Semua Bab Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam: Bab 101 - Bab 110

140 Bab

Konspirasi di Paviliun Peony.

Sementara itu, di jantung Kota Biramaki, Istana Kekaisaran Bai Feng berdiri megah dengan dinding merah dan atap emas yang berkilau di bawah cahaya bulan. Ribuan lentera menerangi kompleks istana yang luas, menciptakan pemandangan seperti lautan cahaya jika dilihat dari kejauhan.Di bagian timur istana, Paviliun Bunga Peony—kediaman Selir Hanim—berdiri dengan kemegahan yang melebihi paviliun selir lainnya. Taman di sekelilingnya dipenuhi bunga peony langka dari berbagai warna, kolam ikan koi dengan air jernih, dan patung-patung dari batu giok terbaik.Kaisar Liu Yan berjalan tergesa-gesa melewati lorong-lorong paviliun. Jubah kekaisarannya yang berwarna kuning dengan sulaman naga emas berkibar di belakangnya. Wajahnya yang biasanya tenang kini menunjukkan kekhawatiran mendalam."Hanim!" panggilnya, suaranya menggema di lorong kosong. "Hanim, di mana kau?"Belasan dayang dan kasim mengikuti di belakangnya dengan kepala tertunduk, tak berani menatap langsung kemarahan Kaisar. Kepala Kasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Peta Harta Karun Kuno.

Kegelapan menyelimuti Gurun Hadarac bagai selimut hitam tak berujung. Malam tanpa bulan menciptakan kekosongan yang mencekam, hanya bintang-bintang jauh yang berkedip lemah, seperti mata-mata pengintai dari dunia lain.Angin gurun bertiup kencang, membawa pasir yang menggigit kulit dan suara-suara aneh yang terdengar seperti bisikan roh-roh kelaparan.Di tengah kegelapan pekat ini, suara derap kaki kuda dan roda kayu yang berderit memecah kesunyian. Sebuah kereta mewah yang ditarik empat kuda hitam besar melaju di atas pasir, meninggalkan jejak yang segera dihapus angin.Kuda-kuda itu mendengus keras, uap putih keluar dari hidung mereka meski udara gurun terasa panas. Mata mereka berkilat merah tidak wajar, menandakan bahwa ini bukan kuda biasa.Kusir bertudung hitam memegang kendali dengan tangan keriput, matanya tajam menatap ke depan, ke arah jurang besar yang menanti di kejauhan—The Abyss of Suffering, jurang kematian yang ditakuti bahkan oleh binatang buas gurun.Di dalam kereta,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Peta Harta Karun Kuno – Part II.

Pangeran Jinhai mengangguk bersemangat. "Benar, Yang Mulia. Menurut catatan kuno, Kaisar Jin Xuan menyembunyikan seluruh harta kerajaan sebelum invassi dari timur. Tablet emas, jade hijau langka, benih rumput ajaib, perpustakaan penuh gulungan teknik kultivasi, dan artefak suci termasuk Pedang Emas Langit Barat."Raja Kelelawar Hitam mengangkat kepalanya, menatap Pangeran Jinhai dengan tatapan tajam. "Apa yang kau inginkan dariku, Pangeran? Kau tidak mungkin memberikan informasi ini tanpa pamrih."Pangeran Jinhai membungkuk lagi. "Hamba mengusulkan kerja sama, Yang Mulia. Dengan kemampuan luar biasa Yang Mulia dan sumber daya istana yang hamba miliki, kita bisa menemukan harta karun legendaris ini.”“Hamba hanya meminta setengah dari kekayaan materialnya. Semua gulungan teknik kultivasi dan senjata pusaka bisa menjadi milik Yang Mulia sepenuhnya."Raja Kelelawar Hitam terdiam, menatap peta di tangannya. Meski wajahnya tersembunyi di balik topeng, Pangeran Jinhai bisa merasakan bahwa i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Kabar Dari Utara.

