Home / Pendekar / Pendekar Pedang Naga / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 21 - Chapter 30

36 Chapters

21. Mencari Anggota Tim

Kael merasa kesal dengan tindakan Arsel. Tanpa berpikir panjang, ia meraih lengan temannya dan menariknya keluar dari kerumunan."Ayo pergi, kita tidak perlu mencari masalah," bisiknya dengan nada tegas.Namun, sebelum mereka bisa pergi, seseorang menahan Kael dengan tangan kuat."Dia sudah menantangku. Sebaiknya kalian jangan pergi begitu saja," ujar murid bertubuh kekar itu dengan nada menekan.Kael menatapnya tajam, tapi sebelum ia bisa membalas, Arsel justru terkekeh. "Tenang saja, aku tidak akan lari."Kael menghela napas dan akhirnya melepaskan cengkeramannya dari lengan Arsel. "Baiklah, tapi kalau memang ingin bertarung, kita lakukan dengan benar."Murid itu menaikkan alis. "Maksudmu?""Aku akan memberi tahu pengawas agar pertarungan ini bisa disaksikan semua murid," jelas Kael.Seketika suasana menjadi riuh. Beberapa murid mulai berbisik-bisik dengan antusias."Ide yang sangat bagus," kata murid kekar itu sambil menyeringai. "Kalau begitu, mari kita ke aula pertandingan."Arse
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

22. Anggota Tim Baru

Di hadapan mereka berdiri dua murid yang tampak serius. Salah satunya adalah pemuda kurus yang sempat terlibat keributan tempo hari."Aku dengar kalian masih mencari anggota," kata pemuda itu dengan suara datar.Arsel menyeringai puas. "Lihat? Aku bilang juga apa."Kael masih terkejut, tetapi ia segera menguasai dirinya. "Baiklah. Masuklah, kita bicara."Setelah Kael membuka pintu, dua murid itu masuk ke dalam kamar dengan langkah percaya diri. Salah satunya adalah pemuda kurus yang sebelumnya mereka lihat di kantin, sementara yang satunya lagi sedikit lebih tinggi, dengan sorot mata tajam dan sikap tenang. Mereka berdua duduk di kursi kosong di depan Kael dan Arsel. Suasana terasa sedikit canggung sebelum akhirnya Arsel membuka pembicaraan. "Jadi, kalian datang ke sini. Berarti kalian benar-benar ingin bergabung dengan tim kami?" tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada. Pemuda kurus itu mengangguk. "Namaku Rael. Aku sudah memperhatikan kalian beberapa hari ini. Sepertinya
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

23. Pertandingan dimulai

Ren tertawa kecil. "Tempat ini? Murahan dan penuh dengan orang-orang yang tidak berbakat. Tidak heran kalian memilih makan di sini. Sepertinya cocok dengan level kalian." Kael mengepalkan tangan di bawah meja, tetapi Rael lebih dulu angkat bicara. "Lucu sekali," katanya dengan nada santai. "Kalau kedai ini tidak sesuai dengan seleramu, kenapa kau repot-repot masuk?" Ren menatap Rael tajam. "Aku hanya lewat. Tapi melihat kalian di sini, aku jadi yakin kalau aku tidak salah menolak bergabung. Tim kalian pasti tidak akan bertahan lama di kompetisi." Arsel terpancing emosi, dia langsung menarik kerah Ren. “Jaga omonganmu. Kalau benar kau hebat. Harusnya kau juga ikut kompetisi itu!Ren melepaskan cengkraman Arsel, “Tentu saja aku ikut bodoh. Pasti tim ku yang menang.”Arsel yang emosi hampir menyerang, tapi dengan cepat dihentikan oleh Kael. Ia tak ingin jika Arsel dihukum karena bertarung diluar akademi.Daren, yang biasanya diam, akhirnya berbicara. "Kami tidak butuh pengakuan d
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

