Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Lady D Milik Sang Penguasa: Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

Bab 61. Aku ingin menjadi pria

"T-tapi untuk apa? Maksudku, Tuan bisa mengutus kami bila ingin menyelidiki sesuatu. Kami akan-" "Laksanakan sesuai perintahku dan jangan bertanya lagi." Klik! Panggilan diputuskan secara sepihak. Yama merasa janggal tetapi juga tertarik untuk memainkan peran barunya."Hmm, kita lihat sampai di mana permainan ini akan berlanjut," gumamnya dengan wajah dingin dan datar. Sementara itu, di dalam mobil, Bob melirik Jean dari sudut matanya. Sejak mereka meninggalkan tempat Yama, wanita itu tak mengucapkan sepatah kata pun.Sebelumnya, Jean selalu penuh celotehan, tapi kali ini ia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Penasaran dengan hasil diskusi antara Jean dan Yama, Bob akhirnya membuka mulut. "Jadi, bagaimana? Apa yang kalian putuskan?" Jean tetap diam, menatap lurus ke luar jendela, seolah tak mendengar pertanyaan Bob. 
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 62. Canggung

Dea mengernyit. "Apa yang terjadi? Wajahmu merah sekali. Kamu demam?" "Tidak!" Suara Jean terlalu besar. Membuat Dea hampir menyenggol mangkuknya sendiri karena terkejut. Jean segera memalingkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan Dea dan mengatasi kecanggungan dirinya yang merasa serba salah. "Ak-aku harus mandi. Panas! Gerah sekali hari ini!" Ia buru-buru berbalik dan berjalan cepat menuju kamar mandi, meninggalkan Dea yang semakin bingung dengan mie yang masih terjulur dari mulutnya. "Aneh," gumamnya seraya menelan sisa mie dengan sekali sedot.Dea hanya mengangkat bahu dan kembali menikmati mi instannya. "Aneh sekali..." gumamnya sekali lagi dengan pelan. Jean berdiri di depan cermin kamar mandi, air hangat mengalir dari pancuran di belakangnya, menguapkan kaca hingga samar-samar memantulkan bayangannya.Ia menatap dirinya sendiri, menelusuri garis-garis wajahnya, la
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 63. Aku tidak butuh cinta

Jean mengetuk meja dengan jemarinya, lalu mendengus. "Dia hanya pria menyebalkan yang suka bermain dengan kata-kata. Aku tidak akan terjebak." "Hmm," Dea mengangguk pelan, tetapi tidak terdengar yakin. "Kalau begitu, kenapa wajahmu memerah saat keluar dari kamar mandi tadi?" Jean terbatuk. "Itu—itu tidak ada hubungannya dengan Bob!" Dea tersenyum penuh arti, tetapi tidak menekan lebih jauh."Hmm, Bob.""Baiklah, kalau kamu bilang begitu. Tapi ingat satu hal, Jean. Kamu boleh sekuat apa pun, boleh setegar apa pun, tetapi kamu juga manusia. Kamu bisa jatuh cinta. Itu bukan hal yang buruk.""Aku sendiri, juga ingin jatuh cinta lagi," lanjut Dea dengan mata menerawang jauh. "Tapi itu butuh waktu, Sanjaya menyakitiku terlalu dalam." "Cinta?" Jean mendengus. "Aku tidak butuh cinta. Aku hanya butuh memastikan orang-orang yang kusayangi tetap aman. Itu saja." "Kamu, te
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 64. Apakah kamu memiliki dua topeng?

Dea tidak mampu terlepas dari rasa terkejutnya. "Eh, kau tahu?" "Tentu saja tahu." Yama mengelap tangannya yang kotor dengan  sebuah handuk kecil lalu menatap Dea lebih serius."Untuk setiap uang yang masuk ke dompetmu, ada perjanjian yang harus ditanda tangani." Yama mendekatkan bibirnya ke telinga Dea seraya berbisik, "Katakan. Apa yang sudah kalian sepakati di belakangku?" Dea mengerjapkan kedua matanya, dia bingung bagaimana mengatakan yang sebenarnya bahwa dia menerima sejumlah uang itu sebagai persyaratan untuk memutuskan hubungan dengan pria di hadapannya saat ini. "A-aku..." Yama terkekeh. "Baiklah, kalau kamu memang penasaran, kenapa tidak sekalian membantuku bekerja? Aku butuh seseorang untuk membantu menyusun barang di rak." Dea mendengus. "Aku bukan karyawan di sini." "Tapi sepertinya kamu terlalu penasaran untuk pergi." Yama menatapny
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 65. Drama

Yama tertawa kecil. "Baiklah. Tapi aku berharap kita bisa bertemu lagi, Dea. Aku tinggal di sekitar sini. Mari kita bertemu lain kali!" Dea tidak menjawab, hanya berjalan cepat keluar dari toko, mencoba menenangkan debaran aneh di dadanya. "Dia tingggal di sekitar sini?" Dea bergumam dengan kesal dan memegang erat tas jinjingnya. "Apa-apaan tadi, menjadi kekasih? Bayar Nenekmu satu milyar dulu!" omel Dea sepanjang jalan.Di satu sisi dia merasa menyesal dengan keputusannya untuk menandatangani perjanjian seharga itu, tetapi uang itu juga dibutuhkan olehnya. "Mau mencari kesempatan dari mana bila menolak satu milyar dengan mudah?""Uang tidak akan jatuh dari langit, Dea. Begitu pula pria tampan.""Neneknya membayar langsung, pasti karena dia memiliki kekuatan untuk menghancurkan bila perjanjian dilanggar. Dea, sadarlah!" bathin Dea seraya menepuk keningnya sendiri beberapa kali sambil melangkah menuju
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 66. Terlalu tampan sebagai pasien

