Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Pijatan Nikmat Sang CEO: Chapter 191 - Chapter 200

238 Chapters

Bab 192: Cinta yang Semakin Kuat

Setelah melalui berbagai tantangan dalam bisnis dan kehidupan, Arissa dan Nathaniel semakin menyadari satu hal yang sangat penting: keberhasilan mereka tidak hanya diukur dari seberapa maju klinik yang mereka bangun, tetapi juga dari seberapa erat hubungan mereka sebagai pasangan.Mereka tahu bahwa kesibukan dalam mengelola klinik bisa membuat mereka tenggelam dalam pekerjaan. Namun, mereka juga tidak ingin hubungan mereka menjadi dingin hanya karena terlalu sibuk mengejar kesuksesan.Suatu malam, setelah selesai bekerja, Nathaniel menatap Arissa yang tengah duduk di sofa ruang tamu mereka dengan secangkir teh di tangannya. Wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum kecil yang selalu menghiasi bibirnya."Kau terlihat lelah," kata Nathaniel sambil duduk di sampingnya.Arissa mengangguk, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Nathaniel. "Sedikit. Tapi aku merasa puas. Aku bahagia."Nathaniel tersenyum dan mengecup puncak kepalanya. "Aku ingin kita tetap seperti ini. Tidak peduli seberapa
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 193: Kejutan Penuh Makna

Suara jarum jam di ruang kerja Nathaniel berdetak pelan, mengisi keheningan yang tercipta saat ia menatap kalender di meja kerjanya. Tanggal yang dilingkari dengan tinta merah itu tinggal seminggu lagi. Sudah enam bulan sejak klinik yang ia dirikan bersama Arissa mulai beroperasi, dan sejauh ini, pencapaian mereka melampaui ekspektasi. Nathaniel tersenyum, mengingat bagaimana Arissa selalu bekerja tanpa kenal lelah, memberikan yang terbaik untuk setiap pasien yang datang."Ia pantas mendapatkan sesuatu yang istimewa," gumam Nathaniel pada dirinya sendiri sambil meraih ponselnya.Malam itu, setelah Arissa tertidur pulas, Nathaniel diam-diam membuat beberapa panggilan telepon. Ia menghubungi orangtua Arissa di Surabaya, meminta mereka untuk datang ke Jakarta minggu depan. Ia juga menelepon beberapa teman dekat dan anggota keluarga, memastikan mereka bisa hadir dalam acara kejutan yang ia rencanakan. Semuanya harus sempurna. Ini bukan hanya perayaan kesuksesan klinik mereka, tapi juga pe
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 194: Ungkapan Hati yang Terdalam

Malam itu, setelah semua tamu undangan pulang, Nathaniel dan Arissa memutuskan untuk tidak langsung kembali ke rumah. Mereka duduk berdampingan di balkon hotel, menikmati pemandangan kota Jakarta yang tak pernah tidur. Lampu-lampu gedung pencakar langit berkelap-kelip bagai bintang-bintang buatan, memantulkan cahayanya pada wajah Arissa yang masih terlihat terharu."Masih tidak percaya kau melakukan semua ini untukku," kata Arissa sambil menyandarkan kepalanya di bahu Nathaniel. Matanya masih berkaca-kaca, mengingat kejutan indah yang baru saja ia terima.Nathaniel hanya tersenyum, mengusap punggung tangan Arissa dengan ibu jarinya. "Kau pantas mendapatkannya, sayang. Bahkan lebih dari ini."Keheningan yang nyaman menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Hanya deru angin malam dan dengung samar aktivitas kota yang terdengar. Arissa memejamkan mata, meresapi setiap detik kebersamaan ini. Dalam hatinya, ia merasakan gelombang rasa syukur yang tak terbendung."Nat," Arissa memecah kehenin
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 195: Ungkapan Hati yang Terdalam (2)

