All Chapters of IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!: Chapter 21 - Chapter 30

71 Chapters

21. Risma Mencari Doni

Reaksi Riana begitu tercengang saat mendengar ide buruk dari Nina. Tenggorokannya terasa tercekat. Namun, dengan cepat wanita itu memberi alasan."Ah, itu gampang, Jeng Nina. Nanti kita adakan acara beginian bareng sama pesta pernikahan Sandra. Jadinya kan kita lebih leluasa. Hehehe ..." Riana mencoba mengelabui para wanita di sana."Iya, bener kata Jeng Riana. Nanti kita bisa bikin acara lebih ramai di pesta itu kan ya?" sahut Maya."Hmm, ya oke lah. Kalau begitu, pertemuan ini ditraktir dulu sama kamu kan, Jeng?" Nina kembali membuat masalah.Riana yang tidak ingin kehilangan muka pun terpaksa mengangguk, "Ohh, gak masalah kalau ini. Ya udah biar semua aku yang bayar.""Eh, jangan, Jeng. Biar saya bara sendiri saja," ucap Sari."Nggak papa, Jeng Sari. Ini palingan juga gak seberapa habisnya," kekeh Riana terombang-ambing dalam kegalauan."Wah, kalau begitu makasih lho, Jeng, sudah dibayarin semua."Mau tak mau
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

22. Sedekat Apa Kalian?

Tatapan Risma langsung berubah senang, dalam hatinya bersorak riang. Ia bergegas menyusul langkah sosok pria yang hampir masuk ke outlet ponsel di salah satu toko dalam mall tersebut. "Maaf, Mas Doni," sapa Risma yang kini sudah ada di belakang pria itu. Mendengar namanya disebut, Doni sontak berbalik badan sambil mengerutkan kening, "Ya, kamu siapa?" "Ehm, ... Kenalin aku Risma. Mas Doni masih ingat aku?" Lagi, Doni mengerutkan dahi. Ia semakin tidak tau arah pembicaraan wanita di hadapannya sekarang. Tentu saja Doni tidak akan mengingat banyaknya orang yang ia temui dalam otaknya. Tentunya hanya orang-orang spesial dan berkesan yang akan terpatri di dalam pikirannya. "Ada yang bisa aku bantu?" "Begini, Mas. Mas kenal dengan Ashley kan?" Doni memiringkan wajah, "Ashley yang mana? Nama Ashley kan banyak." "Itu loh, waktu ada kejadian kereta bayi. Mas ka
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

23. Amarah Sandra

Setelah selesai dengan pekerjaan di Mall, kini Doni sudah ada di halaman depan rumahnya. Baru saja menstandarkan motor lalu melepas helm, suara teriakan Sandra begitu memekakkan telinganya hingga terdengar keluar rumah.Pria itu melangkah masuk ke dalam rumah melihat Sandra yang sedang murka pada sang ibu."Mama kan cuma pakai sedikit, San. Cuma 10 juta doang kok," kata Riana tanpa rasa bersalah.Mendengar ucapan sang ibu yang tidak masuk akal, membuat Sandra terkejut hingga kedua mata membelalak. Ia berdiri berkacak pinggang dihadapan sang ibu yang duduk di sofa tamu."Apa, Ma? 10 juta doang? Jadi Mama habiskan 10 juta buat ntraktir ibu-ibu sosialita?!" pekiknya semakin murka."Ya iya Sand, lagian mereka semua pada pamerin perhiasan, tas, dan liburan ke luar negeri. Jadi ya mama traktir aja mereka semua biar diem. Biar gak ngremehin mama." Riana tertunduk dengan meremas jari-jarinya."Ma, 10 juta itu bukan uang sedikit buat
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

