Share

39. Perhatian

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-02-19 10:53:40

“Kamu dari mana?” tanya Laksa menatap Luna penuh selidik.

“Ehm...kamar mandi, Kak.”

Laksa semakin memandang Luna heran. “Kenapa dari luar di sini juga ada kamar mandi?”

Dia memang tadi meninggalkan Luna sebentar untuk menemui seseorang, dan berjanji akan kembali secepatnya, tapi saat kembali dia bahkan tak mendapati Luna ada di ruangan ini membuatnya cemas, apalagi dia tahu kalau sebagian besar karyawan di sini memusuhi Luna.

Luna datang bersamanya dan saat ini juga statusnya sebagai istrinya, sudah pasti sedapat mungkin Laksa melindungi Luna.

Laksa berdiri dan memperhatikan Luna lebih dekat lagi, Lalu menyentuh bagian pundak Luna yang basah.

“Kamu mandi?”

“Eh, enggak, Kak, ini tadi tidak sengaja terciprat air.”

Laksa menatap Luna curiga, tapi memutuskan untuk membiarkan semuanya, apalagi dilihatnya beberapa karyawan mengawasi mereka.

Dulu dia memang memilih kaca tembus pandang supaya lebih memudahkan koordinasi, tapi sekarang tampaknya di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Wanita Yang Kau Pilih   40. Tak Biasa

    Luna ikut meringis saat Laksa akan menyuapkan soto ke dalam mulutnya, bukan karena Laksa membenci soto, tapi ini pertama kalinya laki-laki itu makan di warung kaki lima seperti ini. Terlahir dengan suapan sendok emas, membuat Laksa tak pernah merasakan kehidupan masyarakat kecil yang sering makan dengan berteman debu dan asap kendaraan. “Kak Laksa kalau nggak yakin, mending jangan, nanti sakit perut,” kata Luna dengan suara tertahan karena tak enak kalau ada yang medengar. “Kamu bilang sering makan di sini, dan baik-baik saja.” “Aku sudah biasa makan di sini.” “Memang harus terbiasa dulu kalau mau makan di sini?’ Luna meletakakn sendoknya. “Bukan, kak Laksa tidak pernah makan ditempat seperti ini, aku hanya takut kakak sakit.” “Tubuhku punya daya tahan tubuh yang baik, jangan khawatir, lagi pula mulai sekarang aku akan sering jajan di kaki lima.” “Kenapa? Apa kakak tidak punya uang lagi?” Laksa memandang Luna gemas. “Kalau aku tidak

    Last Updated : 2025-02-19
  • Wanita Yang Kau Pilih   41. Akibat Tindakan

    Ini keempat kalinya Laksa sudah ke kamar mandi. Luna melongok jam dinding yang sudah menunjukakan angka sepuluh malam, dia menghela napas pelan, tangannya saling meremas gugup. Sejak kapan aku jadi sepengecut ini, batin Luna mengejek dirinya sendiri.Tapi kali ini dia sangat merasa bersalah pada Laksa, meski bukan sepenuhnya salah Luna karena laki-laki itu bahkan tak mau mendengarkan omongannya. Setelah makan soto yang sangat pedas tadi siang, malam ini Laksa makan dua piring nasi dengan lauk gudeg buatan neneknya dan jangan lupakan sambal yang lagi-lagi menemani makannya, padahal Laksa sendiri yang bilang dia tak terlalu kuat makan makanan pedas, tapi laki-laki itu tetap saja nekad. “Kak! Kak Laksa baik-baik saja?” tanya Luna memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar mandi tempat Laksa bertapa selama hampir setengah jam. Terdengar bunyi pintu yang terbuka pelan. Dan Laksa muncul dari sana dengan wajah sepucat mayat dan... lemas. “Kakak baik-baik

    Last Updated : 2025-02-19
  • Wanita Yang Kau Pilih   42. Cobaan Hati

    Dia harus berjuang keras untuk mencapai lemari pakaian Laksa dan mengambilkan baju ganti untuk laki-laki itu, kakinya sudah seperti Jeli yang sulit untuk digerakkan. “Aku... mau buatkan bubur untuk Kak Laksa,” kata Luna dengan terbata, setelah memberikan baju pada Laksa. “Lho dalamannya mana, Lun?” tanya Laksa dengan tampang kalem. Tuhan kenapa cobaan darimu berat sekali. “Kak Laksa bisa pilih sendiri, di laci,” “Kenapa kamu tidak mengambilkan sekalian.” “Ih Kak Laksa ya karena aku nggak mau,” kata Luna kesal setengah mati, mukanya sudah seperti kepiting rebus. “Wah apa kamu malu melihat pakaian dalamku, bukankah kamu sudah lihat isinya juga,” kata Laksa jahil yang dijawab Luna dengan bantingan pintu kamarnya. Sungguh Luna tak biasa dengan guyonan ala laki-laki dewasa seperti itu, dadanya berdegup sangat kencang. “Laksa sia- ups... tak boleh mengumpat aku tidak boleh mengajari anakku mengumpat, apalagi mengumpati ayahnya,” gumam Luna yan

