"Tuliskan sebuah puisi tentang perjalananmu ke Bian Cheng. Biarkan aku melihat kemampuanmu."Rong Tian mengambil kuas yang disodorkan, mencelupkannya ke dalam tinta, dan mulai menulis dengan gerakan penuh keyakinan. Ia telah mempersiapkan ini, mempelajari gaya sastra klasik untuk menyempurnakan penyamarannya.Setelah selesai, Guru Lu mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama. Alisnya terangkat sedikit, tanda ketertarikan."Menarik," gumamnya. "Gaya tulisanmu kasar namun memiliki kekuatan tersembunyi. Seperti pedang yang dibungkus kain sutra." Ia menatap Rong Tian dengan pandangan menilai."Baiklah, aku akan menerimamu sebagai murid. Tapi ingat, di paviliun ini, aku yang menetapkan aturan.""Terima kasih, Guru. Saya akan mematuhi semua aturan," jawab Rong Tian."Kau bisa tinggal di kamar kosong di lantai atas. Pelajaran dimulai besok pagi saat matahari terbit," ucap Guru Lu. "Oh, dan satu hal lagi—di Bian Cheng, mata dan telinga ada di mana-mana. Berhati-hatilah dengan apa yan
Terakhir Diperbarui : 2025-04-05 Baca selengkapnya