Semua Bab Istri Rahasia SANG BUPATI : Bab 11 - Bab 20

72 Bab

11. BERSUA

Feby hanya mengatupkan bibir saat sang ibu sedang mengomel panjang kali lebar. Sudah seperempat jam berlalu. Pun Angga tidak lagi berada di sana. Namun, agaknya wanita yang melahirkannya tersebut masih belum puas juga mengeluarkan uneg-uneg yang ada.“Mau taruh di mana wajah ibu ini, Feb? Kau memang bikin malu saja,” ujar sang ibu di sela-sela omelannya.Dengan santainya Feby menjawab, “Ya enggak di mana-mana sih, Bu. Wajah ibu yang cantik itu masih menempel di tempat biasa. Sudahlah. Yang tadi itu cuma salah paham.”“Tapi mereka mengira kalau —““Oke. Kalau Ibu belum puas juga, kita adakan konferensi pers. Kumpulin semua teman-teman Ibu tadi supaya bisa dengerin aku. Gimana?” Wajah ibunya semakin memberengut kesal. Sementara Feby bangkit dari posisi duduknya lalu segera menggendong sang anak.“Kau memang keterlaluan, Feb!!”“Apalagi sih, Bu? Aku capek. Tolong jangan ngajak berantem lagi ya,” gumam Feby kemudian. Setibanya di kamar Feby pun me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

12. MANIS

“Oh ya? Aku jadi enggak sabar, Mas.” Feby mengerling nakal. Lantas segera menarik tubuh Ares hingga menghilang dari balik pintu. Keduanya berpagutan mesra selama beberapa detik dan harus berakhir karena mendengar suara protes dari makhluk kecil di atas ranjang besar sana.“Anak kita marah karena mamanya sudah lebih dulu mencuri start,” gumam Ares yang lekas merengkuh pinggang Feby. Kini keduanya berjalan cepat menuju tempat sang anak yang sudah menangis kencang. Feby pun bergegas menyiapkan susu formula. Sementara Ares buru-buru menimang buah cinta mereka itu. Dari tempatnya berdiri, Feby ikut menyaksikan bagaimana kedua ayah dan anak tersebut saling menatap satu sama lain. Pemandangan yang manis tentu saja. Terlebih melihat Ares tampak piawai menggendong bayi. Membuat dirinya bahkan nyaris lupa bahwa pria itu juga pernah menimang ketiga buah hatinya dari istri pertama.“Senang ya sudah ketemu papa, hmm?” kata Feby yang kemudian duduk di sampi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

13. PEMUAS

Ucapan Ares kala itu tidak hanya rencana saja. Terbukti dengan setiap bulan dirinya rutin berkunjung untuk menemui Feby dan Haikal. Jelas membuat keduanya senang sekali. Sepertinya do’a Feby terkabul. Mungkin inilah cara Tuhan untuk membayar kesabarannya yang terdahulu. Itulah yang bisa ia simpulkan.“Haikal mau ke mana, Sayang?”“Mu papa.”“Duh. Nenek jadi kesepian doang kalau Haikal pergi.” Sang nenek memasang wajah cemberutnya. Menggoda cucu kesayangan yang tampak kebingungan.“Enggak pa-pa, Nek. Besok juga Haikal udah balik. Ya Sayang?” gumam Feby mewakili putranya untuk menjawab. Wanita cantik tersebut kemudian berjongkok untuk memasangkan kedua sepatu sang buah hati. Lantas segera berdiri untuk menggamit lengannya.“Hati-hati, Feb,” pesan sang ibu kemudian.“Iya, Bu. Kami pergi dulu ya.” Sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan, Haikal terus saja berceloteh riang. Sementara Feby fokus pada kemudi sembari melirik ke arah pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