“Kamu kenapa balik lagi?” tanya Dea bingung. Yama mengulurkan sesuatu. “Ini hapemu ketinggalan.” Dea menatap ponselnya di tangan Yama. Dia benar-benar tak punya alasan lagi untuk tetap marah. “Astaga.” Dea mendesah dan mengambil ponselnya. “Dengar, aku mungkin keterlaluan. Maaf.” Yama mengangkat bahu, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dea menggigit bibir, lalu menatap luka di wajah Yama. “Itu pasti sakit.” “Ya, terima kasih sudah menyadari,” balas Yama sarkastik. Dea menghela napas. “Ayo ikut aku.” “Kemana?” “Ke klinik. Itu luka harus diobati.” Yama mengangkat sebelah alis. “Oh, jadi sekarang kamu sedang peduli, atau sedang menjalani skenario drama yang kamu sebutka
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 67. Harga yang terlalu mahal

"Seandainya mereka tahu dia itu gigolo yang menyamar, maka mereka akan bersikap lebih ketus," kekeh Dea dalam hati seraya menghibur dirinya sendiri.Sesaat kemudian, waktu berjalan terlalu lama hanya untuk sebuah pengobatan ringan. Dea tidak tahan lagi. Ia berdiri menuju ke meja kasir, hendak membayar biaya pengobatan. "Hei, tunggu! Mau ke mana?" tanya Yama, setengah bingung. "Membayar! Bukankah kamu bilang aku yang harus bertanggung jawab?" sahut Dea dengan nada ketus. Yama tersenyum tipis dan mengangguk kecil. Namun, beberapa detik kemudian, Dea berteriak saat melihat tagihan. "Gila! Dua ratus ribu untuk perban dan antiseptik seharga lima ribu per botol?!" serunya kaget. Dengan wajah tidak percaya, Dea melangkah keluar untuk membaca nama klinik yang tertempel di depan pintu masuk. Lalu, dengan suara keras, ia membaca tulisan di papan nama. "Klinik He
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 68. Mencuri ciuman

"Uangku terbatas, dan aku lebih milih buat beli makan malam daripada bayar ojek," katanya tegas. Yama mengangguk-angguk, lalu tanpa peringatan, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Nih, buat ojek." Dea menatap uang itu dengan ekspresi horor. "Nggak! Aku nggak butuh belas kasihan!" "Siapa yang bilang ini belas kasihan? Ini investasi." "Investasi apa?" "Investasi biar kamu nggak terlibat drama lain di tengah jalan dan bikin aku kena masalah." Dea mengerang frustasi. "Aku nggak akan terlibat drama lagi selama kamu tidak ada di sekitarku! Sudahlah, aku naik bus saja." Yama hanya mengangkat bahu. "Oke, terserah kamu. Aku sih tetap di sini sampai busnya datang." "Kenapa?" "Karena aku baik hati." Ia tersenyum lebar."Dan aku ingin dekat-dekat denganmu." Yama mengatakan
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 69. Urus dirimu sendiri!

Jean sudah menunggu di pemberhentian bus, tepat seperti instruksi Dea. Ia duduk di atas motor dengan ekspresi datar, sesekali memainkan ponselnya. Begitu melihat sosok Dea berjalan mendekat, ia segera menegakkan tubuh dan menghidupkan mesin. Dari kejauhan, Yama melangkah mendekat. Napasnya sedikit berat, mungkin karena luka di bahunya yang masih nyeri. Namun, bukan itu yang membuatnya merasa lebih sakit. Melainkan pemandangan Dea yang seolah tak ingin lagi ada hubungannya dengan dirinya. "Sampai bertemu lagi," ujar Yama dengan suara yang lebih pelan dari biasanya, tapi penuh ketulusan. Dea menoleh sekilas. Mata mereka bertemu. Tapi yang ia lihat bukan kerinduan, bukan juga harapan. Hanya dingin. "Lebih baik tidak usah," sahut Dea tanpa ekspresi. "Urus dirimu sendiri, Yama. Setelah malam itu, kita tak punya urusan lagi." Yama mengernyit. Ada sesuatu dalam nada suara Dea yang membu
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 70. Ketulusan

Beberapa saat kemudian, Yama menatap pemandangan di hadapannya dengan mata menyipit tajam. Di lantai ruang tamunya yang berukuran sempit, dua orang tergeletak dengan wajah lembam dan pakaian kusut.Lelaki itu, Sanjaya, tampak menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit, sementara wanita di sampingnya, Melia, menangis pelan dengan tubuh gemetar. Mereka berdua jelas habis menerima perlakuan kasar. Di sudut ruangan, Bob berdiri tegak, tangannya masih berlumuran darah yang tidak jelas milik siapa. Mata anak buah kepercayaannya itu memancarkan kepuasan, seolah baru saja menyelesaikan tugas besar yang membanggakan. "Apa yang sudah kau lakukan, Bob?" Suara Yama terdengar datar dengan tatapan dingin, ada bahaya yang mengintai di balik ketenangan itu. Bob mengangkat kepalanya, tampak bingung dengan reaksi Yama. "Saya hanya menjalankan perintah, Tuan." "Perintah?" Yama mendekat dengan langkah berat. "Sa
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status