All Chapters of Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

Bab 71: Langkah ke Depan

Pagi itu, matahari merangkak pelan dari balik siluet gedung-gedung pencakar langit Jakarta, menumpahkan semburat oranye keemasan yang menyelinap di antara kaca-kaca jendela dan dinding beton.Hujan yang turun semalam meninggalkan jejak samar di udara—aroma tanah basah yang berpadu dengan kesejukan pagi, menyeruak lembut ke dalam apartemen Amara melalui jendela yang sedikit terbuka. Di meja dapur, Amara duduk diam, jemarinya melingkari cangkir teh yang masih mengepul. Uap hangat membelai wajahnya, tapi pikirannya melayang jauh, tenggelam dalam ingatan tentang malam sebelumnya.Sesuatu berubah.  Bukan sekadar kata-kata atau gerakan, tapi sesuatu yang lebih subtil—sesuatu yang bersembunyi di balik ekspresi Laksha, di balik genggaman tangannya yang begitu erat, seolah Amara adalah satu-satunya jangkar yang bisa menyelamatkannya dari sesuatu yang tak kasatmata. Nada suaranya juga berbeda. Ada retakan halus dalam keheningan
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 72: Sentuhan yang Mengubah Segalanya

Gemerlap lampu gantung menggantung anggun di langit-langit ballroom, memancarkan kilauan lembut yang seharusnya menghadirkan kehangatan. Namun, bagi Amara, sinar itu tak lebih dari tirai tipis yang menyelubungi kepalsuan.Musik klasik mengalun pelan, menyatu dengan denting halus gelas sampanye dan tawa lembut yang terdengar terlalu disengaja. Aroma parfum mahal bercampur dengan hawa sejuk pendingin ruangan, menciptakan atmosfer eksklusif yang terasa asing di kulitnya.Gaun satin berwarna gading membalut tubuhnya dengan sempurna, lembut mengikuti lekuk tubuhnya seolah dirancang khusus untuknya.Namun, keindahan itu tak bisa mengusir perasaan ganjil yang merayapi dirinya. Jarinya melingkari batang gelas kristal, merasakan sensasi dingin yang kontras dengan telapak tangannya yang mulai menghangat karena kegelisahan.Tatapannya terpaku pada satu sosok di seberang ruangan.Lidya.Wanita itu berdiri di dekat pilar marmer, tubuhnya tegap dengan aur
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 73: Rahasia di Balik Mata

Udara malam berembus lembut, menyusup melalui celah balkon kamar hotel, membawa serta aroma laut yang tipis, bercampur dengan jejak asin dan embusan angin yang menggelitik kulit. Langit di luar pekat, dihiasi kelip bintang yang tertutup tipis awan yang mengambang lambat di atas perairan.Amara berdiri di sana, membiarkan angin memainkan ujung gaunnya yang melambai pelan.Tapi pikirannya tidak berada di sini.Ia masih tertinggal di satu momen yang terus mengulang di kepalanya—momen yang menyisakan jejak tak kasatmata di kulitnya.Pelukan itu.Sentuhan Laksha.Seolah masih tertinggal di permukaan kulitnya, menguar samar di udara, mengingatkannya pada sesuatu yang tak bisa ia definisikan. Bukan sekadar hangatnya tubuh pria itu, melainkan sesuatu yang lebih dalam—sesuatu dalam tatapannya.Malam ini, untuk pertama kalinya, mata itu terasa nyata. Tak ada kepura-puraan, tak ada sinisme seperti biasanya. Hanya kejujuran yang telan
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 74: Bisik-Bisik yang Mengganggu

Langit pagi di Jakarta masih kelabu ketika Amara membuka mata. Cahaya samar menyusup dari celah tirai yang terbuka sedikit, menggoreskan bayangan lembut di dinding kamar hotel. Udara di dalam ruangan terasa dingin, menyisakan keheningan yang menggantung di antara denging samar pendingin ruangan.Di sampingnya, tempat tidur terasa kosong.Laksha sudah pergi.Amara menghela napas pelan, duduk di tepi ranjang sambil meremas pelipisnya. Sisa-sisa kehangatan masih tertinggal di lipatan sprei, seolah membuktikan bahwa tadi malam bukan sekadar mimpi.Sentuhan itu, dekapan itu, dan sorot mata yang ia tangkap dalam keheningan kamar—sebuah tatapan yang mengandung sesuatu yang asing, sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya.Namun kini, semuanya kembali ke titik awal.Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Layar menyala, dan saat itu juga, perasaan di dadanya seolah mengencang.Sebuah artikel."Laksha Wijanarko Terl
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 75: Retakan di Balik Sandiwara

Hujan turun tipis malam itu, menorehkan jejak basah di kaca jendela kamar hotel. Butiran air merayap perlahan, berkelindan dengan pantulan lampu kota yang temaram. Jakarta di luar sana tenggelam dalam kabut gerimis, seakan menyembunyikan riuhnya dalam selimut kelabu.  Di dalam kamar yang hangat, Amara duduk di tepi ranjang, lututnya terlipat, tangannya mendekap diri sendiri. Ia menatap hujan dengan pandangan kosong, seolah berusaha menemukan sesuatu di balik tirai air yang jatuh tanpa henti.Tapi yang ia temukan hanyalah bayangan dirinya sendiri di kaca—siluet yang rapuh, terjebak dalam pusaran perasaan yang tak bisa ia kendalikan.  Notifikasi di ponselnya masih bermunculan. Komentar pedas, spekulasi liar, foto-foto yang menyudutkannya—semuanya mengalir deras, seperti sungai yang menolak surut. Sejak pagi ia mencoba mengabaikannya.Sungguh, ia sudah berusaha. Namun semakin ia menghindar, semakin berita itu terasa nyata.  
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 76: Reza yang Kembali

