All Chapters of Terpaksa Jadi Istri CEO Casanova: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

Bab 51: Pijar di Tengah Malam

Hujan masih turun, membasuh kota dengan gemerlap butirannya yang jatuh di atas jalanan basah. Cahaya lampu jalan memantul di genangan air, menciptakan kilauan samar yang bergoyang bersama riak kecil setiap kali tetesan baru jatuh.Angin sesekali berdesir, merayap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka, membuat tirai tipis di apartemen bergoyang perlahan. Bayang-bayangnya menari di dinding, seolah mengikuti irama hujan yang tak kunjung reda.Di atas ranjang, Amara meringkuk di balik selimut tebal. Tubuhnya terasa berat, seolah terjebak dalam gravitasi yang lebih kuat dari biasanya. Keringat dingin merembes di pelipisnya, sementara panas di dalam tubuhnya terus membakar.Kepalanya berdenyut hebat, denyutan yang berirama dengan detak jantung yang terasa lambat dan melelahkan. Tenggorokannya kering, seperti padang pasir yang sudah lama tak tersentuh hujan. Setiap tarikan napas seperti menyedot udara yang terlalu pekat, penuh dengan beban yang tak kasatmata
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 52: Percakapan yang Tertunda

Matahari merayap masuk melalui celah tirai, menghamparkan semburat keemasan di dinding kamar. Cahaya pagi menari di atas tetesan air yang masih melekat di kaca jendela, sisa-sisa hujan semalam yang kini membiaskan dunia luar dalam nuansa samar.Aroma tanah basah yang menguar dari halaman bercampur dengan kehangatan selimut yang membungkus tubuh Amara, membuatnya enggan beranjak.  Di atas ranjang, ia menggeliat pelan. Tubuhnya terasa lebih ringan dibanding semalam, meski sisa demam masih bersembunyi di balik kulitnya, meninggalkan sensasi hangat yang membaur dengan hawa pagi.Matanya masih berat, namun saat akhirnya ia membuka kelopaknya sepenuhnya, pandangannya langsung jatuh pada sosok Laksha.  Laki-laki itu duduk di sofa di sudut ruangan, satu kaki disilangkan di atas lutut, tangan kiri menopang dagu, sementara tangan lainnya menggenggam ponsel yang tampaknya hanya sekadar dipegang, tanpa benar-benar diperhatikan.Matanya fokus pada l
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 53: Sisi Lain yang Tak Terduga

Hari itu berjalan lambat, seolah waktu dengan sengaja memperpanjang setiap detiknya. Amara masih merasakan sisa-sisa kelelahan di tubuhnya, tapi setidaknya kini ia bisa duduk tanpa merasa kepalanya berputar.Cahaya sore yang keemasan menyelinap masuk melalui celah tirai, menggambar bayangan lembut di dinding kamar. Udara di sekitarnya terasa tenang, mengandung sisa hangat matahari yang mulai meredup, berpadu dengan semilir angin yang masuk dari balkon.  Laksha berdiri di luar, membiarkan angin senja menggulung rambutnya dengan lembut. Dari tempatnya bersandar, Amara memperhatikannya—punggung tegapnya, cara kedua tangannya disimpan dalam saku celana, serta bahunya yang sedikit mengendur, jauh lebih rileks daripada biasanya.Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam sorot matanya yang mengarah ke cakrawala kota—sesuatu yang terasa diam, jauh, dan sulit dijangkau.  Amara tidak tahu pasti apa yang membuatnya begitu terpaku. Mungkin karena ini
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 54: Lintasan yang Berlawanan

Udara sore terasa segar setelah hujan yang mengguyur sejak siang akhirnya reda, menyisakan aroma tanah basah yang samar tercium di antara embusan angin.Langit masih berwarna kelabu, tapi sinar matahari mulai menyelinap dari balik awan, menciptakan semburat keemasan yang membias di kaca-kaca gedung pencakar langit Jakarta. Dari balkon rumah, Amara memandangi jalanan yang masih basah.Kilauan air di aspal memantulkan cahaya lampu kendaraan yang mulai menyala, menciptakan refleksi berpendar yang tampak hidup dalam gerimis tipis yang tersisa.  Ia menarik napas dalam, tapi udara yang masuk ke paru-parunya terasa lebih berat dari seharusnya. Ada sesuatu di dadanya yang terus menekan, seperti simpul yang tak kunjung terurai.  Lalu, suara itu datang.  "Amara."  Lembut, akrab, dan begitu familiar hingga jantungnya seolah berhenti sejenak sebelum berdebar lebih kencang.  Amara menoleh, dan di sana, berdiri seorang
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 55: Garis Tipis Antara Nyata dan Palsu

Langit Jakarta menjingga, meredup perlahan saat matahari mulai tenggelam di balik gedung-gedung tinggi. Sisa hujan tipis yang turun sore tadi meninggalkan jejak samar di trotoar, memantulkan cahaya lampu kota yang mulai menyala satu per satu.Aroma khas kota menyusup ke dalam indera—perpaduan antara tanah basah, asap kendaraan, dan samar-samar wangi kopi dari kedai di seberang jalan.  Amara melangkah keluar dari butik dengan langkah ringan namun pikirannya terasa berat. Di tangannya tergantung sebuah tas belanja berwarna gelap dengan logo butik terukir timbul di permukaannya, terasa halus di bawah sentuhan jemarinya yang ramping.Di dalamnya, tersimpan sehelai gaun satin merah marun—pilihan Indira. Gaun yang harus ia kenakan malam ini. Gaun yang menegaskan peran yang harus ia jalani di samping Laksha Wijanarko.  "Nyonya Laksha Wijanarko."  Bisikan itu lolos dari bibirnya tanpa ia sadari, begitu lirih hingga hampir tak
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 56: Ketulusan yang Tidak Disangka