    Last Updated : 2025-02-20
  • Wanita Yang Kau Pilih   43. Rumah yang Tepat

    Mengingat insiden tadi pagi Luna rasanya tak punya muka bahkan untuk melihat bayangan Laksa. Dia yakin otaknya memang sudah konslet karena hanya memikirkan kejadian tadi pagi saja, sialnya bahkan dia bisa melihat dengan jelas penampakan Laksa tanpa sehelai kainpun –meski ini bukan yang pertama– tapi tetap saja dalam konteks yang berbeda. Pikirannya terus saja menyalahkan laki-laki itu, kenapa tak mengunci pintu? Mengapa tidak ganti baju di kamar mandi saja?Setelah menganalisa dan menimbang beberapa lama di depan pintu kamar Laksa, Luna akhirnya memutuskan untuk mengetuk lagi kamar laki-laki itu, jujur saja dia khawatir dengan Laksa kalau dia masih sakit perut. “Kak! Aku masuk ya?” Luna menunggu beberapa saat sampai terdengar sahutan dari dalam. Luna segera membuka pintu begitu terdengar suara Laksa. Dilihatnya laki-laki itu malah berbaring lagi di atas tempat tidur dengan muka pucat. Seketika rasa khawatir mengalahkan rasa malu dalam hati Luna. “Kakak

    Last Updated : 2025-02-20
  • Wanita Yang Kau Pilih   44. Luna atau Raya

    “Kamu terlihat nyaman bersamanya, apa itu juga alasan kamu mau menikahinya?” Laksa yang sedang mengamati Luna yang sedang bercanda bersama kakeknya, segera membalikkan badan. Sang ayah menatapnya dengan tenang. Laksa memang sudah terbiasa dengan ayahnya yang cenderung dingin dan kaku, laksa bahkan tak bisa mengingat kapan dia ngobrol santai dengan sang aya. Dia lalu berjalan mendekati sang ayah dan duduk di sampingnya. Sejenak Laksa terdiam matanya tidak lepas memandang Luna yang entah apa yang dia bicarakan dengan sang kakek, karena hanya raut kebahagian yang terlihat, tawanya yang renyah membuat Laksa tak sadar ikut tersenyum juga. “Bukankah papa tahu kalau mama yang minta aku menikahinya.” Sang ayah menggeleng tak percaya. “Apa kamu yakin itu alasannya? Aku tahu kamu memang menyayangi mamamu, tapi kamu bukan anak yang patuh, sampai mau melaksanakan apapun yang diperintahkan mamamu, apalagi ini menyangkut masa depanmu.” Laksa tersenyum sambil matany

    Last Updated : 2025-02-20
  • Wanita Yang Kau Pilih   45. My Love

    Laksa sedang menyedekapkan kedua tangannya di dada, mengamati Luna yang sedang mengambilkannya baju ganti. Setelah pembicaraan dengan sang ayah yang membuatnya kagum pada wanita yang berstatus istrinya ini, bagaiamana tidak, dalam waktu singkat Luna berhasil mengambil hati semua keluarganya, padahal dia tahu wanita itu tidak melakukan apapun. Tidak ada hadiah mahal yang seperti Raya berikan pada keluarganya ataupun keuntungan bisnis yang akan keluarganya dapatkan darinya, Luna memang tak punya itu. Luna hanya punya sikap polos dan tulus. Ya tulus, karena sepengetahuan Laksa wanita itu memperlakukan keluarganya seperti keluarga kandung sendiri, dia tak segan untuk membuatkan masakan hasil karyanya yang tentu saja jauh di bawah standart koki profesional di rumahnya, atau menemani obrolan konyol kakeknya yang kadang membuat Laksa sendiri sakit kepala, dan jangan lupakan ayahnya yang seperti patung, bisa menampilkan senyum emasnya jika bicara dengan Luna. Tapi pada

