Home / Pendekar / Pendekar Pedang Naga / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 41 - Chapter 50

66 Chapters

41. Pil Pemulihan

Setelah kemenangan mereka, Kael dan Arsel keluar dari arena dengan sorakan menggema di belakang mereka. Di sepanjang jalan menuju ruang istirahat, mereka bisa merasakan tatapan para pesaing lain. Beberapa penuh rasa penasaran. Beberapa penuh kekaguman. Tapi sebagian besar… penuh tantangan. Kael melirik Arsel dan mendengus pelan. "Sepertinya kita sudah menarik perhatian yang tidak diinginkan." Arsel menyeringai. "Itu bagus, kan? Artinya mereka menganggap kita ancaman." Di sudut ruangan, seorang petarung dari Akademi Angin Hitam menyeringai sambil menatap mereka. Di sisi lain, seorang pendekar dari Akademi Bayangan mendekat, hanya untuk menatap Kael sejenak sebelum pergi tanpa sepatah kata pun. Kael mengepalkan tangannya. "Mereka sedang mengukur kita." Tiba-tiba, seorang murid dari Akademi Thunderclaw melangkah ke depan, tubuhnya tinggi dengan petir kecil berkilatan di sekitar tangannya. "Jangan berpikir kemenangan ini berarti kalian akan menang terus," katanya den
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

42. Orang Misterius

Saat Kael membuka pintu kamar dengan perlahan, Arsel sudah duduk di ranjang, menatapnya tajam. "Ke mana saja kau?" tanyanya tanpa basa-basi. Kael terdiam sejenak, lalu menutup pintu dan berjalan masuk. Ia terlihat ragu, seolah menyusun kata. "Aku menemui Asmar," jawabnya pelan. Arsel mengangkat alis. "Kenapa? Soal pil itu, ya?" Kael mengangguk perlahan. "Iya. Aku merasa… ada yang aneh setiap kali meminumnya." "Dan?" Arsel mencondongkan tubuh ke depan, penasaran. "Dia bilang pil itu punya bahan tambahan—akar roh perak. Katanya bisa mempercepat pemulihan dan meningkatkan kekuatan. Tapi…" Kael menunduk, "…dia juga belum tahu efek jangka panjangnya." Arsel terdiam sejenak, lalu bangkit dari ranjang dan berdiri di depan Kael. "Kau merasa berbeda setelah meminumnya?" Kael mengangguk. "Setiap kali. Lebih kuat, lebih cepat, tapi… juga terasa seperti ada sesuatu yang tumbuh di dalam diriku. Sesuatu yang bukan aku." Arsel menghela napas berat. "Jadi apa yang akan kau lak
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

43. Lawan Yang Sulit

Arena kembali riuh. Nama Akademi Pedang disebut lagi, dan Kael melangkah ke tengah lapangan dengan langkah pasti.Namun kali ini—aura pertarungan terasa berbeda.Dari sisi seberang, muncul seorang peserta yang belum pernah terlihat sebelumnya. Berselubung jubah hitam panjang, wajahnya tersembunyi di balik tudung, langkahnya tenang… tapi mengancam."Siapa dia?" bisik Arsel yang berdiri di sisi arena, matanya menyipit penuh curiga.Kael memperhatikan gerakan lawannya. Tak ada bendera akademi, tak ada lambang apapun. Hanya keheningan dan tekanan yang terasa semakin berat."Dia bukan peserta biasa," gumam Kael dalam hati."Peserta berikutnya: Kael dari Akademi Pedang... melawan perwakilan khusus—Murnian Tak Terdaftar!"Suara pengumuman membuat arena riuh kembali."Tak terdaftar?" Arsel mengulang, terkejut. Guru Besar yang duduk di tribun pun langsung berdiri. Ekspresinya berubah tegang.Asmar yang berada tak jauh dari sana mengepalkan tangannya erat, tatapannya tertuju lurus pada sosok
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

