Semua Bab Damian&Kimberly: Bab 41 - Bab 50

78 Bab

Bab 41. S2. Revenge

Berita rencana pernikahan Carol dan Fargo sudah tersebar di media. Tentu berita pernikahan Carol dan Fargo ini telah menghebohkan publik. Pasalnya, mereka tidak pernah sedikit pun mengumbar hubungan mereka. Bahkan di kala rumor beredar tentang hubungan Carol dan Fargo, kedua belah pihak tetap bungkam dan tidak mau sama sekali memberikan komentar apa pun. Begitu juga dengan pihak keluarga yang tak mau sama sekali memberikan komentar. Hal yang membuat berita menjadi ramai karena status Fargo yang merupakan mantan suami Kimberly. Sementara Carol adalah sahabat baik Kimberly. Siapa yang tak tahu berita panas tentang perceraian Fargo dan Kimberly beberapa tahun silam? Semua orang jelas tahu tentang skandal yang menggemparkan publik. Sejak di mana terbongkar skandal rumah tangga Fargo dan Kimberly, membuat kehidupan pribadi Fargo dan Kimberly selalu menjadi sorotan media. Ditambah Kimberly memiliki skandal dan bahkan sampai menikah dengan Damian Darrel—yang mana statusnya adalah Paman tir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 42. S2. Escape

Kimberly duduk di sofa kamar seraya memakan ice cream tiramisu. Baru saja wanita itu mengalami mual hebat, dan salah satu penawar rasa mualnya adalah makan ice cream. Jika ada wanita hamil tanpa mengalami mual, maka wanita itu sangat beruntung. Pasalnya, kehamilan pertama ataupun kehamilan kedua selalu mengalami mual hebat. Hal itu yang membuatnya selalu sulit mengerjakan beberapa pekerjaanya. Mau tak mau, Kimberly meminta Brisa untuk membantunya mengurus perusahaan. Dulu, Kimberly kerap meminta bantuan Carol untuk mengurus perusahaan dikala dirinya tengah hamil muda, tapi sekarang, dia tak bisa meminta bantuan Carol, karena kondisinya teman baiknya itu sedang mempersiapkan pernikahan. Tanpa terasa, hanya tinggal sedikit lagi, Carol dan Fargo akan segera melangsungkan pernikahan. Tak heran kalau sekarang Carol begitu sibuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Meskipun, Fargo sudah meminta anak buahnya untuk mengurus, tetap saja Carol ingin ikut andil dalam mengurus persiapan pernik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 43. S2. Escape II

Sepasang iris mata Fargo melebar terkejut mendengar apa yang dilaporkan oleh sang asisten. Tangan Fargo mencengkram kuat ponselnya, menunjukan kemarahan yang nyaris meledak. Sorot matanya terhunus tajam, penuh emosi. Rahangnya mengetat. Geraman kemarahan membuatnya tak terkendali. “Temui aku di luar sekarang!” bentak Fargo dengan nada keras. Tanpa menunggu balasan, dia langsung menutup panggilan itu sepihak—menyibak selimut, dan turun dari ranjang seraya menyambar jaket dan kunci mobilnya. “Fargo, tunggu.” Carol terkejut kala Fargo ingin pergi begitu saja. Wanita itu melompat dari ranjang, dan berlari menghampiri Fargo. “Kau mau ke mana, Fargo?” tanyanya seraya menyentuh lengan sang kekasih. Tampak, raut wajah Carol bingung melihat kemarahan di wajah Fargo setelah mendapatkan telepon dari Gene. “Ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan,” jawab Fargo berusaha bersikap biasa. Meski dadanya panas luar biasa, akibat emosinya, tetapi Fargo tetap mengendalikan dirinya di depan Carol
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 44. S2. Terror

