Lahat ng Kabanata ng Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam: Kabanata 121 - Kabanata 130

140 Kabanata

Jejak Bayangan di Distrik Terlarang – Part I.

Bulan purnama telah berganti menjadi bulan sabit, lalu menghilang, dan kembali muncul sebagai bulan purnama yang sempurna—bagai mata langit yang mengawasi dunia fana.Tujuh hari telah berlalu sejak An Ying, sang Pimpinan, Kultivator dari Sekte Bayangan Kegelapan, bersumpah setia pada Raja Kelelawar Hitam—penguasa yang namanya hanya dibisikkan di sudut-sudut gelap Kota Bian Cheng.Tujuh hari tanpa mengenal lelah, mengendap bagaikan bayangan di setiap sudut kota yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan intrik di Lembah Lima Sungai.An Ying berdiri bagai patung giok di atap Menara Awan Senja, bangunan tertinggi kedua di Kota Bian Cheng. Matanya yang tajam bagai elang gunung mengawasi jalanan berliku-liku di bawah.Jubah hitam bertenunan sutra bayangan—harta rampasan dari pertarungannya melawan Ketua Sekte Awan Berdarah—berkibar lembut tertiup angin malam, menyamarkan sosoknya dengan bayang-bayang hingga hampir tak terlihat oleh mata biasa.Luka-luka di tubuhnya, termasuk sayatan dalam
last updateHuling Na-update : 2025-04-07
Magbasa pa

Jejak Bayangan di Distrik Terlarang – Part II.

Si pengemis tua berdehem, melirik ke kiri dan kanan seolah khawatir tembok pun memiliki telinga, sebelum berbicara dengan suara yang nyaris berbisik."Tuan mencari bahaya," ucapnya dengan nada serius. "Di Kota Bian Cheng, ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tak terjamah, rahasia-rahasia yang lebih baik tidak diketahui. Bahkan mata-mata Kaisar pun tidak berani menyelidiki terlalu dalam."An Ying melemparkan kantung sutra lain, kali ini lebih berat, menimbulkan suara dentingan yang lebih nyaring. "Aku siap menghadapi bahaya," ucapnya dengan nada yakin. "Dan aku rela membayar harga yang setimpal untuk informasi yang berharga."Si pengemis tua menatap kantung kedua tersebut, lalu menghela napas panjang—campuran antara pasrah dan kekhawatiran. "Baiklah. Tapi berjanjilah pada langit dan bumi, jangan pernah katakan bahwa informasi ini berasal dari kami. Kami hanyalah pengemis tua yang ingin hidup hingga esok hari."Ia memberi isyarat pada An Ying untuk mendekat, lalu berbisik dengan suara
last updateHuling Na-update : 2025-04-07
Magbasa pa

Pavilyun Bulan Tersembunyi.

Distrik Terlarang terhampar seperti sebuah luka lama pada tubuh Kota Bian Cheng, jauh berbeda dari keramaian dan kemewahan distrik lainnya. Tidak ada lentera merah yang menyala menyambut jiwa-jiwa yang tersesat, tidak ada suara obrolan para pedagang atau tawa anak-anak yang bermain.Hanya keheningan mencekam yang sesekali dipecahkan oleh suara burung hantu pembawa pertanda atau lolongan anjing liar yang mengutuk nasib mereka sendiri.Selagi melangkah semakin dalam ke jantung Distrik Terlarang, An Ying merasakan perubahan dalam aliran qi di sekitarnya. Udara terasa lebih berat, seolah ribuan jiwa tertambat di antara dunia manusia dan alam baka.Ia mengaktifkan teknik "Mata Batin Sembilan Langit"—kemampuan khusus Sekte Bayangan Kegelapan yang memungkinkannya melihat energi-energi spiritual dan jejak qi yang tersisa.Bangunan-bangunan di sekitarnya tampak bagai mayat-mayat tua yang belum dikubur—kehilangan kehormatan namun masih berdiri. Beberapa sudah runtuh sebagian, tulang-tulang kayu
last updateHuling Na-update : 2025-04-08
Magbasa pa

Pavilyun Bulan Tersembunyi – Part II.