Lantai marmer ballroom hotel berkilau di bawah pancaran lampu kristal, memantulkan cahaya keemasan yang menari di permukaannya. Siluet para tamu berbalut gaun sutra dan jas elegan bergerak dalam ritme lambat, sementara gelas-gelas sampanye beradu dalam dentingan halus.Aroma parfum mahal bercampur dengan wangi manis hidangan yang tersaji di meja prasmanan, menciptakan atmosfer mewah yang nyaris tak tersentuh realitas di luar sana.  Di dekat meja prasmanan, Amara berdiri dengan satu tangan menggenggam batang gelas wine yang bahkan belum ia cicipi. Jemarinya yang ramping mencengkeram kaca dengan sedikit lebih kuat dari seharusnya, seolah gelas itu satu-satunya pegangan yang ia miliki saat ini.Gaun merah marun yang dipilihkan Indira membalut tubuhnya dengan sempurna, mengikuti lekukannya tanpa cela. Kainnya jatuh anggun hingga menyapu lantai, sementara potongan terbuka di pundak memperlihatkan kulitnya yang lembut diterpa cahaya keemasan ruangan.  
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 57: Malam yang Membingungkan

Udara malam masih menyisakan jejak hujan, menguarkan aroma tanah basah yang bercampur dengan aspal dingin Jakarta. Dari balkon kamar hotel yang luas, Amara menatap hamparan lampu kota yang berkedip-kedip, seperti bintang yang tersesat dan jatuh di antara gedung-gedung kaca yang menjulang.  Ia berdiri di sana, kedua tangannya bertumpu pada pagar besi yang dinginnya menembus kulit. Angin lembut menyelinap di antara helaian rambutnya, membiarkannya menari sesuka hati.Udara malam seolah membungkus tubuhnya dalam keheningan yang semu, tetapi di dadanya, ada sesuatu yang terus berputar, bergejolak seperti ombak yang tak menemukan tepian. Bukan kemarahan, bukan pula kesedihan.Lebih rumit dari itu—lebih halus, lebih sulit digenggam.  Dari dalam kamar, terdengar langkah kaki. Mantap, tetapi tak terburu-buru. Ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa itu.  "Kau menghilang tanpa bilang apa-apa."  Suara Laksha terdengar leb
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 58: Lintasan Cinta yang Tidak Disengaja

Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai jendela, menebarkan cahaya keemasan di atas meja makan. Aroma kopi yang mulai dingin bercampur dengan semilir udara pagi, namun bagi Amara, kehangatan itu tak ada artinya.Jari-jarinya membungkus cangkir keramik dengan erat, tapi pikirannya melayang jauh, tidak benar-benar berada di dalam ruangan ini.Di hadapannya, lembaran koran terbuka lebar, menampilkan headline bisnis yang seharusnya menarik perhatiannya—tentang ekspansi terbaru Wijanarko Group. Namun, bukan kata-kata yang mencuri perhatiannya. Matanya justru terpaku pada foto yang menyertainya.Sebuah potret Laksha dan Lidya.Laksha tampak seperti biasa—setelan jas hitam yang rapi membingkai tubuhnya dengan sempurna, ekspresi percaya diri yang selalu ia kenakan seperti baju zirah. Tapi yang lebih mengusik Amara adalah sosok di sampingnya.Lidya. Gaun putih elegan membalut tubuh perempuan itu, senyumnya terlalu manis, terlalu
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 59: Mencari Jawaban

Laksha duduk di tepi ranjang, bahunya sedikit merosot, punggung membungkuk dalam diam. Kedua sikunya bertumpu pada lutut, sementara jemarinya saling bertaut, mencengkeram seolah ingin menahan sesuatu—sesuatu yang perlahan tumbuh, mendesak keluar dari dalam dadanya.Di luar, langit Jakarta sudah gelap, tapi kota tak pernah benar-benar tidur. Sorot lampu-lampu gedung masih bersinar, pantulannya membias di kaca jendela, berpendar seperti kilatan ingatan yang tak mau padam.Samar-samar, deru kendaraan terdengar, sesekali bercampur dengan suara klakson yang pecah di antara desir angin malam yang menyelinap masuk melalui celah balkon.Tapi semua itu terasa jauh. Samar. Seperti suara yang ditenggelamkan oleh badai yang berputar-putar dalam kepalanya.Di layar ponselnya, sebuah foto masih terbuka.Amara dan Reza.Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe. Tertawa. Dengan cara yang terlalu akrab, terlalu nyaman—seakan dunia di sekitar mereka
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 60: Langkah yang Salah

Musik jazz mengalun lembut di ballroom hotel bintang lima, mengisi udara dengan sentuhan kemewahan yang seharusnya menenangkan. Kilauan lampu gantung kristal memantulkan cahaya ke segala arah, menyatu dengan derai tawa dan dentingan gelas sampanye yang saling bersulang.Namun, bagi Amara, semua itu hanya seperti latar belakang kabur—suara-suara yang teredam, seperti gema dari dunia lain yang terasa semakin jauh.Ia berdiri di sudut ruangan, jemarinya melingkari gelas mocktail yang dinginnya sudah hampir lenyap, meninggalkan jejak embun tipis di permukaan kaca.Dari tempatnya berdiri, lautan tamu tampak seperti gelombang yang bergerak tanpa bentuk, penuh gaun elegan dan setelan jas yang berbaur dalam percakapan ringan. Tapi matanya hanya terpaku pada satu titik. Pada satu sosok.Laksha.Dan Lidya.Wanita itu berdiri terlalu dekat, nyaris menempel di sisi Laksha. Gaun satin merah darahnya membalut tubuhnya dengan sempurna, lekukan kainny
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more
PREV
1
...
456789
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status