24. Babak Kedua

Tanah bergetar akibat tebasan kapak raksasa lawan, menciptakan gelombang kejut yang membuat debu berterbangan di arena. Kael dan timnya terdorong ke belakang, tetapi mereka tidak berniat menyerah. "Hati-hati, dia sudah meningkatkan kekuatannya!" seru Arsel. Rael mengusap sudut bibirnya yang berdarah, lalu menyeringai. "Akhirnya, tantangan yang layak!" Daren menatap lawan dengan tatapan tajam. Ia merapatkan genggaman di pedangnya, siap menahan serangan berikutnya. Kael merasakan adrenalin membanjiri tubuhnya. Mereka tidak bisa bertarung biasa lagi—mereka harus bermain cerdas. Petarung kapak lawan melompat ke udara dan mengayunkan senjatanya ke bawah dengan kekuatan luar biasa. Kael menyadari jika mereka menangkisnya langsung, mereka akan kalah dalam benturan kekuatan. "Jangan tahan serangannya! Hindari!" teriaknya. BOOM! Kapak menghantam tanah dengan kekuatan besar, menciptakan kawah kecil di tempat mereka berdiri tadi. Namun, tim Kael sudah berpencar! Arsel melesat c
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

25. Kekuatan Bayangan

Serangan tim Serigala Hitam semakin intens! Mereka menggunakan ilusi, serangan bayangan, dan kecepatan luar biasa untuk mengacaukan formasi tim Kael. Kael merasa kesulitan—lawannya terus muncul dan menghilang, membuatnya sulit membaca arah serangan berikutnya. "Jika terus seperti ini, kita akan kalah tanpa sempat menyerang balik!" pikir Kael. Arsel menghindari serangan yang datang dari belakangnya dan berteriak, "Jangan terpancing! Mereka ingin kita menyerang asal-asalan!" Daren tetap tenang, matanya fokus membaca pola serangan musuh. "Ada jeda setengah detik setiap kali mereka berteleportasi… itu celahnya." Kael langsung menangkap maksud Daren. "Baik, kita ubah strategi!" Saat salah satu anggota Serigala Hitam muncul untuk menyerang, Kael berpura-pura terpojok. Lawan itu tertipu dan langsung maju untuk menyelesaikan serangan—tapi itu kesalahan fatal. Rael, yang sudah bersembunyi di bayangan, langsung menyerang dengan cepat! "Kena kau!" Serangan Rael menghantam tel
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

26. Kekuatan Naga Hitam

Pemimpin Serigala Hitam terhuyung setelah serangan Kael menghantamnya dengan telak. Teknik bayangan yang menjadi andalan mereka mulai menghilang! Sorakan penonton menggema di seluruh arena. Pertarungan belum sepenuhnya selesai. Dua anggota Serigala Hitam masih berdiri, meskipun mereka kini kehilangan keunggulan taktik mereka. Kael tidak memberi mereka kesempatan untuk pulih! Dengan kecepatan luar biasa, ia menyusul salah satu lawan yang mencoba kabur ke belakang. "Kau tidak bisa lari!" Kael melompat, mendaratkan serangan keras ke dada lawannya! BRUGH! Lawan itu terpental keluar arena. "Peserta Serigala Hitam tereliminasi!" seru wasit. Kini hanya tersisa satu lawan terakhir. Sisa anggota tim Serigala Hitam menggertakkan giginya, matanya penuh ketakutan. Ia melihat sekeliling, menyadari bahwa seluruh timnya telah tumbang. "Tsk… Aku tidak akan kalah tanpa perlawanan!" teriaknya sambil menghunus senjatanya, sebelum ia sempat bergerak—Kael sudah ada di hadapannya! "Te
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

27. Kemenangan Tak Terduga

Sebelum Kael bisa mengatakan apa pun, Guru Besar menarik napas panjang dan mengurangi tekanannya. "Aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan… tapi ingat satu hal." Ia menatap Kael dengan serius. "Jika kekuatanmu bukan berasal dari akademi, maka cepat atau lambat… seseorang akan datang mencarimu." Kael menelan ludah. Ia tidak tahu apakah ini peringatan… atau ancaman. Satu hal yang pasti—Guru Besar mulai curiga. Dan itu berarti… Kael harus lebih berhati-hati mulai sekarang.Kael berjalan kembali ke ruang istirahat dengan pikiran yang penuh. Percakapan dengan Guru Besar tadi masih terngiang di kepalanya. "Jika kekuatanmu bukan berasal dari akademi, maka cepat atau lambat… seseorang akan datang mencarimu." Apa maksud dari peringatan itu? Saat ia masuk ke ruangan, Arsel langsung menghampirinya. "Hei, apa yang Guru Besar inginkan?" tanyanya penasaran. Rael dan Daren juga menoleh, menunggu jawaban. Kael menghela napas dan duduk di kursinya. "Tidak banyak. Dia hanya pena
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

