Share

26. Kehilangan Jejak

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 08:16:51
Sudah lumayan lama waktu Hans dan Ashley berbincang di taman bermain bersama Haneul karena matahari pun juga semakin kembali ke peraduan.

Keduanya bangkit dan berjalan menuju mobil yang tak jauh dari mereka duduk. Namun, sosok wanita yang berada di seberang sana berusaha mengejar langkah Ashley dan Hans yang mulai masuk ke dalam mobil.

"Eit, benar itu Ashley!" Riana senang bukan main seolah mendapat jackpot. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah, "tapi sama siapa ya, kok gendong anak dan sama laki-laki?"

Rasa ingin tau Riana semakin besar dan ingin menghampiri mereka. Namun sayang, langkah kaki Riana harus terhenti karena lampu penyebrangan untuk pejalan masih berwarna merah.

"Waduh, sialan banget sih lampunya pake merah segala!" umpat Riana saat berdiri ditepi trotoar dengan wajah frustasi.

Dia melirik ke arah Ashley, mengingat pemandangan tadi. Sang mantan menantunya terlihat berjalan bersama seorang pria, sambil menggendong bayi. Sejenak, Riana merasa hatinya dipenuhi r
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (30)
goodnovel comment avatar
wieanton
mksdnya Riana apa? seenaknya udel aja
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
apa urusannya denganmu Riana
goodnovel comment avatar
Gadis Bar bar
untung mereka cpt pergi. gila ya riana udh jdi mantan mertua masih aja ngurusin kehidupan mantan menantu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   27. Ashley Mengundurkan Diri

    Tiba di rumah, Ashley kini tampak menidurkan sang bayi di atas kasur. Ia pun juga siap mengganti bajunya dengan dress rumahan yang mudah untuknya bergerak.Di atas ranjang itu, Ashley bersandar pada sandaran ranjang. Namun, pikirannya kembali pada moment saat dirinya dan Hans bersentuhan tanpa sengaja. Meski tanpa disadari Hans, namun Ashley seperti mendapat getaran lain dan itu membuatnya tersipu malu. "Haish, kenapa aku malah mikirin macam-macam sih!" Ashley memukul ringan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya saat ini. "Sadar Ash, kamu ini cuma ibu susu Haneul, mana mungkin Pak Hans itu suka sama kamu! Apalagi kamu sudah pernah punya suami dan anak! Jelas kamu bukan seleranya!" Sisi lain Ashley berbicara, seolah mengingatkannya agar tidak terlalu mendongak bintang di atas.Wanita itu bahkan menepuk-nepuk pipinya, untuk menghilangkan rona kemerahan wajahnya yang seolah terasa panas.Di sudut lain. Langkah pelan soso

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   28. Aku lah Pemenangnya

    Ashley berdiri tegak di hadapan sang majikan. Dengan ekspresi tegas, namun tersirat kesedihan yang terlihat samar di matanya. Dalam hati, ia merasa lega sekaligus berat, setelah mengucap pengunduran dirinya. "Ash ... kenapa?" Hans bertanya, terkejut dan tidak percaya. "Nggak, Ash! Kamu gak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan ini. Kamu sangat penting bagi Haneul." Meski Hans sudah menolak pengunduran diri sang ibu susu, memintanya untuk tetap tinggal, Ashley tetap saja berpendirian teguh. Wanita itu menatapnya, dengan raut wajah yang sulit dipahami. "Maafkan saya Pak, keputusan saya sudah bulat. Saya gak bisa terus menerus seperti ini. Fitnah ini sangat melukai saya." Suara Ashley sedikit gemetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap tegas. Sejujurnya Hans sangat takut bila Ashley sampai nekat pergi dari rumahnya. Ia sangat berharap Ashley bisa merubah keputusannya. Hans men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   29. Ini Belum Berakhir

    Malam itu, Hans terjaga sepanjang malam. Matanya terpejam, tapi pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan Ashley yang sudah pergi sejak kemarin. Kepergian Ashley, menyisakan kekosongan yang sulit diungkapkan pada dirinya. "Apa harus dengan cara seperti ini, Ash?" batinnya tampak gelisah di atas tempat tidur. Sementara Haneul, yang biasanya tertawa ceria, sejak sore pun juga seolah merasakan kekosongan ibu susunya. Terlebih, setelah imunisasi kemarin bayi itu tampak gelisah dan sering menangis. Kini, suara tangisan Baby Neul yang keras itu terdengar sangat nyaring. Bahkan, mampu menyeruak ke setiap sudut rumah tersebut. "Sepertinya Haneul juga merasakannya," gumam Hans samar-samar mendengarkan. Ia bergegas bangkit dari kasur, lalu menyusul ke kamar sang bayi. Bayi itu terus menerus rewel sepanjang malam, seakan merasakan hilangnya sosok ibu susu yang sudah lama menemani. "Kenapa, Ris?" tanya Hans tiba di ambang kamar sang bayi. Risma menoleh terkejut saat menenangkan Baby