44. Musuh Kerajaan

Sosok yang baru saja terlempar itu perlahan bangkit, jubahnya compang-camping, namun sorot matanya tetap angkuh. Ren menatap Kael dengan senyum sinis, bibirnya berdarah tapi semangatnya tidak surut.“Ternyata kau sekuat ini, Kael,” katanya dengan nada setengah kagum, setengah mengejek. “Aku tak menyangka... bocah yang dulu cuma tahu diam bisa menebas bayanganku.”Kael menggertakkan gigi. Tangan di gagang pedang mengepal kuat.“Kau ternyata licik,” ucap Kael tajam. “Bayangan hitam itu… akulah salah satu saksi saat menyerang Akademi. Selama ini kami bertanya-tanya siapa dalangnya, dan kau... kau ada di sana bersama kami, seolah tak tahu apa-apa.”Matanya menyipit. “Padahal kau biang keladinya.”Kerumunan mulai gaduh. Desas-desus menyebar cepat di antara penonton dan para pendekar yang menyaksikan.Ren hanya tertawa kecil. “Kael, Kael… Dunia tidak sehitam putih itu. Kadang yang terlihat setia justru yang paling banyak menyimpan rahasia.” Ia menatap Kael tajam. “Seperti kau.”Kael tidak m
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

45. Introgasi Rahasia

Ruangan itu gelap, hanya diterangi obor di sudut dinding. Aroma besi dan tanah lembap menyelimuti udara. Di tengah ruangan, Ren duduk dengan tangan terikat rantai khusus anti-energi. Wajahnya penuh luka, tapi sorot matanya masih menyimpan kesombongan yang belum padam.Guru Besar berdiri di depannya, mengenakan jubah gelap panjang, wajahnya dingin dan tajam. Ia tidak berbicara segera—hanya menatap, dalam dan menusuk, seolah ingin menembus isi kepala Ren.“Aku tak butuh sandiwara, Ren,” ucap Guru Besar akhirnya, suaranya tenang namun berisi tekanan kuat. “Kita sudah menemukan sisa-sisa aura Bayangan Hitam di kamarmu. Dan saat kau jatuh di arena, segel sihir gelapmu pecah. Tak perlu menyangkal lagi.”Ren mengalihkan pandangan. “Kalau kau sudah tahu… kenapa bertanya?”Guru Besar tetap tak bergeming. “Karena yang kami tahu… belum semua. Aku ingin tahu siapa yang memberimu kekuatan itu. Dan… kenapa kau melakukannya.”Ren tertawa kecil, getir. “Kenapa? Karena Kael! Kalian semua memuja-muja d
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

46. Ketegangan Sebelum Final

Langit mulai berubah jingga saat lonceng besar di pusat arena dibunyikan. Para peserta dan penonton berkumpul, mata mereka tertuju pada panggung utama tempat seorang utusan kerajaan berdiri, membawa gulungan emas bersegel.“Perhatian untuk seluruh peserta turnamen!” serunya lantang. “Pertandingan selanjutnya akan mempertemukan dua tim terakhir dari blok elit… yang akan menentukan siapa yang layak masuk ke babak final!”Gulungan dibuka perlahan. Suasana menjadi hening. Semua menanti.“Tim pertama… Kael dan Arsel dari Akademi Pedang!”Sorakan membahana, disertai beberapa tatapan penasaran. Nama mereka kini sudah dikenal luas sejak kekuatan naga Kael terungkap.“Dan tim kedua… perwakilan khusus dari Kerajaan Utara. Dikenal sebagai saudara kembar pemburu sihir—Dara dan Daruk!”Seketika, bisik-bisik terdengar dari para penonton.“Asal mereka dari Kerajaan Utara?” bisik seseorang. “Aku dengar mereka bisa menyegel kekuatan lawan…” “Bukankah mereka dulu pernah memburu penyihir bayangan?”
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

47. Final Hanya Kedok

Keesokan PagiKeduanya bertemu lagi di balkon tempat biasa mereka berdiri. Hanya ada anggukan singkat, tak perlu kata-kata. Keduanya tahu… hari-hari ke depan akan lebih sulit. Tapi mereka mulai mengerti alasan mereka bertarung.Ruang Pemulihan, Sayap Timur Istana Langit Udara di ruangan itu sunyi. Hanya terdengar suara lembut air dari kendi dan dentingan alat medis. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela lebar, menyinari dua ranjang sederhana tempat Kael dan Arsel terbaring, tubuh mereka penuh perban dan luka lebam.Asmar duduk di kursi antara mereka, sibuk mencampurkan ramuan dari botol-botol kecil yang dibawanya sendiri. Napasnya dalam, tapi wajahnya tegang.“Ini bukan sekadar kelelahan biasa,” gumamnya. “Pertarungan dengan tekanan spiritual tinggi seperti itu bisa menghancurkan inti energi jika tidak ditangani benar.”Kael membuka matanya perlahan, mengerang pelan saat mencoba bergerak.“Jangan paksakan dirimu,” kata Asmar cepat. “Tulang rusukmu retak tiga, dan kamu
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