Fargo membanting kasar pintu mobilnya, berlari cepat masuk ke dalam lobi apartemen—disusul Damian yang juga berlari mengikuti Fargo. Ya, kedua pria itu sama-sama memarkirkan mobil sembarangan di halaman parkir. Mereka tak peduli jika mobil mereka menghalangi jalan sekali pun. Tampak jelas Fargo begitu cemas dan khawatir. Pancaran mata Fargo memancarkan rasa takut yang sulit terkendali. Sementara Damian tentu tak mungkin membiarkan Fargo sendirian. Damian takut terjadi sesuatu pada keponakannya itu. “Carol! Carol!” Fargo menerobos masuk ke dalam apartemen, dan terdengar suara tangis dari dalam kamar, membuat Fargo segera berjalan menuju ke arah kamar. Pun Damian mengikuti Fargo seraya mengendarkan pandangan ke sekitar. Tatapan Damian menelesik memastikan tak ada orang di apartemen Fargo. Saat tiba di kamar, tatapan Fargo melihat dua security yang harusnya berjaga di depan pintu apartemen malah ada di ambang pintu kamarnya. Sementara Carol duduk di lantai seraya dipeluk oleh pelayan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 45. S2. Terror II

“Selamat pagi, Nyonya Kimberly.” Sang pelayan menghampiri Kimberly yang duduk di sofa kamar. Pelayan itu segera menyajikan pancake saus madu yang sudah dia buat untuk Kimberly. “Ini sarapan Anda, Nyonya.” “Terima kasih.” Kimberly tersenyum hangat. Ya, pagi menyapa, dia mual hebat sampai membuatnya enggan keluar kamar. Bahkan tadi pagi, di kala Diego berpamitan berangkat sekolah saja, dia tak bisa mengantar ke depan rumah. Alasannya, dia selalu tak tahan ingin muntah. Beruntung, Diego anak yang patuh. Diego sama sekali tak marah saat Kimberly tak bisa mengantar ke depan rumah. Namun, meski demikian sebelum Diego berangkat sekolah, tentu saja Kimberly sudah menghujani Diego kecupan dan pelukan hangat. “Dengan senang hati, Nyonya.” Sang pelayan tersenyum sopan. “Maaf, Nyonya. Apa sekiranya ada lagi yang Anda butuhkan? Mungkin Anda ingin makanan lain?” tanyanya sebelum pamit undur diri. “Tidak, ini saja sudah cukup. Nanti kalau aku butuh sesuatu, aku akan memberikan kabar padamu,” jawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 46. S2. A Mother's Feeling

Tubuh Kimberly bergerak-gerak gelisah dengan mata yang masih terpejam. Peluh mulai membanjiri kening Kimberly. Tampak jelas Kimberly sedang berada di dalam mimpi buruk. Damian yang ada di sampingnya langsung terbangun kala merasakan ada yang bergerak-gerak. Refleks, di kala mata Damian terbuka—pria itu terkejut melihat Kimberly mengigau. “Diego … Diego …” racau Kimberly mengigau memanggil nama Diego. “Kim? Kim?” Damian menepuk-nepuk pipi Kimberly lembut, membangunkan istrinya itu. “Kim? Hey, Sayang. Bangun?” Damian kembali berusaha membangunkan Kimberly. “Diego!” Mata Kimberly langsung terbuka lebar, berteriak memanggil Diego. “Kim? Ada apa?” Damian mengusap-usap bahu Kimberly. Napas Kimberly terengah-engah kala dirinya sudah terbangun. Tepat ketika dia sudah membuka kedua matanya, wanita itu langsung menyibak selimut, dan turun dari ranjang—melangkah terburu-buru meninggalkan kamar. Sontak, Damian yang melihat Kimberly keluar kamar, segera menyusul sang istri. Raut wajah Damian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 47. S2. Kidnapping

Kimberly menatap sarapan yang sudah tertata sempurna di atas meja. Seperti biasa, wanita cantik itu bangun lebih awal mempersiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Akan tetapi, entah kenapa hatinya benar-benar merasa tidak tenang. Ya, sejak tadi malam, dia berusaha untuk berpikir positive, tetapi hasilnya nihil. Dia sama sekali tak bisa tenang. Semakin wanita itu berusaha berpikir positive, maka semakin pikiran buruk menyergap dirinya. Mimpi buruk yang Kimberly alami tadi malam, seakan sangat nyata. Wanita itu masih ingat bagaimana dirinya berteriak menangis karena ada yang mengambil Diego. Sungguh, mengingat semua itu membuatnya sangat takut. “Astaga, itu hanya bunga tidur, Kim. Tidak akan ada yang mungkin mengambil Diego darimu.” Kimberly bergumam pada dirinya sendiri, menepis segala yang ada di dalam pikirannya. Tidak mungkin bunga tidur menjadi kenyataan. Lagi pula siapa yang berani menyentuh Diego? Pun selama ini dirinya dan Damian tak memiliki musuh. “Nyonya?” sapa sang pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 48. S2. Kidnapping II 