Angin kencang menyapu padang rumput luas Dataran Awan Perak, menggerakkan lautan rumput keperakan yang bergelombang seperti air.Matahari senja memantulkan cahaya keemasan pada setiap helai rumput, menciptakan pemandangan menakjubkan yang biasanya akan membuat para pengembara berhenti untuk mengagumi keindahannya.Namun sore itu, ketenangan padang rumput terganggu oleh derap langkah kaki yang menggema. Seorang pria berlari tertatih-tatih, napasnya terengah-engah, wajahnya pucat pasi.Darah mengalir dari luka di bahunya, meninggalkan jejak merah di atas rumput perak. Pakaiannya yang dulunya mungkin terlihat mewah kini compang-camping dan kotor, menunjukkan bahwa ia telah melewati perjalanan panjang yang melelahkan."Berhenti kau, pencuri!" teriak suara kasar dari kejauhan.Pria itu menoleh ke belakang dengan mata liar ketakutan. Enam sosok berpakaian hitam dengan topeng tengkorak mengejarnya, bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar, melompati rumput tinggi dengan langkah-langkah rin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Kabar Dari Utara – Part II.

"Lebih baik... mati... daripada membiarkan kalian..." Zhao Wei terbatuk, darah segar mengalir dari mulutnya. "Harta itu... hanya untuk... yang berhak..."Dengan kata-kata terakhirnya, Zhao Wei ambruk ke tanah. Matanya yang kosong menatap langit senja, napasnya telah berhenti selamanya."Bodoh!" raung pemimpin kelompok bertopeng, menendang tubuh tak bernyawa Zhao Wei dengan murka. Ia membuka kantong dengan kasar, menumpahkan isinya ke tanah.Tidak ada apa-apa kecuali beberapa keping koin tembaga dan secarik kertas usang yang tampak seperti potongan dari dokumen yang lebih besar. Pemimpin kelompok itu memungut kertas tersebut, membacanya dengan cepat, kemudian meremas dan melemparkannya dengan marah."Sialan!" teriaknya. "Ini hanya potongan! Di mana bagian lainnya?!"Ia berbalik ke arah mayat Zhao Wei, mencengkeram kerah bajunya. "Di mana kau menyembunyikannya?! Di mana peta lengkapnya?!"Tentu saja, tidak ada jawaban dari mayat yang kini terbaring kaku. Dengan murka, pemimpin kelompok
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Kuil Bulan Gelap.

Derap kaki kuda memecah keheningan malam di jalur berbatu menuju perbatasan. Sepuluh sosok bertopeng tengkorak memacu kuda mereka tanpa henti, menembus kabut tebal yang menyelimuti pegunungan. Jubah hitam mereka berkibar seperti sayap kelelawar, menyatu dengan kegelapan malam yang pekat.Tiga hari tiga malam mereka berkuda tanpa istirahat, hanya berhenti sejenak untuk memberi minum kuda-kuda mereka yang mulai kelelahan. Mata merah kuda-kuda itu menunjukkan bahwa mereka bukan hewan biasa, melainkan kuda perang yang telah dilatih khusus dengan teknik kultivasi khusus Sekte Tengkorak Api."Berapa lama lagi kita sampai?" tanya salah satu dari mereka, suaranya serak oleh kelelahan.Pemimpin kelompok, yang mengenakan topeng tengkorak dengan ukiran api di dahinya, menunjuk ke arah barat. "Sebelum fajar menyingsing, kita akan tiba di Kota Bian Cheng. Bersiaplah, Ketua tidak akan senang dengan kegagalan kita."Kata-kata itu membuat semua penunggang kuda menegang. Mereka tahu betul konsekuensi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Kematian Tanpa Jejak.

Akhirnya, sosok itu mengangkat tangannya yang pucat, jari-jarinya yang panjang dan kurus bergerak dengan gerakan anggun namun mematikan."Kegagalan," ucapnya dengan suara yang anehnya terdengar seperti bisikan namun bergema di seluruh ruangan. "Tidak dapat diterima."Belum sempat para anggota Sekte Tengkorak Api bereaksi, sosok bertopeng putih itu melambaikan tangannya dengan gerakan ringan. Seketika, kesepuluh pria bertopeng tengkorak itu terhuyung, tangan mereka mencengkeram leher masing-masing seolah tercekik oleh tangan tak terlihat.Tidak ada teriakan, tidak ada jeritan. Hanya suara napas terakhir yang terengah-engah, kemudian satu per satu mereka ambruk ke lantai batu, tak bernyawa. Mata mereka terbelalak dalam ketakutan abadi, tubuh mereka kaku seperti patung.Sosok bertopeng putih itu bertepuk tangan sekali, suaranya bergema di ruangan seperti lonceng kematian. Dari balik lima pintu di sekeliling ruangan, muncul lima sosok bertopeng lain.Berbeda dengan anggota Sekte Tengkorak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Kota Angin Senja.

