Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Wanita Yang Kau Pilih: Chapter 31 - Chapter 40

116 Chapters

31. Pasangan Romantis

"Mama sudah sehat, jadi kita boleh pulang sekarang." Luna memandang ibu mertuanya yang terlihat sangat bersemangat, tidak ada lagi wanita pucat yang dia temukan tiga hari yang lalu. Hari ini memang Laksa kembali membawa Luna untuk menjenguk mamanya di rumah sakit. "Mama yakin, bukankah dokter bilang....""Mama sudah nggak punya harapan lagi, makanya papamu ingin mama berobat ke luar negeri yang lebih canggih peralatannya." Laksa hanya menunduk, diagnosis itu tentu saja menghancurkannya, meski setelah dewasa dia tak terlalu dekat lagi dengan ibunya seperti dulu, karena sibuk bekerja, tapi bagaimanapun dia sangat menyayangi mamanya itu, baginya sang mama adalah ibu terbaik yang pernah dia temui. Mamanya adalah orang yang sangat perhatian padanya, dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengurusi sang ayah dan dirinya, berperan menjadi istri, ibu dan Nyonya besar Sanjaya dengan baik. Di mata Laksa sosok mamanya begitu berkilau. Tak heran kalau dia mau m
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

32. Ketakutan Luna

Luna duduk di depan toilet dengan menopangkan kedua tangan di dagunya. Hatinya bergitu penasaran dan takut secara bersamaan. Dia hanya mengikuti saran Viira, mengecek urinnya dengan testpeck. Sahabatnya itu bahkan dengan baik hatinya memberikan Luna tutorial bagaimana cara menggunakannya, meski Luna ragu Vira sendiri pernah memakainya.Sudah lebih dari tiga hari dia terlambat datang bulan, biasanya Luna akan cuek saja mengingat jadwalnya yang memang tidak teratur, tapi tidak untuk saat ini setelah apa yang terjadi padanya. Dengan tak sabar Luna memandang alat itu lekat. “Lun, sudah selesai belum aku mau buang air ini.” Terdengar suara Laksa yang mengetuk pintu kamar mandi dengan tak sabar. Luna langsung berdiri dan dengan panik dia membawa gelas yang berisi air seninya itu. “Bagaimana kalau Laksa tahu?” gumam Luna panik, dia menoleh ke kanan dan kekiri, mencari tempat yang bisa dia gunakan untuk menyembunyikan hasil karyanya ini. Suara ketukan di pintupu
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

33. Tamu Tak Diundang

Pak Erwin memasuki rumahnya dengan kening berkerut, bau pisang goreng menyeruak sampai ruang tamu rumahnya, senyum lebar langsung mengembang di bibirnya saat tahu siapa yang ada di rumah.“Kamu harus membuat banyak pisang goreng untuk dibagikan pada tetangga, satu RT bisa mencium harum baunya,” katanya saat melihat Luna yang sibuk dengan sutil dan penggorengan di depan kompor. “Ayah, kok aku nggak dengar ayah datang.” Luna langsung meletakkan peralatan perangnya dan mengecup punggung tangan sang ayah. “Ayah sudah mengucap salam tadi begitu mencium bau pisang goreng,” kata sang ayah. “Benarkah?” “Sejak kapan ayah suka berbohong pada putri ayah yang cantik ini.” Luna memberikan segelas air putih pada ayahnya yang langsung menghabiskannya begitu dia duduk di kursi. “Kamu kapan datang, Nak?”Luna yang kembali sibuk di depan kompor, menoleh pada sang ayah. “Pagi tadi, Yah, kebetulan aku tidak ada jadwal mengajar hari ini.” Sang ayah memang sudah
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