Suara mekanisme bergerak kembali terdengar, dan lantai batu bergeser, menampakkan tangga spiral yang sama. An Ying tersenyum puas, sedikit terkejut bahwa ia berhasil pada percobaan pertama."Zhi zhe bu yan, gao zhe bu zhuan," gumamnya, mengutip pepatah kuno yang berarti 'Orang bijak tak perlu banyak bicara, orang hebat tak perlu banyak berkomentar'.Dengan kewaspadaan tinggi, ia menuruni tangga spiral, satu tangan siap menarik *Pedang Pemburu Iblis* yang tersembunyi di punggungnya.Tangga itu jauh lebih panjang dari yang ia perkirakan, meliuk dan berkelok tajam, menukik semakin dalam ke bawah tanah. Dindingnya terbuat dari batu hitam yang diukir dengan simbol-simbol aneh yang berkilau kebiruan ketika ia lewati—mungkin semacam formasi pelindung atau pengawas.Tangga itu diterangi oleh lentera-lentera kecil berbentuk bulan sabit yang memancarkan cahaya biru pucat, tidak menggunakan minyak atau api, melainkan dengan kristal-kristal bercahaya yang hanya bisa ditemukan di dasar Danau Berka
last updateHuling Na-update : 2025-04-08
Magbasa pa

Kepergok.

Tubuh An Ying membeku di tempat persembunyiannya. Matanya tidak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Samar-samar, ia mendengar suara-suara mencurigakan dari ruangan itu—suara-suara yang tampaknya berasal dari pertemuan rahasia. Perlahan, An Ying mengintip ke dalam, dan apa yang dilihatnya membuat napasnya tercekat.Sosok berjubah putih dengan bordir awan emas yang duduk di tengah ruangan itu—sosok yang memimpin seluruh pertemuan rahasia ini—adalah orang yang rasanya sangat dia kenal."Pemimpin Ling Xiao?" bisiknya nyaris tidak bersuara.Tak mungkin salah.Wajah aristokratik dengan jenggot putih tipis itu adalah milik Ling Xiao, Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari wilayah Utara—salah satu sekte ortodoks yang paling dihormati di seluruh kekaisaran. Sosok yang selama ini dikenal sebagai simbol kemurnian dan kebenaran, kini terlihat duduk di tengah ruangan dengan aura kegelapan yang pekat.Napas An Ying tercekat. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benaknya. Bagaimana mungkin? Manusia s
last updateHuling Na-update : 2025-04-09
Magbasa pa

Kematian An Ying.

Dengan gerakan tiba-tiba, An Ying melemparkan lima jarum hitam ke arah kedua lawannya. Salah satu berhasil menghindar, namun yang lain terkena di leher dan langsung tumbang."Sialan!" umpat sosok yang tersisa, semakin marah."Kau akan mati perlahan, dengan cara yang sangat menyakitkan!"An Ying tahu dia tidak bisa bertahan lebih lama. Tangannya gemetar saat merogoh kantong penyimpanan, mencari benda yang diberikan Raja Kelelawar Hitam.“Jimat teleportasi... dimana...”Sosok bertopeng tengkorak melesat maju, cakar besinya siap mencabik. An Ying akhirnya menemukan jimat yang dicari. Dengan sisa tenaganya, dia mengaktifkan jimat itu sambil membisikkan lokasi pertemuan dengan Raja Kelelawar Hitam."Kau tidak akan lolos!" Sosok bertopeng itu berteriak marah, cakarnya hampir mencapai leher An Ying.Namun terlambat. Dalam kilatan cahaya hitam, tubuh An Ying menghilang, meninggalkan sosok bertopeng itu menerjang udara kosong.+++Di kuil tua yang hampir runtuh di tepi Hutan Kabut Ungu, Rong T
last updateHuling Na-update : 2025-04-09
Magbasa pa

Lentera Merah dan Pipa Giok.

Ribuan lentera merah berselimut qi api menyala sepanjang lorong Pavilyun Bunga Peony—rumah hiburan paling mewah di Distrik Kesenangan Kota Bian Cheng. Cahayanya berpendar lembut, menciptakan atmosfer kemuliaan duniawi yang kontras dengan kegelapan di luar.Malam sudah melewati jam zi, namun aktivitas di tempat ini justru mencapai puncaknya seperti naga yang baru terbangun.Suara tawa para bangsawan, alunan melodi guzheng, dan denting cawan arak berpadu dalam simfoni kemewahan yang khas.Yin Shan berdiri di tepi panggung utama yang dihiasi ukiran phoenix dan naga, kedua matanya tak lepas dari sosok gadis jelita yang jemarinya menari bagai kupu-kupu di atas pipa berwarna giok.Jubah hitamnya yang dihiasi bordir emas menandakan statusnya yang tinggi. Sebagai murid inti Sekte Tengkorak Api dan murid langsung Ketua Sekte Ku Lou Huang, ia terbiasa dipandang dengan penuh hormat dan rasa takut. Namun malam ini, ada kegelisahan yang mengalir di meridian tubuhnya.Keringat dingin membasahi tel
last updateHuling Na-update : 2025-04-10
Magbasa pa

Di Antara Bunga, Racun, dan Konspirasi.

