Semua Bab Gairah di Balik Tirai Kehidupan: Bab 151 - Bab 160

163 Bab

Bab 151: Cinta dan Kendali

Musim hujan di Jakarta membawa perubahan yang signifikan, tidak hanya pada jalanan yang sering tergenang, tetapi juga pada dinamika hubungan Alena dan Adrian. Dua minggu telah berlalu sejak malam itu—malam ketika Adrian membuka diri dan menunjukkan sisi rapuhnya. Sejak saat itu, ada pergeseran yang nyata dalam interaksi mereka.Alena menatap tumpukan dokumen di mejanya dengan mata lelah. Jam di dinding kantornya menunjukkan pukul sembilan malam, dan ia masih terjebak dengan laporan keuangan yang harus diselesaikan. Ponselnya bergetar untuk kesepuluh kalinya dalam satu jam—semua pesan dari Adrian.Sudah selesai? Aku menunggumu di penthouse. Katakan pada Hendro untuk menggantikanmu jika masih lama.Alena menghela napas panjang. Dulu, perhatian Adrian membuatnya merasa istimewa. Sekarang, ia mulai merasa seperti terjerat dalam jaring emas yang indah namun mencekik."Belum pulang, Len?" Suara Dina, rekan kerjanya, mengejutkan Alena."Masih ada beberapa hal yang harus kuselesaikan," jawab
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-16
Baca selengkapnya

BAB 152: TERJEBAK DI ANTARA DUA DUNIA

Alena menatap keluar jendela kantornya, memperhatikan bagaimana awan berarak perlahan di langit Jakarta yang kelabu. Entah mengapa pemandangan itu terasa seperti cerminan hidupnya saat ini—terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Ia menarik napas panjang dan memejamkan mata sejenak."Kamu tidak perlu lembur hari ini." Suara Adrian membuyarkan lamunannya. Pria itu berdiri di ambang pintu dengan senyum yang terlalu mudah dibaca. "Aku sudah menyuruh tim lain untuk menyelesaikan laporan kuartal yang seharusnya jadi tugasmu."Alena memaksakan senyum. "Terima kasih, tapi aku bisa menyelesaikannya sendiri.""Aku tahu kamu bisa." Adrian melangkah masuk dan duduk di tepi meja Alena. Terlalu dekat untuk sebuah percakapan profesional. "Tapi aku tidak mau kamu terlalu lelah. Ada masalah dengan proyek Meikarta yang perlu kita diskusikan... mungkin sambil makan malam?"Lagi-lagi, Alena merasakan perutnya seolah jatuh. Ini sudah kesekian kalinya Adrian menciptakan situasi yang membuatnya sulit menola
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

BAB 153: SISI GELAP ADRIAN

Langit Jakarta masih menyisakan semburat jingga ketika Alena membereskan mejanya. Suasana kantor sudah sepi, hanya tersisa beberapa karyawan yang masih menyelesaikan pekerjaan mereka. Alena sengaja mengulur waktu hingga Adrian meninggalkan gedung lebih dulu. Belakangan ini, pertemuannya dengan pria itu selalu membuatnya merasa tegang—seolah berjalan di atas medan ranjau.Ponselnya bergetar—pesan dari Adrian. "Sudah selesai meeting dengan tim desain? Bagaimana hasilnya?"Alena membaca pesan itu tanpa membalasnya. Ia butuh ruang, butuh waktu untuk menyusun ulang batasan-batasan yang semakin kabur. Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan bergegas keluar dari kantor.Di perjalanan pulang, Alena merasakan ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Langit yang mulai gelap dan lampu-lampu jalan yang menyala satu per satu terasa menenangkan. Ia memutuskan untuk menghubungi Reno."Hei," suara Reno terdengar hangat seperti biasa. "Baru selesai kerja?""Ya," Alena tersenyum mendengar suaranya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