"Kau tahu apa yang paling kusyukuri dari pernikahan kita?" tanya Arissa."Apa itu?""Bahwa kita tidak hanya menjadi pasangan hidup, tapi juga mitra dalam segala hal. Banyak pasangan yang kehilangan jati diri mereka setelah menikah, tapi kita justru menemukan versi terbaik dari diri kita masing-masing."Arissa melanjutkan dengan suara yang semakin penuh emosi. "Kau memberiku ruang untuk berkembang, untuk mengejar impianku, tanpa pernah merasa terancam. Kau mendukungku di saat-saat tergelap, dan merayakan bersamaku di saat-saat paling cerah. Itulah yang membuatku jatuh cinta padamu setiap hari, lagi dan lagi."Nathaniel tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia memeluk Arissa erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Terima kasih, Rissa. Terima kasih sudah memilihku sebagai pendampingmu."Mereka berdiri di sana, dalam pelukan satu sama lain, sementara kota terus berdetak di bawah mereka. Dua jiwa yang telah menemukan rumah dalam diri masing-masing, dua hati yang berdetak dalam irama yang sa
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 196: Ketenangan yang Baru Dimulai

Alunan musik perlahan memudar. Cahaya lampu-lampu hias berkedip untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya padam. Dekorasi pesta yang megah kini terlihat semakin tenang di bawah cahaya remang-remang. Para tamu mulai beranjak satu per satu, meninggalkan jejak kebahagiaan dan ucapan selamat yang masih menggema di ruangan.Nathaniel berdiri di sudut taman, memandang ke arah langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Ia menghela napas panjang, merasakan beban berat di pundaknya perlahan terangkat. Arissa menghampirinya dengan langkah pelan, gaun putihnya masih berkilau tertimpa cahaya bulan."Apa yang kau pikirkan?" tanya Arissa lembut, tangannya yang halus menyentuh lengan Nathaniel.Nathaniel tersenyum, matanya menerawang jauh. "Aku memikirkan betapa jalannya hidup begitu tidak terprediksi. Dulu, aku hanya seorang eksekutif muda yang ambisius, terobsesi dengan kekuasaan dan pengakuan. Dan lihat kita sekarang."Arissa mengangguk pelan. Dia sangat memahami perj
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 197: Ketenangan yang Baru Dimulai (2)

"Kau ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya Arissa, menyesap anggurnya.Nathaniel tersenyum. "Tentu saja. Kau adalah jurnalis yang ditugaskan untuk mewawancaraiku tentang skandal keuangan yang menimpa perusahaanku.""Dan kau begitu arogan dan defensive," tambah Arissa, tertawa kecil."Karena aku tidak bersalah," Nathaniel mengingatkan. "Tapi semua bukti seolah mengarah padaku.""Dan kemudian aku mulai menyelidiki lebih dalam, menemukan kejanggalan dalam tuduhan terhadapmu, dan akhirnya membantu membuktikan ketidakbersalahanmu.""Kau adalah satu-satunya orang yang percaya padaku saat itu," kata Nathaniel pelan, matanya menatap Arissa dengan penuh kasih sayang. "Bahkan ketika teman-teman dan rekan bisnisku berpaling, kau tetap di sisiku.""Karena aku melihat ketulusan di matamu," jawab Arissa. "Dan seiring waktu, aku juga melihat sisi lain darimu yang tidak pernah kau tunjukkan kepada dunia luar. Sisi yang lembut, penuh kasih sayang, dan
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 198: Mendekap Kesempurnaan

Sinar matahari pagi menerobos celah tirai jendela, menciptakan pola-pola keemasan di lantai kayu rumah mereka. Arissa terbangun perlahan, meregangkan tubuhnya yang masih terasa lelah namun puas setelah bekerja sepanjang hari kemarin di kliniknya. Ia melirik ke samping, mendapati sisi tempat tidur Nathaniel sudah kosong. Aroma kopi yang menguar dari dapur memberi tahu Arissa di mana suaminya berada.Dengan langkah ringan, Arissa berjalan menuju dapur dan menemukan Nathaniel sedang menuangkan kopi ke dalam dua cangkir porselen favorit mereka. Dia tersenyum melihat kedatangan Arissa."Selamat pagi, dokter," sapa Nathaniel dengan nada menggoda, mengulurkan secangkir kopi yang masih mengepul.Arissa tersenyum, menerima cangkir tersebut dengan kedua tangannya yang hangat. "Selamat pagi juga, Tuan Pengusaha yang Bijaksana."Mereka berdua tertawa pelan. Gelar-gelar yang mereka sematkan satu sama lain adalah bentuk candaan pribadi yang merayakan perjalanan mereka
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 199: Mendekap Kesempurnaan

