Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Lady D Milik Sang Penguasa: Chapter 41 - Chapter 50

91 Chapters

Bab 41. Aku menginginkanmu.

Dea langsung tersentak mundur. Matanya melebar, dadanya berdegup lebih cepat. "Apa maksudmu…?" Yama mengusap wajahnya kasar.  Menelusuri lekuk tubuh Dea yang hanya tertutup handuk sebagian. Betapa menderita bagian dirinya yang meronta sedari tadi.Betapa dia menginginkan wanita itu lebih dari obat yang dia membuatnya menderita. Artinya, tanpa obat sekalipun, dia sangat menginginkan Dea. "Aku tahu ini salah… Tapi aku masih terpengaruh obat itu, Dea. Aku tidak bisa ke rumah sakit dalam kondisi seperti ini! Aku tidak bisa membiarkan siapa pun melihatku seperti ini!" Napas Dea tercekat. Sekarang dia paham.Dea menggigit bibirnya, menatap pria di depannya. Yama masih juga  berjuang melawan efek yang menyerangnya. Mata Yama terlihat gelap, penuh gejolak yang ia sendiri tidak bisa kendalikan walau pria itu sudah mencoba menenggalamkan dirinya ke dalam air dingin.
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 42. Berhadapan dengan Nenek Yama.

Saat pagi menyapa, sinar matahari mulai menyelinap masuk melalui celah gorden kamar hotel. Udara masih dingin, dan suasana begitu sunyi. Dea membuka matanya lebih dulu. Dia menoleh ke arah Yama, yang masih terlelap di ranjang. Napasnya kini lebih tenang, tubuhnya tidak lagi gemetar seperti semalam. "Tampan sekali pria ini," gumamnya lembut menelusuri wajah Yama yang terlihat maskulin. Pria itu tidur dengan tenang seolah-olah semua masalahnya tidak pernah ada. "Yama terlihat sudah mulai pulih. Sepertinya tidak ada lagi efek obat jahanam itu", bathin Dea seraya menelusuri sosok bak model sempurna yang terlelap di sampingnya. Dea menarik napas lega. Untung saja dia bertahan semalam walau sempat pingsan beberapa kali. Namun, sebelum Yama bangun, Dea memutuskan untuk pergi lebih dulu. Dia butuh waktu untuk berpikir, tentang semua yang terjadi.Tentang bagai
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 43. Pil anti hamil

Nenek Yama tidak langsung menjawab, tapi matanya memperhatikan Dea dengan tatapan dalam dan menilai. Setelah beberapa detik hening, ia mengangguk kecil. "Sial sekali kamu, nak." Suaranya terdengar tajam. "Wajahmu sendiri yang membuatmu celaka. Kau tidak seharusnya mirip dengan Ibu Yama." Dea tertegun. "Jadi ini alasannya?" batinnya bertanya. Dea masih merasakan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya, membangunkannya dari ketidaksadaran. Matanya masih sedikit buram, tetapi suara di sekitarnya mulai jelas. Meisya dan seorang wanita tua berdiri di depannya. "Nenek Yama?" Dea menelan ludah, masih mencoba memahami situasi. Apakah wanita tua itu adalah nenek Yama? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawanya ke sini? Tapi yang paling mengganggu pikirannya adalah kata-kata Meisya barusan yang mengatakan bahwa dia mirip dengan Ibu Yama.
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 44. Kau sangat takut, ya?

Nenek Yama terkejut dan mengenggam kepala tongkatnya lebih erat, memikirkan sebuah pertimbangan sementara Meisya membeku. Seolah tidak ada yang menyangka Dea akan berkata seperti itu. Nenek Yama menatapnya tajam, berusaha mencari kebohongan di wajahnya. Tapi Dea tetap tenang. Meisya menggertakkan giginya. "Tidak mungkin!" serunya, wajahnya merah padam. "Kau hanya pura-pura! Kau ingin terlihat tidak tertarik, tapi sebenarnya kau hanya menunggu waktu untuk masuk ke dalam keluarga ini!" Dea menatap Meisya dengan ekspresi datar. "Percaya atau tidak, itu urusanmu. Kemarikan obat itu dan berikan sedikit air minum." Nenek Yama menghela napas panjang. "Meisya," katanya dengan nada lebih tenang. "Diamlah sebentar." Meisya terkejut. "Nenek! Kau tidak bisa mempercayainya!" "Tidak ada gunanya menahan seseorang yang tidak punya ke
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 45. Ambil uang itu!

"Hmm, dia mungkin sudah jatuh cinta padaku," tantang Dea, sengaja memperkeruh suasana karena dia merasa kesal dengan tawaran yang tidak bisa dia tolak tetapi segan dia ambil juga. Nenek Yama memperhatikan dengan tatapan tajam. Dea tidak menunjukkan tanda-tanda tergoda. Sikapnya netral dan ketus sehingga Nenek Yama tidak sanggup menebak dengan jelas. Meisya mengepalkan tangannya. "Jangan banyak bicara! Tandatangani saja!" Dea menyeringai. "Dan jika aku menolak?" "Maka kau tidak akan keluar dari rumah ini dengan mudah." Meisya menyilangkan tangan, senyum penuh ancaman terukir di wajahnya. Dea tertawa lagi, kali ini lebih dingin. Lututnya semakin gemetar, tetapi dia tetap berusaha tenang. Ia mengambil kertas itu, lalu tanpa ragu merobeknya di depan wajah Meisya. Sret! sret!Suara kertas yang terkoyak memenuhi ruangan. 
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 46. Menjauhlah dari Yama.