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   30. Paket Rahasia

    Liam mengikuti perintah Hans dengan cepat, mempersiapkan diri untuk mengantar Risma kembali ke agency. Namun, saat dia mendekati Risma, yang sedang berdiri dengan wajah penuh kemarahan di dekat pintu, suasana langsung terasa tegang di antara mereka. "Risma, Pak Hans memerintahkan saya untuk mengantarmu kembali ke Agency," ujar Liam dengan nada profesional. Ia mencoba berbicara sebaik mungkin. Risma menatap Liam dengan mata menyala penuh amarah. "Kamu senang ya, aku pergi dari rumah ini?" tanyanya sinis dan terdengar tajam. "Saya gak akan pergi denganmu! Saya bisa pergi sendiri!" Dengan gerakan cepat, Risma berbalik dan melangkah keluar tanpa memberi kesempatan bagi Liam untuk berkata lebih banyak. Ia merasa terhina, atas ucapan Hans yang membandingkannya dengan Ashley. "Tunggu saja pembalasanku, Pak!" batinnya penuh dendam. Liam hanya bisa berdiri terpaku beberapa detik, terkejut ole

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   31. Kejutan

    Sementara di rumah Hans, sang penjaga langsung memberikan paket yang berisi Asi dalam kantong steril itu kepada Winda. Kepala pelayan sangat terkejut saat mendengar pernyataan itu. "Benarkah? Kapan ini diantar?" "Barusan, Bu," balas sang penjaga. "Apa Ashley ada di depan?" Winda ingin melangkah maju, berharap bisa bertemu dengannya, namun gerakan kakinya terhenti saat sang penjaga menahan. "Bu Ashley gak ada di depan, Bu. Bukan dia yang mengantar, melainkan Gadi muda." "Gadis muda?" Kata-kata sang penjaga membuat Winda mengerutkan kening. "Siapa dia?" "Entahlah, Bu. Kayaknya dia langsung buru-buru pergi." Setelah mendapat jawaban, Winda langsung mengatakan hal itu pada sang majikan. Hans yang mendengarnya pun juga terkejut, ia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Ashley dengan situasi seperti itu. "Maafkan aku, Ash. Kembalilah bekerja menjadi ibu susu Haneul ..." batinnya penuh gejolak. Seolah ada ruang kosong yang begitu mengganggunya saat ini. "Aku janji, aku akan s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   32. Perampasan

    Ketegangan antara Ashley dan Riana semakin meningkat. Ashley, yang sudah berada dalam cengkeraman Riana, merasa dirinya terperangkap dalam situasi yang semakin buruk. Sekalipun ia memberontak dan ingin melepaskan diri, kekuatannya sangat kalah jauh dari sang mantan ibu mertua yang terkenal arogan. "Lepasin, Bu! Ibu gak berhak mengatur hidupku sekarang!" Riana menatap bengis, "Siapa yang gak berhak, hah?!" Tatapannya begitu tajam, kemudian beralih pada tas slempang yang berada di pundak ibu susu Haneul. Ashley merasakan sesuatu yang aneh, seolah Riana sedang mengulitinya. Ia memiringkan badan, berusaha menutupi apa yang diincar wanita paruh baya itu. Dengan tatapan dingin dan manipulatif, Riana menarik paksa tas itu hingga terjadi aksi tarik menarik. "Berikan tas itu! Sepertinya aku mencium bau uang di sana!" Ashley dengan segala kekuatannya, mencoba mempertahankan tas itu. Apa jadinya bila Riana tau bila dirinya memiliki banyak uang. "Jangan, Bu! Ini gak ada apa-apanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   33. Dijual Pada Pria Hidung Belang