Saat itu..."Wajah Nona lebih indah dari Dewi Xi Wang Mu, jemari Nona lebih lincah dari Putri Langit Ketujuh yang menari di atas awan," puji Yin Shan, matanya memandang penuh nafsu pada Yue Lin yang kini duduk di hadapannya di Pavilyun Awan Ungu yang dihiasi lukisan-lukisan langka dan tirai sutra lima warna.Yue Lin hanya tersenyum tipis, jemarinya yang ramping dengan terampil menuangkan Arak Embun Pagi ke cawan giok Yin Shan. Gerakan tangannya begitu anggun, seolah-olah ia sedang memainkan sebuah melodi tanpa suara."Gong-gong terlalu memuji. Rendahan hanyalah daun kering yang terbawa angin takdir, kebetulan bisa memainkan sedikit nada untuk menghibur," jawabnya dengan suara merdu namun terdengar hampa."Jangan merendah. Aku tahu siapa dirimu sebenarnya," ujar Yin Shan dengan nada menggoda, qi-nya berfluktuasi karena pengaruh arak.Yue Lin tersentak, meski ekspresinya terkendali dengan baik seperti air danau yang tenang. "Apa maksud Gong-gong?""Maksudku," Yin Shan meneguk araknya, "
last updateHuling Na-update : 2025-04-10
Magbasa pa

Segel Bulan Sabit dan Gunung Kembar.

"Misi seperti apa, Gong-gong? Pasti sesuatu yang membutuhkan keberanian dan keterampilan luar biasa," tanya Yue Lin, suaranya terdengar sungguh-sungguh tertarik seperti kupu-kupu mendekati bunga beracun."Menghabisi mata-mata Zhao Wei," jawab Yin Shan dengan bangga berlebihan yang membuat Rong Tian ingin tertawa. "Tangan ini yang mencabut nyawanya! Satu gerakan Jurus Telapak Penghancur Jiwa, dan rohnya langsung terkirim ke Neraka Kedelapan Belas!"Rong Tian mendengarkan dengan penuh perhatian, setiap kata terukir dalam ingatannya seperti pahatan di batu giok. “Zhao Wei—pria yang membawa peta harta karun Dinasti Xi Tian? Jadi dia begini ceritanya? Menarik...”"Gong-gong sungguh hebat dan tiada tanding," puji Yue Lin dengan nada kagum yang makin lama makin terdengar seperti racun bagi Rong Tian. "Tapi bukankah informasi seperti itu seharusnya dijaga kerahasiaannya seperti permata di mahkota raja?"Terdengar suara cawan keramik diletakkan keras ke meja kayu. "Tak ada yang perlu kutakutka
last updateHuling Na-update : 2025-04-10
Magbasa pa

Token Bulan Sabit.

Angin malam menyapu lembut wajah Yin Shan yang masih memerah.Aroma arak Osmanthus berumur seratus tahun yang baru dia teguk di Pavilyun Bunga Peony masih menguar dari tubuhnya, bercampur dengan wewangian bedak safron dan minyak bunga peach dari para selir penghibur yang baru saja menemaninya.Langkahnya sedikit sempoyongan saat ia melintasi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pinggiran Kota Bian Cheng, kota yang terkenal dengan perdagangan sutranya."Sialan, kenapa harus malam ini?" gumamnya sambil menyeka keringat di dahi dengan lengan jubah sutranya yang berwarna merah marun.Matanya yang setengah terpejam berusaha fokus pada sosok kecil berpakaian abu-abu yang bergerak cepat beberapa langkah di depannya, melompat ringan seperti burung walet di antara bayangan.Mata-mata itu—seorang pria kurus dengan bekas luka melintang di pipi kirinya—sesekali menoleh, memastikan Yin Shan masih mengikuti. Wajahnya tanpa ekspresi seperti topeng kayu, kontras dengan wajah Yin Shan yang masih men
last updateHuling Na-update : 2025-04-11
Magbasa pa
PREV
1
...
91011121314
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status