    Last Updated : 2025-02-21
  • Wanita Yang Kau Pilih   46. Ungkapan Rasa

    Luna rasanya ingin mengubur dirinya sendiri. Malu. Bahkan Luna juga mengabaikan keripik yang tadi menjadi rebutan dengan Laksa, membuat suaminya itu hanya bisa melongo memandang Luna. “Ah, kenapa aku harus cemburu segala memangnya aku punya hak apa.” Luna menutup kepalanya dengan bantal. Dia menghentak-hentakkan tubuhnya kesal. Laksa pasti tahu tentang perasaannya sekarang. Dan pasti laki-laki itu akan marah padanya, mereka memang memiliki perjanjian tak akan menghadirkan cinta dalam pernikahan ini, meski bagi Luna sangat sulit, karena nyatanya dia sudah menyukai Laksa jauh sebelum kejadian yang menimpa mereka. Apalagi sekarang Laksa yang selalu bersikap sangat manis padanya, membuat Luna tak mampu membendung luapan perasaannya yang membuncah. “Lun, kamu baik-baik saja, kenapa tiba-tiba ke kamar?” Luna menghentikan gerakan konyolnya dan duduk tegak begitu mendengar suara Laksa. “Aku baik-baik saja,

    Last Updated : 2025-02-21
  • Wanita Yang Kau Pilih   47. Tersangka Baru

    Sudah sebulan lamanya sejak pernyataan Luna yang membuat Laksa tak enak hati. Malam itu mereka sepakat untuk saling menjaga jarak demi mengamankan hati masing-masing, meski Laksa sedikit keberatan dengan hal itu, tapi dia tak bisa berbuat banyak, dia tak mampu memberikan apa yang Luna inginkan, tepatnya hatinya masih ragu, ada Raya di luar sana yang masih berstatus kekasihnya, meski akhir-akhir ini mereka jarang sekali saling menyapa. “Mukamu terlihat sangat kusut, apa begitu berat pernikahanmu dengan wanita itu?” Dirga, memandang sepupunya dengan prihatin, dia tahu apa yang terjadi pada Laksa dan malam itu juga dia ada di sana, tapi sayang dia tak dapat menyelamatkan Laksa dari kejadian buruk itu. “Dia menjauh dariku,” kata Laksa lirih. “Siapa?” “Luna, siapa lagi, bukankah kamu tadi bertanya tentangnya,” jawab Laksa kesal. Dirga mengangguk, sudah biasa dengan sifat ketus Laksa yang kadang-kadang muncul. “Oh, aku sudah menyelidikinya lebih ja

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   116. Wanita Sepertimu

    Luna meremas rok yang dipakainya saat ini, setelah makan siang yang sangat terlambat yang mereka lakukan Luna kira Laksa akan langsung kembali ke kantornya tapi ternyata dia salah, suaminya itu malah duduk berselonjor di atas karpet tebal di depan televisi besar yang ada di ruangan itu. Luna membulatkan tekad, menekan gengsi dan rasa malunya yang setinggi gunung itu, dia sadar jika ingin hubungan mereka berhasil bukan hanya Laksa yang harus berjuang, dia juga tak boleh pasif dan hanya bisa menerima saja, dan salah satu cara untuk semakin meningkatkan hubungan mereka yang diajarkan guru besarnya -VIRA- adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan Laksa, hal kecil yang sejak dulu adalah penyakit Luna yang sangat sulit dicari obatnya. Luna berjalan pelan mendekati Laksa, dengan sedikit canggung dia duduk tepat di samping Laksa, tapi laki-laki itu rupanya cepat tanggap tangan kirinya yang sedang tidak memegang remot televisi merengkuh tubuh Luna hingga tak ada jarak

  • Wanita Yang Kau Pilih   115. Rencana Jahat

    Luna kembali berguling-guling di atas ranjang hotel yang empuk itu, ternyata menjadi tidak hanya saat bekerja dia bisa kelelahan, menjadi pengangguran seperti sekarang ini juga membuatnya lelah. Yah, meski Laksa memberikannya fasilitas mewah di hotel ini, tetap saja Luna yang biasa bekerja dan bergerak ke sana kemari sangat bosan kalau harus tiduran saja. Dia sedang tidak ingin menonton drama yang biasanya sangat dia sukai itu, pun demikian ebook yang sering dia baca juga terlihat tak menarik lagi. Intinya Luna sangat bosan, dia ingin berbicara dengan seseorang, oh... Ini memang bukan kebiasaannya, biasanya Luna bahkan begitu betah mendekam di dalam kamar semdirian.Dilihatnya jarum jam berdetak dengan sangat lambat menurut Luna dan berat. Kapan Laksa akan kembali?Luna menghela napas berat. Kalau tahu dia dianggurin seperti ini, lebih baik tadi dia pulang ke rumah keluarga Sanjaya saja, setidaknya di sana ada mama mertuanya atau para asisten rumah tangga yang meski tidak terlalu r