"Kirim uang itu ke rekeningku," ucap Dea dengan suara lemah. Dia tidak ingin setelah menandatangani perjanjian, mereka akan mengingkari janji dan akan sangat kesulitan juga membawa koper berisi uang sebanyak itu. Dia tidak berharap dirampok dan dia pastinya akan kesulitan dalam menyimpan uang tersebut. "Bisa diatur," ucap Meisya lalu segera mengangkat ponselnya. Memerintahkan sesuatu kepada suara seberang panggilan. Tidak lama kemudian, ponsel Dea berdering. Dea segera mendapatkan pesan berhasil masuknya dana secara online. Dea membelalak, terkejut dengan  jumlah angka nol yang tertera. Dia menelan salivanya.Nenek Yama benar-benar bukan seseorang yang biasa. Walau Dea masih heran apa alasan Yama menjadi pria penghibur, tetapi tidak ada keinginan untuk tahu lebih lanjut. Dia hanya perlu keluar dari kehidupan aneh ini. Putuskan hubungannya dengan Yama. Sesuatu yang harus dia lakukan sejak
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 47. Sebuah penghinaan

“Nanti aku jelaskan.” Dea tak ingin membuang waktu. Ia segera berjalan ke loket administrasi, menyiapkan pembayaran. Beberapa saat kemudian, saat Dea baru saja menyelesaikan pembayaran saat tangan ibunya mencengkeram lengannya dengan kuat. “Apa yang kau lakukan?” Suara ibunya gemetar, setengah berbisik, setengah menahan amarah. “Dari mana uang sebanyak itu, Dea?” Dea menelan ludah. “Bu, nanti aku jelaskan. Yang penting Ayah bisa dioperasi dulu.” Tapi ibunya tidak puas dengan jawaban itu. Matanya yang penuh curiga menatap Dea tajam. “Jangan bilang kau—” Napasnya tersengal, lalu dengan suara tertahan ia bertanya, “Kamu menjual diri?” Degh. Dea terbelalak, terkejut sekaligus sakit hati. “Bu, astaga! Kenapa Ibu bisa berpikir begitu?” Tapi ibunya tak mau
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 48. Hubungan yang menjijikkan

Dunia Dea seperti meledak seketika.“Ibu!” teriaknya, matanya melebar karena amarah yang tak bisa ia tahan lagi. "Uang apa?" Jean merasa bingung, tapi sebelum situasi semakin buruk, Jean segera menarik tangannya. “Ayo pergi,” bisiknya tegas. Dea masih terengah-engah karena kemarahannya, tapi ia tidak melawan saat Jean menyeretnya keluar dari ruang tunggu, menjauh dari tatapan tajam ibunya dan adiknya. Mereka berjalan cepat melewati lorong rumah sakit, lalu tiba di kantin. Jean akhirnya melepaskan genggamannya, lalu menatap Dea dalam-dalam. “Duduk,” perintahnya lembut. Dea menurut. Ia baru menyadari betapa lelahnya ia. Betapa sesaknya dadanya. Betapa semuanya terasa begitu… menyakitkan.Tiba-tiba dalam pikirannya terlintas saat Yama duduk bersama di kantin yang sama dan pria itu berakhir di ranjang rumah sakit karena alergi
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 49. Satu milyar?

Dea menoleh perlahan. Mata mereka bertemu. Dalam sorot mata Jean, Dea bisa melihat sesuatu yang tidak ia temukan di mata keluarganya.Kepercayaan. Kepedulian yang dalam. Seorang sahabat yang tulus.Tanpa kata, ia mengangguk. Jean tersenyum kecil dan menepuk tangannya, lalu menginjak pedal gas. Mobil melaju, menjauh dari rumah sakit. Menjauh dari semua luka yang ada di sana. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, Dea merasa ia bisa… bernapas. Tubuhya terasa sakit, lemas seperti kekurangan tenaga, tapi hatinya lebih sakit. Mobil Jean melaju di jalanan yang lengang. Hanya suara deru mesin yang terdengar di antara mereka. Dea menatap keluar jendela, matanya menerawang jauh. Jean tidak berkata apa-apa, hanya sesekali melirik sahabatnya yang masih terlihat tegang. Saat mereka tiba di rumah Jean, suasana terasa lebih tenang. Rumah itu tidak terlalu besar, tapi
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 50. Teman terbaik

Tangis Dea pecah dalam pelukan Jean. Tidak ada lagi upaya menahan diri. Tidak ada lagi kepura-puraan untuk kuat. Jean hanya mendekapnya lebih erat, membiarkan sahabatnya meluapkan semua emosi yang selama ini ia pendam. Isakan Dea terdengar memilukan, seperti seseorang yang telah terlalu lama menahan luka tanpa bisa menyembuhkannya. "Lalu apa yang terjadi pada Steven? Mereka tidak pernah mencari masalah lagi?" Dea menggeleng, "aku juga tidak tahu. Mereka hanya pernah sekali muncul di rumahku, tetapi aku belum membayar apa pun. Mungkin mereka masih akan mencari masalah di masa depan, tapi siapa yang tahu... aku, sangat pusing memikirkan segala kemungkinannya." Dea menghapus air mata dengan punggung tangan lalu melanjutkan kalimatnya,  "Aku memang tidak berencana lebih terlibat dengan Yama, tetapi uang ini membuat hatiku sakit, terdengar seperti menjual diri, bukan?" isak tangis Dea. 
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status