24. Jadwal Imunisasi

Di rumah mewah milik Hans. Setiap hari, Ashley semakin terikat dengan bayi itu, merawatnya dengan penuh kasih sayang. Sejak tadi, Ashley tampak sibuk karena hari ini adalah jadwal imunisasi Baby Neul. Ia kini bersiap untuk pergi ke rumah sakit dengan sang bayi yang sudah terlihat tampan dengan wajah menggemaskan. "Neul sudah siap ya pergi sama Ibu. Kita jalan-jalan ya, Sayang." Ashley mengajak berbicara sang bayi. Tiba-tiba, ... pintu kamar terbuka. "Apa semua sudah siap, Ash?" tanya kepala pelayan membuka pintu kamar bayi. "Mobilnya sudah menunggu." "Ah, ya, Bu Winda, sebentar lagi kami turun," seru Ashley tanpa menoleh. Setelah menyampaikannya, Winda kemudian menutup pintu kamar dan turun ke bawah. Kepala pelayan tersebut lebih mengurus pekerjaan dapur. Risma juga sudah menyiapkan beberapa keperluan Baby Neul dalam tas kecil bayi. Seperti buku kesehatan anak, pampers dan satu setel baju untuk mengatasi ketika sang anak muntah atau kotor. "Ash, aku tunggu di bawah ya?
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

25. Kehangatan Sore

Mendengar candaan Bram membuat Hans mendelik kesal. Pernyataan Bram memanglah tidak salah, tapi Hans tidak suka mendengarnya.Entah, mengapa Hans merasa tidak suka saat Bram menatap Ashley secara detail. "Diam! Jangan coba-coba mendekatinya Bram, atau kucongkel kedua matamu!" desisnya.Bram yang mendengar ancaman Hans bukannya takut, tapi justru tersenyum simpul. Reaksi yang diberikan sahabatnya itu sungguh di luar kebiasaannya."Kenapa? Memang dia lebih cantik kan?" Bram mengatakan penuh penekanan, kemudian memicing heran, "Atau jangan-jangan ..."Hans melirik sebal, kemudian membuang pandangan. "Sudah, kami jalan dulu!"Pria itu langsung menarik tangan Ashley meninggalkan Bram yang masih terpaku.Ashley pun mengerutkan kening, merasa aneh dengan tingkah sang majikan yang seperti anak kecil tidak mendapatkan mainannya. Bram melihat keduanya pergi hingga menghilang tepat di tikungan. Sang dokter tersenyum geli mel
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

26. Kehilangan Jejak

Sudah lumayan lama waktu Hans dan Ashley berbincang di taman bermain bersama Haneul karena matahari pun juga semakin kembali ke peraduan. Keduanya bangkit dan berjalan menuju mobil yang tak jauh dari mereka duduk. Namun, sosok wanita yang berada di seberang sana berusaha mengejar langkah Ashley dan Hans yang mulai masuk ke dalam mobil. "Eit, benar itu Ashley!" Riana senang bukan main seolah mendapat jackpot. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah, "tapi sama siapa ya, kok gendong anak dan sama laki-laki?" Rasa ingin tau Riana semakin besar dan ingin menghampiri mereka. Namun sayang, langkah kaki Riana harus terhenti karena lampu penyebrangan untuk pejalan masih berwarna merah. "Waduh, sialan banget sih lampunya pake merah segala!" umpat Riana saat berdiri ditepi trotoar dengan wajah frustasi. Dia melirik ke arah Ashley, mengingat pemandangan tadi. Sang mantan menantunya terlihat berjalan bersama seorang pria, sambil menggendong bayi. Sejenak, Riana merasa hatinya dipenuhi r
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

27. Ashley Mengundurkan Diri

Tiba di rumah, Ashley kini tampak menidurkan sang bayi di atas kasur. Ia pun juga siap mengganti bajunya dengan dress rumahan yang mudah untuknya bergerak.Di atas ranjang itu, Ashley bersandar pada sandaran ranjang. Namun, pikirannya kembali pada moment saat dirinya dan Hans bersentuhan tanpa sengaja. Meski tanpa disadari Hans, namun Ashley seperti mendapat getaran lain dan itu membuatnya tersipu malu. "Haish, kenapa aku malah mikirin macam-macam sih!" Ashley memukul ringan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya saat ini. "Sadar Ash, kamu ini cuma ibu susu Haneul, mana mungkin Pak Hans itu suka sama kamu! Apalagi kamu sudah pernah punya suami dan anak! Jelas kamu bukan seleranya!" Sisi lain Ashley berbicara, seolah mengingatkannya agar tidak terlalu mendongak bintang di atas.Wanita itu bahkan menepuk-nepuk pipinya, untuk menghilangkan rona kemerahan wajahnya yang seolah terasa panas.Di sudut lain. Langkah pelan soso
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