  • Wanita Yang Kau Pilih   114. Dia yang Tak Merindu

    Seperti memahami suasana hati Laksa yang segelap malam, Luna memutuskan diam saja di kursinya, kalau bisa ingin sekali berkamuflase agar sama dengan kursi mobil Laksa. Suasana hati suaminya ini benar-benar sedang tidak baik. Setelah mereka mengantarkan nenek ke stasiun tadi, Laksa memang akan langsung mengantar Luna ke rumah keluarganya, tapi siapa sangka tepat saat mereka akan keluar dari stasiun, mereka bertemu dengan ibu kandung Laksa bersama seorang laki-laki yang mungkin usianya hanya beberapa tahun lebih tua dari suaminya itu, mereka terlihat mesra bergandengan berdua. Luna sampai meringis karena Laksa mencengkeram tangannya terlalu kuat. Tapi tanpa Luna duga Laksa memutuskan untuk mengikuti mereka. Laki-laki yang bersama ibu Laksa itu langsung naik begitu kereta yang akan menuju ke Jakarta datang, meninggalkan sang ibu yang tersenyum lebar setelah memeluknya sebentar. Pemandangan yang jamak memang, tapi tidak untuk Laksa, meski mereka tak tahu apa hubungan keduanya tapi dari

  • Wanita Yang Kau Pilih   112. Jujur lebih Baik

    Luna masih sibuk dengan ponsel di tangannya saat Laksa masuk kamar dan mengerutkan kening tak suka. Dengan pelan dia mendekati Luna dan mengintip apa yang sedang dilakukan sang istri sampai mengabaikan mahluk setampan dirinya begitu saja. “Kukira ngapain ternyata ngasih makan zombie.” Luna yang sedang sangat sibuk memberi makan zombienya langsung mendongak mendengar Laksa sudah ada didekatnya. Sejak kapan? “Aku kira kakak akan menemani ayah sampai malam,” kata Luna sambil meletakkan ponsel di sampingnya dan melupan kalau masih ada zombie kelaparan di sana. Laksa mengangguk. “Hanya ngobrol ringan, kami sudah selesai ngobrol serius tadi sore.” Mereka memang baru saja makan malam dengan makanan buatan nenek yang lezat itu, tapi nenek memutuskan tidur lebih awal, karena badannya terasa pegal setelah menempuh perjalanan jauh dan dia juga memerintahkan Luna untuk cepat masuk kamar dan tidur juga. Meninggalkan Pak Edwin dan Laksa yang atas perintah nenek, harus membersihkan mej

  • Wanita Yang Kau Pilih   113. Bimbang

    Malam sudah sangat larut saat Laksa memasuki pelataran rumah mertuanya, dia menengok pada arloji yang melingkar di tangannya, sudah hampir pukul sebelas malam memang, pantas saja semua rumah di kiri kanan sudha tertutup rapat. Untunglah Laksa sempat meminta kunci cadangan pada Luna, khawatir dia pulang cukup larut dan harus membangunkan orang rumah. Saat pintu terbuka dia masih bisa mendegar suara televisi yang dinyalakan di ruang tengah. Ternyata ayah mertuanya belum tidur, dalam hati Laksa sedikit mengeluh, tubuh dan pikirannya terasa lelah, dan dia ingin sekali langsung istirahat, tapi dia tak mungkin melewati ayah mertuanya begitu saja tanpa berbasa-basi sebentar minimal menanyakan apa yang dia tonton. Laksa tidak bisa bersikap seperti saat berada di rumahnya ayah mertuanya bukan papanya yang terlihat tidak peduli padanya. “Malam, Yah, belum tidur,” sapa Laksa berbasa basi. “Belum, ayah masih nonton bola.” Mau tak mau Laksa duduk sebentar menanyakan skor pero