28. Latihan dibawah Guru Besar

Saat sorakan kemenangan masih menggema, Guru Besar berdiri dari tempat duduknya. Tatapannya terfokus pada Kael dan timnya. Para murid lain mungkin hanya melihat sekelompok anak berbakat yang memenangkan kompetisi, tetapi Guru Besar melihat lebih dari itu. Mereka bukan hanya kuat—mereka memiliki potensi yang luar biasa. Terutama Kael. "Aku harus mengawasi mereka lebih dekat," gumamnya. Tanpa menunggu lama, Guru Besar turun ke arena. Kael dan timnya baru saja selesai merayakan kemenangan mereka ketika suasana tiba-tiba menjadi hening. Semua murid menunduk hormat saat Guru Besar berjalan mendekati mereka. Kael menegakkan tubuhnya, bersiap menghadapi apa pun yang akan dikatakan. "Kael. Arsel. Rael. Daren." Suara Guru Besar menggema di seluruh arena. "Kalian telah menunjukkan sesuatu yang tidak dimiliki murid lain—kerja sama, strategi, dan tekad yang kuat." Kael dan yang lainnya saling berpandangan, tidak yakin ke mana arah pembicaraan ini. Lalu, Guru Besar menatap me
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

29. Persiapan Pertandingan

Hari-hari berikutnya menjadi neraka bagi Kael dan timnya. Setiap pagi, mereka harus berlari melintasi gunung di belakang akademi. Siang hari dihabiskan dengan latihan fisik brutal, mengangkat batu besar, menahan postur bertarung selama berjam-jam, dan serangan tanpa henti ke balok kayu hingga tangan mereka mati rasa. Sore harinya, latihan teknik dimulai. Guru Besar menghadapkan mereka pada berbagai skenario pertempuran—melawan banyak musuh, menghadapi tekanan tanpa istirahat, bahkan pertarungan dalam kegelapan. "Dalam Pertandingan Antar Akademi, tidak ada yang akan menyesuaikan diri dengan kelemahan kalian," kata Guru Besar. "Jika ingin menang, kalian harus bisa bertarung dalam kondisi apa pun." Di hari kelima, Kael mulai merasakan batas fisiknya. Kakinya nyaris tidak bisa berdiri, tangannya gemetar, dan napasnya terasa berat. Guru Besar tidak membiarkannya berhenti. "Bangun, Kael. Lawanmu belum tumbang." Kael terhuyung, tetapi ia memaksa tubuhnya berdiri. Lawan di depa
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

30. Pencarian Yang Sia-sia

Malam itu, mereka kembali ke asrama. Mereka tidak banyak bicara, hanya beristirahat setelah hari yang melelahkan. Kael berdiri di dekat jendela, menatap bulan. Pertandingan Antar Akademi sudah dekat. Latihan mereka mungkin telah berakhir, tetapi pertarungan sesungguhnya baru akan dimulai.Guru besar memberikan waktu untuk bersiap. Kael memanfaatkan waktu luang untuk kembali mencari informasi tentang para bandit. Sudah lama ia tidak pergi ke tempat itu, dan pikirannya terus dipenuhi rasa penasaran. Saat ia bersiap untuk pergi, Arsel, sahabatnya, memperhatikannya dengan curiga. "Kau mau ke mana, Kael?" tanyanya, menyilangkan tangan di dada. "Ke tempat kemarin, di gang dekat pasar," jawab Kael sambil menyesuaikan sarung pedangnya. Arsel mengerutkan kening. "Apa kau masih menyelidiki para bandit?" Kael mengangguk. "Iya. Aku penasaran, jadi aku akan kembali ke sana." Arsel mendesah, lalu tersenyum tipis. "Aku ikut." Tanpa menunggu persetujuan, ia sudah menyambar senjatanya
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status