บททั้งหมดของ Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam: บทที่ 81 - บทที่ 90

140

Kekuasaan yang Memabukkan

Musim gugur di Kota Biramaki membawa angin sejuk yang menggugurkan daun-daun keemasan dari pepohonan istana. Namun, di balik tembok-tembok megah Istana Kekaisaran Bai Feng, suasana politik jauh dari sejuk. Kekuasaan telah bergeser, mengalir seperti air dari tangan-tangan lama ke tangan baru yang haus akan pengaruh.Paviliun Bunga Peony, kediaman Hanim, kini menjadi pusat kekuasaan tidak resmi di istana. Setiap pagi, antrean panjang pejabat istana, kasim senior, dan bahkan menteri-menteri penting terlihat menunggu untuk menghadap sang selir kesayangan. Mereka membawa bingkisan mewah—perhiasan, sutra langka, artefak berharga, dan kantong-kantong berisi emas—semua dipersembahkan dengan harapan mendapatkan perhatian dan dukungan Hanim.Di ruang utama pavilium yang dihiasi dengan kemewahan dari berbagai penjuru kekaisaran, Hanim duduk dengan anggun di atas kursi kayu cendana berukir. Gaun sutra biru mudanya kontras dengan rambut pirang yang disanggul tinggi, dihiasi tusuk konde permata y
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-23
อ่านเพิ่มเติม

Kekuasaan Yang Memabukkan - Bagian Dua.

Zhao Lin menelan ludah dengan susah payah. Ia adalah pejabat yang jujur, diangkat karena kemampuannya, bukan karena koneksi politik. Permintaan semacam ini bertentangan dengan prinsipnya."Saya... saya perlu waktu untuk mempertimbangkannya," jawab Zhao Lin akhirnya. "Ini bukan keputusan yang bisa saya ambil begitu saja."Ekspresi Hanim berubah, meski ia berusaha menyembunyikannya di balik senyum diplomatis. Matanya yang biru berkilat dingin, kontras dengan senyum manisnya. Ia mengangkat cangkir teh krisannya, menyesapnya perlahan sebelum berbicara."Tentu, Wakil Menteri," ucapnya dengan suara lembut yang menyimpan ancaman tersembunyi. "Hamba memahami bahwa Anda memerlukan waktu. Tapi jangan terlalu lama... kesempatan seperti ini tidak datang dua kali."Guru Negara Lin mengangguk. "Benar sekali. Dan Wakil Menteri, saya yakin Anda cukup bijaksana untuk membuat keputusan yang tepat."Zhao Lin membungkuk kaku. "Saya akan mempertimbangkannya dengan serius. Kalau begitu, izinkan saya undur
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-23
อ่านเพิ่มเติม

Kekuasaan yang Memabukkan - Bagian III

Malam yang sunyi, sosok itu dengan jubah yang berkibar ditiup angin, ekspresinya tanpa perasaan, saat berjongkok di dekat Zhao Lin."Kau seharusnya menerima tawaran itu, Wakil Menteri," bisik sosok bertopeng itu di telinga Zhao Lin. "Sekarang sudah terlambat.""Kumohon," Zhao Lin memohon, suaranya bergetar. "Aku punya keluarga... anak-anak...""Mereka akan baik-baik saja," jawab sosok itu dingin. "Selama mereka lebih bijaksana darimu."Dengan gerakan cepat, sosok berjubah hitam itu mengayunkan tangannya. Cakar hitam yang tajam merobek leher Zhao Lin, memutus arteri utamanya. Darah menyembur deras, membasahi jubah putih Wakil Menteri yang kini tergeletak di tanah dengan mata terbelalak.Sosok bertopeng itu berdiri diam sejenak, memandangi karyanya. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah jimat hitam dari balik jubahnya dan meletakkannya di dada Zhao Lin yang sudah tak bernyawa."Semoga perjalananmu ke alam baka menyenangkan, Wakil Menteri," ucapnya pelan sebelum melompat tinggi ke atas poho
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-23
อ่านเพิ่มเติม