Kimberly duduk di ranjang seraya menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Wanita cantik itu mengusap-usap perutnya yang masih rata. Rasa mual dalam dirinya tak kunjung menghilang. Ini memang sungguh menyiksa, tapi dia tetap berusaha untuk menahan. Perlahan dia menghela napas dalam, sambil memejamkan mata lelah. Hatinya masih tetap tak tenang. Padahal tadi pagi, dia bersama dengan Damian sudah mengantar Diego ke sekolah. Namun entah kenapa, selalu saja dia mencemaskan putra kecilnya itu. “Kenapa hatiku selalu gelisah seperti ini?” gumam Kimberly pada dirinya sendiri. Sungguh, ini membuatnya menjadi tak nyaman. Perasaan gelisah, membuatnya seperti terbelenggu di dalam penjara siksaan. Padahal, semuanya baik-baik saja. Perasaan tidak enak berawal dari mimpi buruknya. “Semua baik-baik saja, Kim.” Kimberly menepis pikiran negative yang muncul dalam pikirannya. Jika dia membiarkan pikiran negative berlarut-larut, maka akan mengganggu kesehatannya. Dia ingat dirinya sekarang tengah menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 49. S2. Kidnapping III

Suara berat memanggil Diego dengan nada dingin, misterius, dan seakan dibuat-buat menjadi pria yang ramah. Sorot mata pria yang memanggil Diego, menatap Diego lekat. Refleks, Diego dan Ben yang ada di lobi, mengalihkan pandangan mereka, pada sumber suara tersebut. Seketika kening Diego mengerut dalam kala melihat ada orang asing yang memanggilnya. Raut wajah bocah laki-laki itu tampak bingung melihat ada sosok pria asing di hadapannya. Diego sedikit memiringkan kepala, berusaha mengenali pria yang ada di hadapannya. Namun, sepertinya bocah laki-laki itu benar-benar tak mengenali pria yang ada di hadapannya itu. “Kau siapa?” tanya Diego seraya menatap seorang pria di hadapanya. Pun Ben menunjukkan kebingungan. Sebab memang Ben belum pernah melihat pria yang menyapa Diego itu. “Aku Elmar, teman baik ayahmu. Sopirmu mengalami kecelakaan di jalan saat ingin menjemputmu. Sekarang, ayah dan ibumu sedang menuju ke rumah sakit. Ayahmu memintaku untuk menjemputmu,” jawab pria yang bernama E
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 50. S2. Kidnapping IV

Mata Damian melebar mendengar apa yang telah dilaporkan oleh Freddy. Sepasang iris mata cokelat gelapnya berkilat, menatap Freddy tajam. Raut wajah pria itu menunjukkan jelas keterkejutannya. Tampak sorot matanya menyorot Freddy, menutut sang asisten. “Apa maksud ucapanmu, Freddy?!” seru Damian dengan nada tinggi dan keras. Aura kemarahan dan emosi melingkupi pria itu. Dia yakin apa yang dilaporkan sang asisten pasti salah. Tidak mungkin putra dan adik iparnya menghilang. Freddy menundukkan kepalanya kala mendapatkan bentakan dari Damian. Rasa takut, panik, dan khawatir di wajahnya tak kunjung menghilang. Sebelumnya, dia sudah yakin bahwa bosnya tak akan langsung percaya, melainkan murka padanya. Akan tetapi, dia tidak akan mungkin mengatakan hal omong kosong. “Tuan, saya juga terkejut dengan informasi yang saya dapatkan.” Freddy mulai memberanikan diri, menatap Damian. “Tapi semua ini benar, Tuan. Tuan Muda Diego dan Tuan Muda Ben menghilang. Para pengasuh mereka ditemukan pingsa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status