14. HAMIL

“Ha-hamil?”              Feby mengucapkan satu kata barusan dengan sedikit terbata. Detik berikutnya dia menggeleng pelan sembari mencerna apa yang telah terjadi.              Jadi dia sedang hamil? Lantas, bagaimana dengan kandungannya sekarang? Seketika rasa cemas pun muncul di saat yang bersamaan.“Seharusnya kau yang lebih tahu. Untunglah semua baik-baik saja. Dasar perempuan ceroboh!!”              Kalimat tersebut memang diucapkan dengan suara keras. Namun, setidaknya Feby bisa bernapas lega.“Permisi!” sapa seorang perawat yang masuk ke dalam ruangan itu. “Silakan dimakan dulu ya, Bu. Setelahnya minum obat.”“I-iya. Makasih, Sus,” gumam Feby seraya menganggukkan kepala.&nbs
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

15. BERBEDA

              Haikal adalah putra tunggal yang dimiliki oleh Ares dari kedua pernikahannya. Pun kehadiran bocah tersebut yang menjadi salah satu alasan suaminya itu sangat mencintai Feby. Kalau sampai terjadi hal buruk pada sang anak, dirinya akan … ah. Memikirkan saja dia tak sanggup.“Haikal!!”              Pekikan bergantian yang disuarakan oleh Feby dan ibunya tidak kunjung mendapatkan sahutan. Panik semakin melanda mereka. Hingga kemudian suara gemericik air di samping rumah lekas mengalihkan perhatian keduanya.“Ya ampun!!” sentak Feby yang pertama kali sampai di tempat suara berisik tersebut. Matanya melotot tajam dengan kedua tangan yang sudah berkacak pinggang.              Sementara sang ibu yang muncul belakangan akhirny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

16. APA-APAAN?

“Aku mau bicara dengan Mas Ares.”[“Beliau sedang sarapan. Bersabarlah!”]“Ini penting, Ga,” desak Feby tidak sabaran. Sayangnya orang di seberang telepon sana memang keras kepala. Sama sekali tak mempedulikan keresahan yang Feby rasakan. Akibatnya wanita itu harus menunggu hingga lima belas kemudian. Dia pun mengembuskan napas lega ketika mendengar suara sang suami.[“Apa Widya sudah meneleponmu?”] Pertanyaan barusan sontak membuat Feby melebarkan kelopak matanya. Tunggu dulu. Apa pernikahan mereka sudah diketahui oleh istri pertama Ares?“I-iya, Mas,” jawab Feby pada akhirnya. “Mbak Widya minta ketemuan.” Feby kembali melanjutkan kalimatnya saat Ares tak berniat menjelaskan lebih lanjut. “Mas, aku beneran enggak ngerti. Maksudnya hmmm …apa yang bakalan terjadi nanti? Apa dia marah atau —“[“Widya sudah tahu. Lebih tepatnya sejak tiga bulan yang lalu.”]“Te-terus?”[“Maaf. Aku tidak memberitahu lebih awal karena waktu itu kondisimu juga sedang buruk, Feb.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

17. POSISI

Mulut Feby setengah menganga karena mendengar kalimat yang dinilai cukup aneh tadi. Wanita normal yang sangat mencintai suaminya tidak akan sudi diduakan. Entahlah. Itu yang bisa ia pahami. Namun, keadaan Widya malah sebaliknya. Apa istri pertama suaminya tersebut sudah tidak memiliki perasaan seperti semula? Jelas ia bertanya-tanya.Dengan alis yang bertaut dan keningnya yang masih mengerut, Feby memberanikan diri untuk bersuara demi menuntaskan rasa penasaran di dalam hati. “Mbak bilang makasih? Kenapa?”Iya, Feb. Sebenarnya mbak ini sakit dan divonis dokter bahwa umur mbak enggak akan lama lagi. Jadi sejak jauh hari mbak minta Mas Ares untuk mencarikan istri pengganti. Jawaban tadi hanyalah angan-angan yang singgah di benak Feby saja. Tampaknya ia terlalu banyak membaca novel romansa rumah tangga dan menonton drama percintaan yang penuh sandiwara. Jadilah berdampak pada khayalannya sekarang. Lagi. Senyuman manis nan anggun yang disunggingk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

