Diego. Bocah laki-laki yang sepantaran dengan Diego itu tampak sangat bahagia. “Bagus, Ben. Grandpa Ernest juga membelikanku mobil.” Diego menunjukkan mobil yang dibelikan oleh Ernest. Raut wajah Diego riang kala memegang mainan barunya. “Diego, nanti saat aku dewasa, aku ingin menjadi pembalap. Aku ingin menjadi pembalap mobil yang hebat.” Ben bercerita tentang impiannya. “Kau ingin menjadi pembalap, Ben?” Diego menatap Ben dengan tatapan serius. Ben mengangguk. “Iya, Diego. Aku ingin menjadi pembalap yang hebat. Kau ingin menjadi apa jika dewasa nanti?” “Aku ingin seperti Daddy-ku. Daddy selalu masuk televisi banyak diwawancarai. Mommy bilang Daddy adalah pria yang hebat dalam pekerjaannya. Aku ingin seperti Daddy,” ujar Diego membanggakan ayahnya. Ben menghela napas dalam. “Kalau aku tidak mau seperti Daddy. Pekerjaannya membosankan. Aku sudah sering ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 18. S2. Rejection

Sepanjang malam Kimberly tak tidur nyenyak. Benaknya terus memikirkan tentang perkataan Damian yang mengatakan Adrik Zeno pernah masuk ke dalam penjara. Meski Damian mengatakan belum yakin bahwa yang dimaksud olehnya adalah Adrik Zeno, tapi dia sangat mengenal baik sang suami yang memiliki ingatan cukup kuat. Sungguh, rasa cemas dan khawatir melingkupi Kimberly. Sejak tadi malam, Kimberly berusaha menghubungi nomor Carol, tetapi nomor Carol tidak aktif. Dia memaklumi, karena Carol sedang dicari oleh orang tua teman baiknya itu. Jadi, tak heran kalau Kimberly tak bisa menghubungi nomor Carol. Hanya saja, point masalah di sini dia sangat mencemaskan Carol. “Aku harus menghubungi Carol lagi. Mungkin nomornya sudah aktif,” gumam Kimberly pelan. Detik selanjutnya, Kimberly mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menghubungi nomor Carol. Namun, sayang, nomor Carol masih belum aktif. Tampak Kimberly mengembuskan napas jengkel. Andai saja dia tahu di mana Carol menginap, pasti dia ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 19. S2. About Adrik Zeno 

“Shit!” Fargo mengusap wajahnya kasar mengingat kejadian tadi. Kejadian di mana dirinya kembali lepas kendali untuk kesekian kalinya. Makian dan umpatan terus lolos di bibir pria itu. Dia tak mengira ini akan kembali terulang. Padahal sebelumnya, dia telah meneguhkan dirinya untuk tak mengulangi hal gila ini. Fargo tak ingin melukai Carol. Bagaimanapun Carol adalah teman baik Kimberly. Tak bisa memungkiri, dia terlalu takut melukai hati Carol. Jika dirinya ingin memiliki pasangan, maka dia tak ingin pasangan yang pernah ada di bagian masa lalunya. “Berengsek!” Fargo menyambar wine di hadapannya, menenggak wine itu kasar. Pikirannya benar-benar kacau memikirkan ini. Dia tak mengira akan terjebak dalam lingkaran seperti ini. Jebakan yang membuat Fargo sulit untuk keluar. Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Fargo mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang tertera di atas meja. Pria tampan itu mengembuskan napas kasar seraya memejamkan mata singkat. Hari ini dia pulang lebih a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 20. S2. The Chaos in the Nightclub

Kimberly melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Wanita cantik itu menunggu Damian pulang dari kantor. Sampai detik ini suaminya belum juga pulang. Padahal tadi siang Damian mengatakan pulang lebih awal. Kalau sudah sibuk, maka suaminya itu akan pulang terlambat. Dia ingin mengomel, tapi dia tak tega. Lagi pula, Damian jarang pulang malam. Jadi, dia memilih untuk mengerti. Suara dering ponsel berbunyi. Refleks, Kimberly mengambil ponselnya yang ada di atas meja, menatap ke layar tertera nama Brisa—asistennya di sana. Tampak keningnya mengerut, melihat nomor sang asisten tertera di layar ponselnya. Jika sampai malam-malam Brisa menghubunginya, pasti ada hal penting yang harus disampaikan. Tentu pasti ini tentang pekerjaan. Tanpa menunggu lama, dia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. “Ada apa, Brisa?” jawab Kimberly kala panggilan terhubung. “Selamat malam, Nyonya. Maaf mengganggu Anda. Saya hanya ingin mengingatkan kalau besok pagi Anda memiliki meeti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status