28. Aku lah Pemenangnya

Ashley berdiri tegak di hadapan sang majikan. Dengan ekspresi tegas, namun tersirat kesedihan yang terlihat samar di matanya. Dalam hati, ia merasa lega sekaligus berat, setelah mengucap pengunduran dirinya. "Ash ... kenapa?" Hans bertanya, terkejut dan tidak percaya. "Nggak, Ash! Kamu gak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan ini. Kamu sangat penting bagi Haneul." Meski Hans sudah menolak pengunduran diri sang ibu susu, memintanya untuk tetap tinggal, Ashley tetap saja berpendirian teguh. Wanita itu menatapnya, dengan raut wajah yang sulit dipahami. "Maafkan saya Pak, keputusan saya sudah bulat. Saya gak bisa terus menerus seperti ini. Fitnah ini sangat melukai saya." Suara Ashley sedikit gemetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap tegas. Sejujurnya Hans sangat takut bila Ashley sampai nekat pergi dari rumahnya. Ia sangat berharap Ashley bisa merubah keputusannya. Hans men
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

29. Ini Belum Berakhir

Malam itu, Hans terjaga sepanjang malam. Matanya terpejam, tapi pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan Ashley yang sudah pergi sejak kemarin. Kepergian Ashley, menyisakan kekosongan yang sulit diungkapkan pada dirinya. "Apa harus dengan cara seperti ini, Ash?" batinnya tampak gelisah di atas tempat tidur. Sementara Haneul, yang biasanya tertawa ceria, sejak sore pun juga seolah merasakan kekosongan ibu susunya. Terlebih, setelah imunisasi kemarin bayi itu tampak gelisah dan sering menangis. Kini, suara tangisan Baby Neul yang keras itu terdengar sangat nyaring. Bahkan, mampu menyeruak ke setiap sudut rumah tersebut. "Sepertinya Haneul juga merasakannya," gumam Hans samar-samar mendengarkan. Ia bergegas bangkit dari kasur, lalu menyusul ke kamar sang bayi. Bayi itu terus menerus rewel sepanjang malam, seakan merasakan hilangnya sosok ibu susu yang sudah lama menemani. "Kenapa, Ris?" tanya Hans tiba di ambang kamar sang bayi. Risma menoleh terkejut saat menenangkan Baby
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

30. Paket Rahasia

Liam mengikuti perintah Hans dengan cepat, mempersiapkan diri untuk mengantar Risma kembali ke agency. Namun, saat dia mendekati Risma, yang sedang berdiri dengan wajah penuh kemarahan di dekat pintu, suasana langsung terasa tegang di antara mereka. "Risma, Pak Hans memerintahkan saya untuk mengantarmu kembali ke Agency," ujar Liam dengan nada profesional. Ia mencoba berbicara sebaik mungkin. Risma menatap Liam dengan mata menyala penuh amarah. "Kamu senang ya, aku pergi dari rumah ini?" tanyanya sinis dan terdengar tajam. "Saya gak akan pergi denganmu! Saya bisa pergi sendiri!" Dengan gerakan cepat, Risma berbalik dan melangkah keluar tanpa memberi kesempatan bagi Liam untuk berkata lebih banyak. Ia merasa terhina, atas ucapan Hans yang membandingkannya dengan Ashley. "Tunggu saja pembalasanku, Pak!" batinnya penuh dendam. Liam hanya bisa berdiri terpaku beberapa detik, terkejut ole
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more
PREV
1234568
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status