18. GALAU

“Iya. Siapa ya?”DEG!! Feby langsung membeku di tempatnya. Takut kalau Widya akan seperti serigala berbulu domba. Namun, pemikiran barusan sirna ketika dia merasakan rangkulan hangat dari wanita anggun itu.“Ini adek angkatku. Namanya Feby.” Widya memperkenalkan madunya itu dengan ramah. Membuat Feby semakin merasa terharu. “Ayo, Dek. Kenalin. Ini istri wakil Bupati Kembang, Bu Arumi. Yang lainnya para kabid humas.” Begitulah selanjutnya. Feby yang merasa tak nyaman memberikan kode lewat gerakan mata pada Widya agar segera pamit undur diri. Barulah ia bisa bernapas lega saat sudah berada di dalam mobil.“Mbak, tunggu!” panggil Feby ketika dirinya hendak melajukan kendaraan.“Iya. Kenapa, Feb?”“Makasih untuk hari ini ya. Tadinya aku takut ketemu sama Mbak,” aku Feby jujur sekali.Widya menggeleng pelan lalu setelahnya menganggukkan kepala. Tak pelak melambaikan tangan saat Feby mulai meninggalkan cafe tersebut.Sepanjang perjalanan Feby merasa lega bukan ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

19. HAMPIR

Tidak. Sekarang bukan waktunya dia akan melahirkan. Masih ada sebulan lagi untuk menyambut kehadiran anak keduanya ini. Namun, yang terjadi sungguh di luar dugaan.KLIK! Dalam sekejap kamarnya sudah terang benderang. Feby lantas turun dari ranjang untuk memastikan diri. Lagi. Cairan bewarna kehijauan sudah mengalir dari sela pahanya. Membuat wanita itu panik bukan main. Gegas Feby berjalan menuju area samping rumah. Membuka pintu koneksi yang mengarah langsung pada kediaman keluarganya.“Bu!!” pekiknya sembari mengapitkan paha. Takut kalau cairan tadi akan keluar lebih banyak lagi. Sayang, tak ada yang menyahut dari dalam sana. Feby pun mengetuk pintu tadi berulang-ulang. “Bu! Sukma! Zaki! Tolong!!”Usahanya berhasil. Wajah Zaki muncul seketika.“Loh? Kenapa—““Kandunganku!!” potong Feby cepat. “Panggilin ibu, Zak!” Tanpa mengatakan apapun, adik lelaki Feby itu segera berbalik badan. Tak sampai satu menit kini seisi rumah sudah d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

20. PILIHAN

“HAIKAL!!” Feby langsung memekik keras begitu merasakan hawa panas di bagian dahi serta leher putranya. Wanita itu bergegas menggendong sang buah hati ke luar dari kamar. Tak lagi peduli dengan luka bekas operasi yang melintang di perutnya.“Kenapa, Kak?” tanya Sukma yang baru saja hendak pamit pulang ke rumah.“Badan Haikal panas. Suruh Zaki ke sini ya.”“Bang Zaki belum pulang, Kak,” jawab Sukma kemudian. “Aku panggilin ibu ya?” Tak ada jawaban dari Feby. Dirinya semakin mempercepat langkah menuju garasi.“Kau mau ke mana, Feb malam-malam begini?” tanya sang bapak yang baru tiba entah dari mana. Melihat Feby yang tampak kesusahan, dia pun lekas menawarkan diri. “Biar bapak yang antar. Kau duduklah di belakang.” Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Feby terus memeluk Haikal. Sementara ibunya hanya diam sembari memberikan kompresan pada cucu pertamanya itu, sedangkan sang ayah fokus pada jalanan yang ada di depan mata.“Biar ibu yang pangku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status