BAB 154: PERMAINAN SOPHIA

Aroma kopi mahal menguar di café eksklusif kawasan SCBD. Sophia menyesap americano-nya perlahan, matanya yang tajam mengawasi pria berpenampilan rapi di hadapannya yang sedang meneliti foto-foto di layar kamera."Ini tidak cukup meyakinkan," ujar Daniel Pratama, wartawan senior di tabloid Jakarta Insider. "Mereka hanya terlihat seperti dua rekan kerja yang sedang makan siang."Sophia tersenyum tipis. "Itu karena kamu belum melihat detailnya, Daniel." Ia mendekat, jari lentiknya dengan kuku merah menyala menunjuk pada detail di salah satu foto. "Lihat cara Adrian menatapnya. Lalu tangan mereka—hampir bersentuhan. Dan ini—" ia menunjuk foto lain, "—mereka di restoran mewah pada jam makan malam, jauh dari kantor. Bukan sekadar rekan kerja."Daniel menaikkan alisnya. "Tetap saja, ini belum cukup untuk artikel bombastis yang kamu inginkan. Tabloid kami memang suka gosip, tapi kami tetap butuh bukti yang lebih kuat."Sophia menghela napas panjang, kemudian menyesap kopinya lagi. Sudah tiga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 155: Gosip yang Menggilas

Alena menggeser layar ponselnya dengan jari-jari gemetar. Setiap artikel yang muncul membuat jantungnya seolah jatuh semakin dalam ke dasar perutnya. Bagaimana bisa kehidupannya berubah drastis dalam hitungan jam?"CEO Muda Tertangkap Dekat dengan Karyawan Wanita, Hubungan Profesional atau Skandal?" "Cinta Terlarang di Ruang Rapat: Kisah Roman CEO dan Bawahannya" "Skandal Kantor: Bukti Foto Kemesraan Bos dan Karyawan"Mata Alena terasa panas. Beberapa foto yang menyertai artikel-artikel tersebut memang autentik—dirinya dan Reyhan sedang berjalan keluar dari kafe, sesekali tertawa dalam percakapan. Tapi konteksnya telah sepenuhnya diputarbalikkan. Semua pertemuan profesional mereka kini ditafsirkan dengan lensa gosip murahan.Ponselnya bergetar lagi. Kali ini sebuah pesan dari Sarah, rekan kerjanya: "Alena, kau sudah lihat artikel-artikel itu? Semua orang di kantor membicarakannya."Alena melempar ponselnya ke sofa. Apartemennya yang biasanya terasa seperti tempat perlindungan kini ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Bab 156: Mengendalikan Badai

Adrian duduk di ruang konferensi dengan lima anggota tim hubungan masyarakat terbaiknya. Semalaman ia nyaris tidak tidur, merangkai strategi untuk menangani krisis yang mengancam tidak hanya reputasi perusahaan, tetapi juga karier seorang karyawan berbakat. Wajahnya menunjukkan ketegasan yang jarang terlihat, bahkan oleh mereka yang telah lama bekerja dengannya."Kita perlu mengendalikan narasi ini sekarang," ucapnya dengan nada tenang namun penuh otoritas. "Setiap menit yang berlalu tanpa tanggapan kita adalah satu menit terlalu lama."Diana Farrell, kepala departemen PR, mengangguk sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya. "Kami sudah mengidentifikasi dua belas outlet media utama yang memuat artikel dengan tone paling provokatif. Lima di antaranya bersedia untuk segera berbicara dengan kita.""Bagus," Adrian mengetuk meja dengan jarinya. "Aku ingin berbicara langsung dengan editor mereka, bukan hanya mengirimkan pernyataan tertulis. Dan untuk media yang menolak? Kita akan mengirimkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Bab 157: Tekanan dari Berbagai Arah

Ruang rapat di lantai 30 gedung pencakar langit itu terasa mencekam. Sinar mentari pagi yang menerobos masuk dari jendela-jendela besar seakan tak mampu mencerahkan suasana yang berat. Adrian duduk di ujung meja oval besar, menghadapi delapan wajah pemegang saham senior yang tampak tidak senang. Sekilas, tampak senyum tipis di sudut bibir Sophia, yang duduk di sisi kanan meja, meskipun ekspresi wajahnya dibuat serius.Bernard Hawkins, pemegang saham tertua dan paling konservatif, berdeham keras. "Kurasa kita semua sudah membaca berita-berita yang beredar minggu ini," ia membuka pembicaraan, tatapannya tajam menusuk Adrian. "Meskipun upaya klarifikasi telah dilakukan, citra perusahaan kita tetap terguncang.""Laporan tim PR menunjukkan bahwa sebenarnya dampak medianya sudah berkurang signifikan," Adrian berusaha menjawab dengan tenang, menunjukkan grafik yang telah disiapkannya. "Lihat di sini, pemberitaan negatif turun 60% dalam tiga hari terakhir."Margaret Lowe, wanita paruh baya ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