Pertemuan di Tepi Jurang - Bagian Pertama

Malam di Gurun Hadarac selalu memiliki keindahan yang mengerikan. Langit kelam membentang luas tanpa batas, ditaburi bintang-bintang yang berkilauan seperti permata di atas kain hitam. Bulan sabit menggantung rendah di cakrawala, memancarkan cahaya redup yang menyinari hamparan pasir keemasan yang kini tampak keperakan di bawah sinarnya.Suara lolongan serigala gurun terdengar dari kejauhan, bergema di antara bukit-bukit pasir, menciptakan melodi malam yang membuat bulu kuduk meremang. Angin dingin bertiup perlahan, menggerakkan butiran-butiran pasir halus, membentuk pola-pola yang terus berubah di permukaan gurun yang tak pernah diam.Di tengah kesunyian gurun yang mencekam, suara derap kaki kuda dan roda kereta memecah keheningan. Sebuah kereta mewah yang ditarik oleh empat ekor kuda hitam bergerak perlahan membelah hamparan pasir. Kereta itu dihiasi ukiran-ukiran naga dan phoenix yang rumit, dengan lapisan emas di tepiannya—jelas milik seseorang dengan status sangat tinggi.Empa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-23
อ่านเพิ่มเติม

Pertemuan DI Tepi Juran - Bagian Dua.

Pangeran Jinhai menghela napas, lalu berbicara dengan suara yang lebih rendah. "Kami ingin Anda menghabisi seseorang. Seorang wanita bernama Hanim, selir baru ayahanda hamba.""Selir?" Raja Kelelawar Hitam terdengar sedikit tertarik. "Mengapa seorang selir perlu disingkirkan oleh Pangeran Mahkota dan Permaisuri?""Dia bukan selir biasa," jawab Pangeran Jinhai, kini suaranya lebih tegas. "Hanim berasal dari Kekaisaran Matahari Emas. Dia telah memikat ayahanda hamba dengan cara yang tidak wajar, membuat beliau mengabaikan urusan kenegaraan dan keluarganya."Raja Kelelawar Hitam terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan informasi ini. "Lanjutkan.""Hanim telah mengambil alih istana dalam waktu singkat," Pangeran Jinhai melanjutkan. "Para pejabat dan kasim berlomba-lomba memberinya upeti. Bahkan Guru Negara Lin Zhao tampak bekerja sama dengannya. Kami curiga dia memiliki agenda tersembunyi, mungkin... mungkin dia adalah mata-mata atau pembunuh yang dikirim untuk menghancurkan kekaisaran
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-23
อ่านเพิ่มเติม

Sumpah Zhao Hua.

Bulan sabit telah menghilang di ufuk barat, menyisakan kegelapan yang pekat di Gurun Hadarac. Angin dingin masih bertiup, menggerakkan butiran pasir halus yang berkilau samar di bawah cahaya bintang.Setelah kereta Pangeran Liu Jinhai menghilang di kejauhan, Raja Kelelawar Hitam tetap berdiri diam di tepi Jurang Abyss of Suffering. Hanya setelah memastikan bahwa ia benar-benar sendirian, ia perlahan mengangkat tangannya dan melepaskan topeng giok hitam yang menutupi wajahnya.Wajah Rong Tian terungkap, ekspresinya tenang namun matanya menyiratkan pemikiran yang dalam. Ia menatap peti kayu berukir yang ditinggalkan Pangeran Mahkota, kemudian berlutut dan membukanya perlahan.Cahaya keemasan segera menyambut matanya. Lima ratus keping emas murni tersusun rapi di dalam peti, masing-masing seberat empat liang, berkilauan bahkan dalam kegelapan malam. Jumlah yang cukup untuk membeli sebuah kota kecil, seperti yang dikatakan Pangeran Jinhai.Rong Tian menahan napas. Meski ia telah bersikap
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-24
อ่านเพิ่มเติม

Kebencian Zhao Hua.

"Murid Zhao," Guang Jiang berkata dengan nada serius."Raja Kelelawar Hitam adalah kultivator tingkat tinggi yang sangat berbahaya. Bahkan setelah insiden di Gunung Qingyun, kami belum berhasil melacaknya.""Aku tidak peduli!" seru Zhao Hua, bangkit berdiri dengan wajah penuh tekad. Air matanya masih mengalir, tapi matanya kini berkilat dengan api dendam. "Aku akan berlatih lebih keras! Aku akan meningkatkan kultivasiku! Aku akan melakukan apapun untuk membalas kematian ayahku!"Chang Zhong melirik Zhao Hua dengan ekspresi yang sulit dibaca. Tidak ada kagum dalam tatapannya, hanya penilaian dingin. "Tekad yang kuat, Zhao Shimei. Tapi kau masih jauh dari level yang dibutuhkan untuk menghadapi Raja Kelelawar Hitam."Meski kata-kata Chang Zhong terdengar dingin, Zhao Hua tetap menatapnya dengan penuh harap, seolah setiap kata darinya adalah dorongan semangat.Guang Jiang, melihat kesempatan untuk meningkatkan loyalitas muridnya, berkata, "Tekadmu patut dihargai, Murid Zhao. Jika kau ben
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-24
อ่านเพิ่มเติม

Air Mata Kepalsuan.