  • Wanita Yang Kau Pilih   111. Cinta dan Luka

    Kalau mau tahu rasanya jatuh cinta sama cowok dan sudah dari laaama... tapi si cowok nggak notice juga yang berujung pada putus asa, Luna sangat tahu jawabannya. Sakitnya nylekit banget lebih sakit dari pada saat Luna digigit kalajengking waktu kecil. Dulu waktu Laksa bersikap sangat baik padanya –dan itu terjadi mungkin karena tidak sengaja– Luna sudah menggelepar kegeeran tidak karuan, dia selalu ingin melihat Laksa setiap saat., meskipun secara sembunyi-sembunyi dari tempat yang agak jauh dan yang pasti tidak ada yang curiga kalau dia sedang memperhatikan :Laksa. Saat Laksa jadian dengan teman seangkatannyanyapun yang terkenal sebagai primadona kampus, Luna tak langsung patah hati, dia selalu percaya kalau suatu saat dialah yang akan jadi jodoh Laksa, kepercayaan konyol memang yang langsung terkikis begitu dia bertemu Laksa pertama kali di tempat kerja dan tampak sangat tidak mengenali Luna, yang selama ini diam-diam memendam asa untuknya. Bego memang, Luna tahu it

  • Wanita Yang Kau Pilih   110. Usaha Dong

    Laksa bukan orang yang suka menunda masalah memang, baginya lebih cepat masalah bisa diselesaikan lebih cepat pula hasilnya akan kelihatan, begitulah yang dia lakukan selama ini. Akan tertapi serang bukan waktunya untuk memikirkan tentang hal lain, Luna masih sangat perlu perhatian darinya, apalagi hubungan mereka yang barusan membaik membuat Laksa berharap banyak. “Ada apa, Kak? Siapa yang menelepon?” tanya Luna yang melihat Laksa tiba-tiba terdiam di tempat duduknya. Laksa memandang Luna sejenak, menimbang apa akan mengatakan semuanya atau tidak, sejujurnya dia tak ingin membebani pikiran Luna dengan perkara itu, tapidia sudah banyak belajar dari kesalahan sebelumnya. Sekarang dia bukan lagi laki-laki lajang yang bisa memutuskan apapun sekehendak hatinya, ada Luna di sisinya yang akanberbagi suka dan duka dengannya. “Aku harap kamu tidak berpikir yang berlebihan.” Dirga menghela napasnya sebentar dan memandang Luna dalam. “Beberapa hari yang lalu aku min

  • Wanita Yang Kau Pilih   109. Bahagia dalam Gelap

    “Dua menit sepuluh detik.” Dirga mematikan stopwatch dari ponselnya dengan gembira. “Kamu menghitung apa?” tanya Laksa penasaran. Saat ini mereka sedang duduk di taman rumah sakit, saat Laksa dan Luna terlibat percakapan tadi, tiba-tiba sang mama datang bersama Dirga, membawakan makanan kesukaan Laksa dan Luna. Sungguh perhatian yang membuat dada Laksa menghangat, meski rasa malu dan gengsi masih membatasinya untuk kembali masuk dalam pelukan mamanya. Dirga menoleh pada Laksa, terlihat sangat gembira, membuat Laksa mengerutkan keningnya bingung. “Rekor sebelumnya ternyata sudah terpecahkan.” “Rekor apa? sebenarnya apa yang sedang kamu bicarakan?” Dirga mengarahkan telunjuknya pada Luna dan mama mertuanya yang sedang asyik bersenda gurau. “Bagiamana menurutmu pemandangan di sana, maksudku saat dua orang itu tertawa lepas?” Laksa tersenyum, “sangat indah, aku suka melihatnya.” “Keduanya atau salah satu?” “Keduanya tentu saja, a

  • Wanita Yang Kau Pilih   108. Ada Kamu di Dompetku

    Hal yang paling dibenci Luna adalah mencurahkan isi hati pada seseorang, selain ayah dan Bundanya juga Vira, belum pernah sekalipun Luna bicara panjang lebar menyangkut tetang perasaan di hatinya. Sekarang dia tentu saja sangat kesulitan untuk mengungkapkan semua isi hatinya pada Laksa, meski sudah tak terhitung jumlahnya mereka berbagi keringat bersama. Bahkan beberapa kali Vira sudah mendorongnya untuk berbicara pada Laksa secara terus terang, Luna sangat kesulitan mengatakan maksud hatinya. “Bagaimana jika aku tak ada di sini?” Laksa menatap Luna dengan kening berkerrut. “Apa maksudmu?” Luna menghela napas, kali ini dia ingi menguatkan tekad, mengatakan apa yang menjadi kehendak hatinya. Vira benar ini hidupnya dan jika dia ingin bahagia, maka dia harus tegas untuk menyikapi semua. “Hubungan kita hanya sebuah kecelakaan yang direncanakan seseorang, dasarnya sama sekali tak kuat, banyak faktor yang menyebabkan kita sangat berbeda, dan aku rasa kak Lak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status