BAB 158: KRISIS KEPEMIMPINAN

Lorong-lorong kantor Adiguna Corp terasa berbeda pagi itu. Adrian bisa merasakannya dari tatapan para karyawan yang seolah menghindar ketika berpapasan dengannya. Bisikan-bisikan halus terhenti begitu ia mendekat, lalu kembali terdengar samar setelah ia berlalu. Foto dirinya dan Alena di pesta amal pekan lalu telah menyebar dengan kecepatan luar biasa, disertai spekulasi dan rumor yang semakin liar.Adrian menatap layar ponselnya untuk kesekian kalinya. Berita-berita tentang dirinya dan Alena masih menjadi topik hangat di media bisnis dan sosial. Beberapa judul artikel mempertanyakan profesionalisme Adrian sebagai CEO, sementara yang lain terang-terangan mengungkit soal konflik kepentingan."Kenapa semuanya tiba-tiba meledak seperti ini?" gumamnya sambil menyandarkan tubuh pada kursi kerjanya.Setelah menganalisis situasi selama beberapa hari, Adrian mulai menyadari bahwa intensitas pemberitaan ini tidak wajar. Kehidupan pribadinya memang selalu menjadi perhatian publik, tetapi kali i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

BAB 159:KONFRONTASI DAN KEBENARAN

Malam itu hujan turun dengan deras, mengguyur kota tanpa ampun. Tetes-tetes air yang menabrak jendela apartemen menciptakan melodi yang biasanya menenangkan, tetapi malam ini terdengar seperti detik-detik menuju sesuatu yang tak terelakkan. Alena duduk di sofa ruang tengah, menatap kosong ke layar televisi yang sedang menayangkan berita malam. Pikirannya melayang jauh dari apa yang ditampilkan di layar.Pintu depan terbuka, diikuti suara langkah kaki yang familiar. Reno pulang lebih awal dari biasanya. Alena menoleh dan memberikan senyum lemah, tetapi senyumnya langsung memudar ketika melihat ekspresi Reno. Ada sesuatu yang berbeda dari caranya berdiri dan menatap."Kau sudah makan?" tanya Alena, berusaha mencairkan atmosfer yang tiba-tiba terasa berat.Reno tidak menjawab langsung. Ia melepas jaketnya yang basah, menggantungnya di samping pintu, lalu berjalan perlahan menuju sofa. Alih-alih duduk di samping Alena seperti biasanya, ia memilih kursi tunggal di seberangnya."Ada yang ing
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

BAB 160: RAHASIA YANG TERBONGKAR

Keheningan yang menggantung di ruang tamu apartemen terasa mencekam. Di luar, hujan masih turun, namun intensitasnya telah berkurang menjadi rintik-rintik halus yang mengetuk jendela seperti jari-jari tak sabar. Alena masih berada dalam pelukan Reno, tetapi pikirannya berpacu, mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi rumit yang dihadapinya.Reno perlahan melepaskan pelukannya, menatap Alena dengan sorot mata yang sulit diartikan—campuran antara kekhawatiran, kekecewaan, dan determinasi untuk mengetahui kebenaran. Ia bergerak kembali ke kursinya, menciptakan jarak yang membuat Alena merasakan dingin yang tak terlihat."Kau belum menceritakan semuanya," ucap Reno tenang, namun ada ketegasan dalam suaranya. "Ada hal lain yang kau sembunyikan."Alena menggeleng lemah. "Tidak, aku sudah menjelaskan situasinya—""Kau mencoba menghindari pertanyaanku, Alena," potong Reno. "Sama seperti kau menghindari pertanyaanku selama berbulan-bulan belakangan ini."Kalimat itu menohok Alena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status