34. Pelangi di Hati

Seharusnya malam ini Luna bisa menuntaskan rasa rindunya pada kamar yang selama ini dia tempati dengan puas, kamar yang banyak memiliki kenangan untuk Luna. Kamar ini memang jauh lebih kecil dari kamar yang dia tempati di kamar Laksa, tapi tetap saja bagi Luna kamar ini adalah kamar paling nyaman yang pernah ada. Tapi keinginan temu kangen itu harus gagal karena Laksa menyusul kemari dan tentu saja mau tak mau mereka harus berbagi tempat di kamar yang sempit ini.“Ranjangku memang kecil, itu hanya cukup untukku saja.” Laksa terdiam terlihat sedang berpikir. Dia pasti akan langsung pulang karena tak biasa dengan tempat yang tidak nyaman. Batin Luna bersorak. Toh Luna tidak pernah mengajak Laksa untuk menginap di rumahnya, laki-laki itu sendiri yang tiba-tiba datang kemari dan memaksa menginap. “Aku tidak masalah tidur di bawah.”“Eh?”“Lantainya sangat dingin kalau malam hari.” “Bukan masalah aku biasa pake pendingin ruangan saat tidur.
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

35. Sepasang Merpati

Pagi ini Luna sudah menyiapkan sarapan di atas meja makan, rutinitas yang selalu dia lakukan sebelum menikah dengan Laksa dulu, dan Luna sangat menyukainya, berasal dari keluarga sederhana dan sudah tak memiliki sosok ibu memaksanya harus mandiri di usianya yang masih tergolong muda. Tapi pagi ini sedikit berbeda, dia juga harus menyiapkan sarapan untuk suaminya dengan masakan hasil buatan tangannya, meski bukan hal yang mudah untuk Luna, kehamilan yang baru saja dia ketahui secara pasti kemarin membuat satu persatu gejala kehamilan bermunculan.“Jadi ada yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Laksa saat mereka telah menyelesaikan sarapan pagi bersama, sang ayah juga sudah berangkat ke sekolah, meninggalkan Luna dan Laksa hanya berdua saja di rumah ini. “Apa?” tanya Luna tak mengerti. Laksa menghela napas dalam, Luna memang sangat memperhatikan kebutuhan fisiknya selama mereka menikah, wanita itu menyiapkan semua kebutuhannya dari bangun tidur sampai tidur kemba
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

36. Kok Enak?

Laksa sengaja mengambil cuti hari ini untuk mengantar Luna pergi ke dokter kandungan. Hal itu Luna ketahui setelah mereka sarapan pagi, sebenarnya Luna akan lebih senang kalau diantar oleh ayahnya atau dia pergi sendiripun bukan masalah yang besar. Bukan tidak senang jika sang suami yang menemaninya, istri mana yang tidak mau ditemani suaminya saat periksa ke dokter kandungan, Luna hanya ingin menjaga hatinya saja, dia tak ingin semakin berharap pada Laksa. Apalagi setalah tahu kalau Luna sedang hamil, Laksa malah bersikap sangat baik padanya, dan itu membuat Luna takut. Sangat takut. Hatinya benar-benar rapuh. “Apa tidak sebaiknya Kak Laksa kerja saja, aku bisa berangkat sendiri,” kata Luna. “Aku tidak punya jadwal penting pagi ini, jadi mengantarmu sebentar bukan masalah.” “Tapi kak-“ “Kenapa kamu terlihat keberatan aku antar ke dokter, apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” kata Laksa dengan pandangan curiga. Luna tentu saja gelagapan dia t
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

37. Anak Ilang

Laksa sesekali melirik kepada Luna yang masih diam membisu setalah kecupan yang dia berikan tadi, dalam hati laki-laki itu merasa geli sendiri, entah setan mana yang merasukinya sampai membuatnya berbuat begitu. Luna terlihat lebih diam dari biasanya dan juga menjaga jarak. “Kita sudah sampai, apa kamu sudah selesai mencatat semuanya?’ tanya Laksa pada Luna yang masih diam membisu. “Luna,” panggilnya lagi karena Luna ada diam saja. “Eh, apa, kak?” “Kamu kenapa diam saja, aku tanya.” Luna memandang Laksa dengan melotot. “Masak tadi ada yang kecup bbir aku sembarangan, nggak ada permisi lagi.” “Wah siapa? Biar aku gampar orangnya berani sekali dia berbuat begitu pada istriku.” Luna semakin kesal dengan jawaban Laksa. “Tau ah kenapa kak Laksa jadi menyebalkan begini.” Laksa menggaruk rambutnya salah tingkah. “Siapa suruh kamu ngomong terus.” “Dasar modus.” “Mending modus sama istri sendiri dari pada istri orang.” Suasana langs
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