Kota Angin Senja tidak lagi seperti dulu. Tembok batu kelabu yang mengelilingi kota kini tampak lebih suram, seperti dinding penjara alih-alih pelindung.Bendera-bendera Kekaisaran Bai Feng berkibar kaku di setiap menara pengawas, lambang phoenix putih yang tercetak di kain merah tampak mengawasi setiap sudut kota dengan tatapan tajam.Di kedua gerbang utama kota—Gerbang Selatan dan Gerbang Utara—barisan prajurit kekaisaran berdiri tegak dengan tombak di tangan.Armor mereka yang berwarna merah dengan aksen emas berkilau tertimpa cahaya matahari, menunjukkan kekuatan dan otoritas Kekaisaran Bai Feng. Pos-pos pemeriksaan didirikan di depan setiap gerbang, lengkap dengan meja kayu besar tempat para pejabat mencatat setiap orang yang keluar masuk kota."Pemeriksaan ketat! Semua orang harus diperiksa!" teriak seorang komandan bertubuh kekar dengan bekas luka melintang di pipinya. "Tidak ada pengecualian!"Para pedagang dan pengembara berbaris dengan wajah lelah, menunggu giliran untuk dip
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Pengemis Kecil.

Papan nama kayu berukir di depannya bertuliskan "Penginapan Bulan Perak", dengan lambang bulan sabit yang diukir dengan indah.Penginapan itu tampak lebih ramai dibandingkan bangunan lain di sekitarnya. Lantai pertamanya adalah restoran besar dengan meja-meja kayu berkualitas tinggi. Lampion-lampion merah tergantung di langit-langit, memberikan cahaya hangat ke seluruh ruangan.Aroma masakan lezat menguar dari dapur, membuat perut Rong Tian bergemuruh mengingatkan bahwa ia belum makan sejak pagi."Selamat datang di Penginapan Bulan Perak!" sambut seorang pelayan wanita setengah baya dengan senyum ramah. "Apakah Tuan ingin makan atau mencari kamar?""Keduanya," jawab Rong Tian. "Sastrawan ini menginginkan kamar terbaik yang kalian miliki, dan makan malam yang layak."Pelayan itu membungkuk hormat. "Tentu saja, Tuan. Kami memiliki kamar di lantai tiga dengan pemandangan kota. Untuk makan malam, chef kami baru saja menyiapkan bebek panggang saus plum, sup tulang sapi dengan jamur gunung,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Saksi Terakhir.

Rong Tian meletakkan sumpit dengan tenang, menyeka bibirnya dengan kain bersih, dan menyesap tetes terakhir arak plum dari cawannya. Matanya yang tajam tak pernah meninggalkan pintu keluar, tempat sosok kecil Xiao Hu menghilang beberapa saat lalu."Berapa total tagihannya?" tanyanya pada pelayan yang mendekat."Lima puluh tael perak, Tuan Sastrawan," jawab pelayan dengan hormat.Rong Tian mengeluarkan sekantong koin dari lengan jubahnya, menghitung dengan cepat dan menambahkan beberapa keping ekstra. "Ini untuk pelayananmu yang cekatan."Pelayan itu membungkuk dalam, matanya berbinar melihat jumlah tip yang diberikan. "Terima kasih, Tuan. Kamar Anda telah disiapkan di lantai tiga, pemandangan terbaik menghadap kota.""Sastrawan ini akan kembali nanti malam," ucap Rong Tian sambil bangkit. "Pastikan kamarnya tetap siap."Dengan langkah mantap, ia keluar dari penginapan, mata tajamnya segera menyapu jalanan mencari sosok kecil Xiao Hu. Matahari mulai condong ke barat, menciptakan bayang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status