Arissa tertawa malu mengingat pertemuan pertama mereka yang kacau. "Kau tampak sangat marah waktu itu.""Aku memang marah," Nathaniel mengakui dengan cengiran. "Sampai aku melihat betapa cantiknya gadis ceroboh yang menumpahkan kopi itu.""Perayu," gumam Arissa, meskipun pipinya merona."M juga untuk momen," lanjut Nathaniel, suaranya melembut. "Seperti momen ketika kita pertama kali datang ke taman ini dan kau bercerita tentang impianmu membuka galeri senimu sendiri.""Yang sekarang sudah terwujud," tambah Arissa. Ia memang telah membuka galeri kecil di pusat kota tahun lalu, berkat dukungan tak henti dari Nathaniel."Tepat sekali," Nathaniel mengangguk, bangga. "Dan M untuk..."Ia menghentikan kata-katanya, lalu perlahan melepaskan pelukannya dari Arissa dan bergerak untuk berlutut di hadapannya. Jantung Arissa seolah berhenti berdetak ketika melihat gerakan itu, matanya melebar penuh harap."M untuk masa depan," Nathaniel melanjutkan, suaranya sedikit bergetar karena emosi. Ia merog
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08 อ่านเพิ่มเติม