Angin sore membelai lembut wajah Amara, membawa aroma kopi yang menguar dari mesin espresso di dalam kafe. Sisa cahaya senja masih menggantung di cakrawala Jakarta, memulas langit dengan semburat jingga yang perlahan meredup.Di sekelilingnya, obrolan pelanggan bercampur dengan denting gelas dan alunan musik jazz lembut dari speaker kafe.Namun, bagi Amara, semua itu terasa jauh. Samar.Pikirannya berputar, terlalu penuh oleh sesuatu yang enggan ia akui.Di depannya, Reza duduk diam, tangannya melingkari cangkir kopi yang sejak tadi belum disentuhnya. Mata pria itu menelisik wajahnya, dalam dan tajam, seolah ingin menguliti setiap rahasia yang coba Amara simpan.“Jadi…” Suara Reza akhirnya memecah keheningan di antara mereka. “Apa kau bahagia, Amara?”Jantung Amara mencelos.Pertanyaan sederhana itu menghantamnya lebih keras dari yang seharusnya.Jari-jarinya mengaduk-aduk buih cappuccino di cangk
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 77: Percakapan yang Membelah

Langit Jakarta perlahan berubah, dari semburat jingga yang hangat menuju ungu keabuan yang sendu. Cahaya-cahaya kota mulai bermunculan satu per satu, lampu jalan memantulkan bias temaram di trotoar basah sisa hujan yang turun sore tadi.Udara masih mengandung jejak hujan—dingin, sedikit lembab, bercampur dengan aroma aspal yang basah. Namun, di antara itu semua, ada wangi kopi yang menguar dari celah pintu kafe, menyelinap masuk ke dalam ingatan seperti potongan-potongan kenangan yang enggan dilupakan.Di sudut kafe yang menghadap ke jendela besar, Amara duduk dengan jemari melingkari cangkir cappuccino yang kini hanya menyisakan kehangatan samar.Sendok kecil di tangannya bergerak perlahan, mengaduk cairan kecokelatan itu bukan karena butuh, melainkan karena pikirannya terlalu riuh untuk sekadar membiarkan tangan diam begitu saja.Pandangannya kosong, terarah pada pusaran kopi yang berputar dalam lingkaran kecil—seolah ada jawaban tersembunyi
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 78: Laksha yang Tidak Pasti

Langit Jakarta telah sepenuhnya diselimuti gelap saat Amara akhirnya sampai di rumah. Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin itu hanya karena perasaan yang menyesakkan dadanya sejak tadi.Ia melangkah melewati pintu utama dengan gerakan lambat, seolah ingin menunda sesuatu yang tak terhindarkan. Sepatunya ia lepas tanpa suara, ujung jemarinya sedikit ragu sebelum menyentuh lantai dingin.  Di dalam, lampu chandelier bersinar redup, memantulkan cahaya ke dinding marmer yang dingin dan tak bernyawa. Ruangan itu luas, nyaris sunyi, hanya sesekali suara jarum jam yang berdetak dari arah meja konsol.Rumah ini selalu terasa terlalu besar untuknya, seakan ruang-ruang kosong di dalamnya menyerap semua kehangatan yang pernah ada.  Tapi ada sesuatu yang berbeda malam ini.  Di sofa panjang dekat rak buku, Laksha duduk diam, tubuhnya sedikit membungkuk dengan satu tangan menyangga dahinya. Gelas scotch di tangan satunya t
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 79: Bayangan Masa Lalu yang Mengintai

Udara di ruang kerja Aditya Wijanarko terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun suhu AC tetap di angka yang sama. Dingin itu bukan sekadar hawa, tetapi sesuatu yang merayap perlahan ke dalam tulang—mengisi ruang dengan ketegangan yang tak terucap.Laksha duduk tegap di kursi berhadapan dengan ayahnya, punggung lurus seperti bilah pedang, tetapi jari-jarinya yang mengepal di atas paha mengisyaratkan sesuatu yang tak bisa disembunyikan.Napasnya dalam dan terkendali, namun matanya—mata seorang pria yang sudah terbiasa bermain dalam lingkaran ketidakpastian—terus menatap lurus ke arah Aditya, siap menghadapi apa pun yang akan dikatakan pria itu.Di balik meja kayu mahoni yang besar dan mengilap, Aditya menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tenang. Wajahnya sulit dibaca, sorot matanya tajam seperti seorang hakim yang tengah menimbang vonis.Ia menopang dagunya dengan tangan yang penuh urat, mengamati Laksha dengan teliti, seolah mencari ce
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 80: Retak di Balik Batu Karang

Malam merayap perlahan di balik tirai jendela, membungkus Jakarta dalam selimut cahaya neon yang redup.Dari lantai atas apartemen Laksha, gedung-gedung tinggi menjulang seperti bayangan bisu, sementara jalanan di bawah masih berdenyut dengan kehidupan—lampu kendaraan berkelip seperti bintang-bintang tersesat, dan suara klakson serta deru mesin melebur menjadi gumaman samar, jauh, hampir tak tersentuh oleh dunia yang lebih tinggi ini.Di dalam ruangan, udara dingin dari AC berpadu dengan aroma kayu cendana yang menguar lembut dari diffuser, menyusup ke dalam setiap sudut dengan keheningan yang nyaris ritualistik.Lampu temaram memeluk ruangan dalam cahaya keemasan, menciptakan kontras dengan sosok yang berdiri di dekat jendela—tegak, nyaris membatu, seperti patung yang diukir dari bayangan.Laksha.Jari-jarinya menggenggam gelas kristal berisi cairan amber, tetapi isinya nyaris tak berkurang. Matanya terpaku pada lanskap kota, namun sor
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status