    Hari itu, Hans semakin frustasi. Sejak pagi, Liam telah mencari Ashley ke segala penjuru kota. Namun, hasilnya tetap nihil. Terlebih, saat Winda mengatakan bila Ashley masih sempat memompa ASI-nya untuk Haneul, Hans semakin cemas bila sampai Liam tidak menemukannya. "Saya sudah mencarinya kemana-mana Pak, tapi belum juga ketemu. Bu Ashley seperti menghindari keramaian," kata Liam memberitahukan hasil pencarian. Hans menghela napas, "Kamu yakin sudah mencari ke sudut kota. Entah di taman, pusat belanjaan, pasar atau keramaian event." Dengan yakin Liam mengangguk, "Sudah, Pak. Semua tetap tidak ada. Bahkan, Hans juga sempat menghubungi nomor teleponnya, namun tidak terhubung. Seolah Ashley mengalihkan semua akses untuk dihubungi. Wanita itu seakan menghilang tanpa jejak, hingga membuat Hans semakin putus asa. "Ada dimana kamu sekarang, Ash? Please ..." lirihnya dalam kebimbangan. Setelah mendapat pernyataan Liam yang tidak bisa menemukan Ashley, Hans memutuskan untuk iku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   34. Dia Kabur

    Riana menuju mall yang tidak jauh dari tempat ia menjual Ashley. Wajahnya tampak berbinar senang setelah mendapatkan keuntungan berkali lipat.Tangannya menggenggam ponsel penuh kegirangan setelah melihat transaksi dari Mami yang baru saja masuk ke dalam rekeningnya."Ternyata kamu membawa keberuntungan bagiku, Ash. Kamu sumber uang untukku!" tawanya girang, "Nggak rugi aku capek-capek mencarimu, hahaha ...!"Riana seperti orang gila yang berjalan sambil tertawa sendirian masuk ke dalam mall.Setibanya di sana, ia memasuki toko-toko mewah, memborong barang-barang mahal tanpa ragu. "Ini semua milikku sekarang, Ash," gumamnya sambil memilih gaun-gaun mewah dan tas-tas brand terkenal. "Kamu ternyata penghasil emas yang sangat menguntungkan, hahaha ....!"Riana melanjutkan perbelanjaannya, berbelanja tanpa rasa bersalah, membelanjakan uang yang seharusnya bukan miliknya. Semua ini adalah hasil dari kekejamannya, dan ia men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09

Bab terbaru

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   91. Penuh Cinta

    Pagi menjelang dengan langit yang perlahan berubah cerah, cahayanya menyusup masuk lewat tirai kamar rumah sakit. Ashley duduk di tepi ranjang, mengenakan sweater tipis dan celana panjang yang dibawakan Hans semalam. Rambutnya tergerai seadanya, luka di kepalanya sudah dibalut rapi. Meski nyut-nyutan masih terasa, wajahnya terlihat jauh lebih segar daripada malam sebelumnya.Hans mondar-mandir di kamar, membereskan tas kecil yang berisi barang-barang Ashley. Sesekali ia melirik istrinya, memastikan semuanya baik-baik saja.Ashley menggeser selimutnya pelan dan menurunkan kaki ke lantai. Dengan hati-hati, ia berdiri, lalu berjalan perlahan ke arah kamar mandi.Hans yang sedang membereskan tas langsung menghentikan gerakannya. “Mau ke mana?” tanyanya cepat.“Mau ke kamar mandi,” jawab Ashley tanpa menoleh.“Biar aku antar,” ucap Hans, sudah melangkah mendekat.Ashley menoleh sebentar. “Nggak usah, Ko. Aku bisa sendiri.”Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   90. Perhatian

    Lampu kamar menyala temaram. Dari balik tirai jendela besar, langit malam tampak gelap tanpa bintang. Ruangan sunyi, hanya suara hembusan pelan AC yang terdengar.Hans kembali duduk di kursi, sementara Ashley masih bersandar lemah di ranjang. Mereka terus mengobrol, seolah tidak ingin malam cepat berlalu.“Tadi kamu bilang darahku banyak sekali?” tanya Ashley sambil memutar tubuhnya sedikit ke arah Hans.Hans mengangguk. “Iya, aku bener-bener panik. Rasanya mau teriak minta tolong ke seluruh dunia.”Ashley tertawa kecil, tapi langsung meringis karena kepalanya masih nyut-nyutan. “Jangan lebay, Ko.”“Aku serius,” ucap Hans cepat. “Saat kamu nggak sadarkan diri, aku sangat khawatir. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan jika kamu sampai ....”Ashley menyentuh tangan Hans, menggenggamnya erat. “Aku masih di sini.”Hans mengangguk, menatap mata istrinya lama.Beberapa menit mereka terdiam. Lalu Ashley menguap