Langit Kota Biramaki tertutup awan kelabu pagi itu, seolah ikut berkabung atas kepergian Wakil Menteri Zhao Lin. Upacara pemakaman dipersiapkan dengan kemegahan yang jarang terlihat, menunjukkan status tinggi dan penghormatan terakhir bagi pejabat yang dihormati itu.Kediaman keluarga Zhao dipenuhi bunga-bunga putih dan lentera berkabung. Para pelayan bergerak cepat mempersiapkan segala sesuatu, sementara para tamu kehormatan mulai berdatangan. Di antara mereka, beberapa pejabat istana dan pemimpin sekte bela diri terkemuka.Zhao Hua berdiri di depan altar penghormatan, mengenakan pakaian putih berkabung yang menyapu lantai. Wajahnya yang cantik kini tampak pucat, dengan jejak air mata yang belum mengering di pipinya. Namun, di balik kesedihan itu, tersembunyi kilatan ambisi dan kemarahan yang mendalam."Nona Zhao, kami turut berduka atas kepergian ayahanda," ujar seorang pejabat istana seraya membungkuk hormat.Zhao Hua mengangguk lemah. "Terima kasih atas kehadirannya. Ayahku adal
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
อ่านเพิ่มเติม

Pembalasan Tak Terduga.

Rong Tian berdiri dengan tegap di tengah kerumunan, jubah hitamnya melambai pelan tertiup angin. Wajahnya yang tampan menunjukkan ketenangan yang kontras dengan kemarahan yang meluap di mata hitamnya yang tajam."Sungguh mengherankan," ucapnya dengan suara tenang namun penuh wibawa, "bahwa putri seorang pejabat terhormat seperti Wakil Menteri Zhao bisa bersikap begitu kasar pada seorang lansia yang hanya ingin memberikan penghormatan terakhir."Zhao Hua membeku sejenak, matanya melebar melihat sosok yang sangat dikenalnya. Ekspresi duka yang dipasangnya seketika berubah menjadi kebencian murni."Rong Tian!" desisnya. "Berani-beraninya kau muncul di sini! Apa maumu, pengemis rendahan?"Kerumunan mulai berbisik. Beberapa orang yang mengenal Rong Tian terkejut melihat penampilannya yang begitu berbeda—tidak lagi seperti pemuda sederhana yang mereka kenal, melainkan seorang cendekiawan dengan aura keagungan yang tak biasa.Rong Tian membungkuk dengan gerakan penuh martabat, seolah memberi
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
อ่านเพิ่มเติม

Kecurigaan yang Mengintai.

Kerumunan masih terpaku menyaksikan Zhao Hua yang tertelungkup di tanah, meronta-ronta seperti ditindih beban tak terlihat. Pemimpin Guang memperhatikan kejadian ini dengan mata tajam seorang kultivator berpengalaman. Sesuatu tentang situasi ini terasa tidak wajar baginya.Pemimpin Guang melangkah maju, jubah putihnya melambai dengan anggun. Matanya yang tajam mengamati Rong Tian dengan seksama, mencari petunjuk di balik penampilan pemuda itu yang terlalu tenang untuk situasi kacau seperti ini."Anak muda?" suaranya tenang namun mengandung ketajaman tersembunyi. "Kamu siapa? Siapa Gurumu?"Pertanyaan itu terdengar sopan, namun Rong Tian bisa merasakan bahaya di baliknya. Ini bukan pertanyaan biasa—ini adalah ujian.Rong Tian, dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata biasa, segera menghancurkan jimat di punggung Zhao Hua. Jari-jarinya bergerak cepat dalam segel rahasia, membatalkan mantra yang telah ia pasang. Tidak ada yang menyadari apa yang baru saja ia lakukan."Nama saya Rong T
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
7891011
...
14
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status