38. Terjebak

Tidak ada yang bicara dalam perjalanan mereka ke hotel kali ini, Luna terlihat sekali tak nyaman. Ditatapnya Laksa yang mengemudikan mobilnya dalam diam.Apa Laksa sengaja mengajaknya ke hotel tempatnya bekerja dulu? Bukankah dia tahu kalau mereka memusuhi Luna? Masih teringat jelas hinaan mereka, predikat wanita murahan, perebut kekasih orang, sampai wanita gila harta pernah disematkan padanya saat itu, yang makin membuat Luna sakit hati teman-teman dekatnya, yang biasa makan dan bercanda bersama dengannya juga ikut menghujatnya, seolah Luna memang bangkai busuk yang pantas dibuang. Luna marah dan kecewa, tapi tak bisa berbuat apa-apa, dia tak punya bukti untuk menyangkal dan sekarang dia harus bersiap sekali lagi untuk menghadapi hal itu.Lagi-lagi dia melirik Laksa, meski beberapa hari ini sikap Laksa sangat baik padanya, tapi tetap saja mereka hanya orang asing yang terpaksa terikat perkawinan hanya untuk sebuah alasan."Apa tidak sebaiknya aku pulang
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

39. Perhatian

“Kamu dari mana?” tanya Laksa menatap Luna penuh selidik. “Ehm...kamar mandi, Kak.” Laksa semakin memandang Luna heran. “Kenapa dari luar di sini juga ada kamar mandi?” Dia memang tadi meninggalkan Luna sebentar untuk menemui seseorang, dan berjanji akan kembali secepatnya, tapi saat kembali dia bahkan tak mendapati Luna ada di ruangan ini membuatnya cemas, apalagi dia tahu kalau sebagian besar karyawan di sini memusuhi Luna.Luna datang bersamanya dan saat ini juga statusnya sebagai istrinya, sudah pasti sedapat mungkin Laksa melindungi Luna. Laksa berdiri dan memperhatikan Luna lebih dekat lagi, Lalu menyentuh bagian pundak Luna yang basah. “Kamu mandi?”“Eh, enggak, Kak, ini tadi tidak sengaja terciprat air.” Laksa menatap Luna curiga, tapi memutuskan untuk membiarkan semuanya, apalagi dilihatnya beberapa karyawan mengawasi mereka. Dulu dia memang memilih kaca tembus pandang supaya lebih memudahkan koordinasi, tapi sekarang tampaknya di
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

40. Tak Biasa

Luna ikut meringis saat Laksa akan menyuapkan soto ke dalam mulutnya, bukan karena Laksa membenci soto, tapi ini pertama kalinya laki-laki itu makan di warung kaki lima seperti ini. Terlahir dengan suapan sendok emas, membuat Laksa tak pernah merasakan kehidupan masyarakat kecil yang sering makan dengan berteman debu dan asap kendaraan. “Kak Laksa kalau nggak yakin, mending jangan, nanti sakit perut,” kata Luna dengan suara tertahan karena tak enak kalau ada yang medengar. “Kamu bilang sering makan di sini, dan baik-baik saja.” “Aku sudah biasa makan di sini.” “Memang harus terbiasa dulu kalau mau makan di sini?’ Luna meletakakn sendoknya. “Bukan, kak Laksa tidak pernah makan ditempat seperti ini, aku hanya takut kakak sakit.” “Tubuhku punya daya tahan tubuh yang baik, jangan khawatir, lagi pula mulai sekarang aku akan sering jajan di kaki lima.” “Kenapa? Apa kakak tidak punya uang lagi?” Laksa memandang Luna gemas. “Kalau aku tidak
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
123456
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status