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   89. Kehangatan

    Suara pintu yang berderit pelan memecah keheningan kamar rumah sakit. Hans melangkah masuk, perlahan menutup pintu di belakangnya. Di ranjang, Ashley terbaring dengan wajah pucat. Matanya tertutup, nafasnya pelan tapi teratur. Perban membalut dahinya, dan selang infus menancap di tangannya.Perlahan, Hans mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. Ia menggenggam tangan Ashley, menatap wajah pucat itu dalam diam sejenak, lalu menunduk, mengecup jemari istrinya.“Ash …,” bisiknya pelan. “Bangun, ya. Aku di sini.”Beberapa detik berlalu. Lalu, pelan-pelan, mata Ashley terbuka. Pandangannya masih kabur, bola matanya bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menangkap sosok Hans yang duduk di sisinya.“… Ko?” suara Ashley serak, nyaris tidak terdengar.Hans mengangkat kepala, bibirnya membentuk senyum lega. “Ya, aku di sini, Sayang.”Ashley memutar pandangannya, mencoba mengenali tempat itu. “Aku … di mana?”

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   88. Rencana

    Naomi datang dengan napas sedikit terengah, wajahnya penuh kecemasan saat melihat Winda membuka pintu.“Gimana? Sudah ada kabar?” tanya Naomi cepat begitu masuk, matanya langsung menatap ke arah Haneul yang ada dalam pelukan Winda.Winda menggeleng pelan. “Belum, Bu. Pak Hans belum hubungi saya lagi. Saya juga udah coba nelpon, tapi belum diangkat.”Naomi mengangguk sambil menarik napas panjang, lalu mengulurkan tangannya. “Sini, saya gendong Haneul.”Winda menyerahkan bayi itu dengan hati-hati. “Dia masih sesekali menangis, Bu. Tapi sudah nggak sekencang tadi. Namun masih gelisah.”Naomi langsung memeluk tubuh mungil itu erat-erat. Ia duduk di sofa, mengayun perlahan sambil mengelus punggung Haneul. “Haneul …” ucapnya lembut. “Kamu kenapa, Nak? Kamu tahu ya Mama kamu lagi sakit?”Haneul masih sesenggukan kecil di pelukan Naomi. Kepalanya menyandar di bahu sang nenek, matanya setengah terpejam.“Mama kamu orang

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   87. Pertolongan

    Hans membuka pintu mobil dengan cepat dan dengan hati-hati meletakkan tubuh Ashley di jok penumpang. Tangannya masih gemetar, ia lalu masuk ke kursi pengemudi, menekan tombol start engine, dan mobil langsung menyala. Tanpa buang waktu, Hans melajukan mobil keluar dari halaman rumah.“Sayang, kamu dengar aku?” Hans melirik ke arah Ashley yang masih tak sadarkan diri. “Kamu harus bertahan. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit. Aku nggak mau kehilangan kamu."Mobil melaju kencang, melibas jalanan pagi yang masih lengang. Hans tidak peduli pada rambu-rambu. Tangannya mencengkeram setir kuat-kuat, sementara sesekali ia menepuk pipi Ashley pelan.“Ashley, coba buka mata kamu. Sedikit saja,” ucap Hans pelan, suaranya parau. “Aku tahu kamu dengar. Kamu kuat, kan? Kamu selalu kuat.”Tidak ada respons. Napas Ashley lemah, wajahnya pucat, darah masih tampak mengalir meski tidak sederas sebelumnya.“Jangan buat aku takut begini, Sayang,” lanju

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   86. Sial

    Hans baru saja selesai mengenakan baju dan melangkah keluar dari kamar mandi. Begitu sampai di tangga, ia mendengar suara kegaduhan yang datang dari arah depan rumah. Alisnya mengernyit. Suara itu terdengar semakin jelas, seperti ada orang yang sedang berteriak-teriak.Tanpa pikir panjang, Hans turun dengan cepat. Hatinya mulai tidak tenang. Ketika sampai di ruang tamu dan membuka pintu depan, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat darahnya berdesir.“Ashley!” serunya panik.Tubuh sang istri tergeletak di lantai, dengan darah segar mengalir dari pelipisnya. membasahi lantai keramik.Hans segera berlutut, tangannya gemetar saat menyentuh wajah Ashley yang pucat. “Sayang … astaga …,” gumamnya cemas.Hans menekan pelipis Ashley dengan telapak tangannya, mencoba menghentikan darah yang terus keluar.Hans meraih ponsel dari saku celananya, nyaris menjatuhkannya karena panik. Namun sebelum sempat menekan tombol d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status