48. Serangan Saat Final

“Tak peduli,” jawab mereka serempak. “Asal dunia terbakar bersama naga hitam, itu cukup.”Aura pertempuran memuncak.Asmar melempar jubahnya. Simbol alkemis tingkat tinggi bersinar di dadanya. Kedua tangannya mulai bersinar biru tua—tanda bahwa ia telah mengaktifkan formasi alkimia tempur yang jarang ia gunakan.“Aku tak butuh banyak waktu. Cukup lima menit... untuk membuat kalian menyesal datang ke tempat ini.”Pemimpin penyusup menyerang duluan, membentuk tombak bayangan yang melesat cepat. Tapi Asmar menjentikkan jari, membentuk pelindung sihir berlapis.Penyusup kedua meluncur dari samping, berusaha menebas dengan bilah bercahaya merah. Tapi Asmar sudah mengantisipasi. Ia memutar tubuh, lalu menghempaskan telapak tangan ke dada lawan—ledakan energi alkemis menghantam balik, melempar lawan ke dinding.Satu lawan tumbang.Namun, aura merah dari segel terus menyembur, membuat dua penyusup tersisa makin kuat.Pemimpin mereka mulai berubah bentuk. Tato kalajengking merah menyebar ke wa
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

49. Kehilangan Kekuatan

Raja melanjutkan, suaranya lebih tegas kini."Namun di balik kekhilafan itu, muncul cahaya baru. Kael, Arsel—kalian tak hanya memenangkan turnamen, tapi telah mencegah bencana besar. Atas keberanian dan pengorbanan kalian, aku ucapkan selamat… dan terima kasih."Semua yang hadir berdiri dan memberi penghormatan. Bahkan para pemimpin kerajaan tetangga ikut mengangguk hormat.Asmar tersenyum kecil dari barisan belakang, bangga melihat murid-murid yang dulu ia rawat kini diakui oleh seluruh wilayah.Setelah upacara, Raja mendekati Kael secara pribadi."Bagaimana kondisi pedang nagamu?" tanya sang raja, dengan suara lebih tenang.Kael menatap lantai sejenak, lalu menjawab, “Masih belum bisa kugunakan. Naga di dalamnya butuh waktu untuk pulih… dan mungkin, aku juga.”Raja mengangguk pelan. "Kau masih muda, tapi sudah membawa beban besar. Jangan terburu-buru. Karena aku yakin, ini bukan akhir… tapi baru permulaan."Di ruang pribadi kerajaan, setelah upacara penghormatan selesai…Raja Lang
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

50. Serangan Mendadak

Suara pertempuran di sekelilingnya mulai meredam.Yang terdengar kini hanya denyut nadi Kael, dan suara bayangan dari masa lalu…"Ayahmu… ibumu… mereka mati sia-sia," bisik pria bertato kalajengking merah itu, sengaja memancing. "Dan kau… tak akan bisa berbuat apa-apa. Sama seperti dulu."Kael terpaku. Matanya melebar. Kata-kata itu menusuk lebih dalam dari pedang mana pun. Bayangan rumah yang terbakar, suara jeritan, dan tubuh ayahnya yang tergeletak—semua muncul dalam kilatan di kepalanya.Tangan Kael bergetar."Diam…" gumamnya.Musuh itu mendekat setengah langkah. "Kau hanya anak pengecut yang kebetulan dipilih pedang naga. Tapi tanpanya, kau—""DIAM!!"Kael menerjang. Tak lagi peduli pada rasa sakit, tak lagi menunggu kekuatan naga kembali. Ia menghantam dengan segala amarah yang telah lama dipendam.Pedangnya menebas cepat, brutal, penuh emosi.Benturan terjadi. Logam bertemu logam.Pria bertato itu tersenyum—namun senyumnya langsung sirna saat ia terpaksa mundur selangkah."
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status