Hari itu berjalan seperti biasa – sibuk namun teratur. Arissa menangani berbagai kasus, dari penyakit ringan seperti flu dan demam hingga kondisi kronis seperti diabetes dan hipertensi. Pendekatan holistiknya menggabungkan pengobatan modern yang ia pelajari di fakultas kedokteran dengan kearifan lokal yang ia pelajari dari tetua desa, terutama dari Pak Darmo, seorang dukun desa yang kini menjadi sahabat dan mentornya.Menjelang siang, ketika pasien-pasien pertama telah ditangani, Pak Darmo datang dengan sekeranjang tanaman herbal segar. Pria tua itu membawa senyum lebar di wajahnya yang keriput."Selamat siang, Nak Arissa," sapanya riang. "Aku membawa jahe merah dan kunyit yang kau minta kemarin. Juga beberapa tanaman lain yang kupikir akan berguna untuk ramuanmu."Arissa tersenyum hangat. "Terima kasih, Pak Darmo. Mari, kita bisa membicarakannya di ruang belakang sambil minum teh."Di ruang belakang yang nyaman, Arissa dan Pak Darmo duduk berhadapa
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 200: Cahaya di Ujung Perjalanan

Matahari pagi merayap masuk melalui jendela kamar, menciptakan pola-pola keemasan pada lantai kayu. Nathaniel membuka mata perlahan, senyum kecil terukir di wajahnya bahkan sebelum kesadarannya sepenuhnya kembali. Di sampingnya, Sara masih tertidur pulas, helai rambut gelapnya menyebar di atas bantal putih seperti kabut malam yang berserakan.Sudah tiga bulan sejak Nathaniel mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO Morgan & Reed Investments. Tiga bulan sejak ia meninggalkan kehidupan yang telah ia bangun selama lima belas tahun terakhir. Tiga bulan sejak ia memilih untuk mendengarkan bisikan hatinya yang selama ini teredam oleh deru mesin korporasi.Perlahan, Nathaniel bangkit dari tempat tidur, berhati-hati agar tidak membangunkan Sara. Ia melangkah ke arah jendela dan membukanya lebar-lebar, membiarkan udara pegunungan yang segar menyapu wajahnya. Villa kecil yang mereka sewa di tepi Danau Como ini mungkin tidak sebanding dengan apartemen mewahnya di Manhatta
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 201: Cahaya di Ujung Perjalanan

"Kau tahu," kata Sara sambil mengatur lensa kameranya, "dulu aku selalu khawatir.""Tentang?""Tentang kau." Sara mengangkat kamera ke matanya, membidik danau dari kejauhan. "Aku khawatir kau mungkin tidak pernah menemukan jalan keluar dari labirin yang kau ciptakan sendiri."Nathaniel terdiam sejenak, meresapi kata-kata Sara. "Aku juga khawatir akan hal yang sama," akunya. "Ada hari-hari di mana aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri lagi—seperti aku telah kehilangan semua hal yang dulunya membuatku menjadi... aku."Suara kamera Sara yang berderit memecah keheningan. "Tapi kau menemukannya lagi," katanya, menurunkan kamera dan tersenyum pada Nathaniel. "Kau menemukan dirimu lagi."Itu benar. Di balik gelar, jabatan, dan semua pencapaian profesionalnya, Nathaniel hampir melupakan inti dari siapa dirinya sebenarnya—seorang penjelajah yang mencintai petualangan, seorang pemimpi yang selalu penasaran tentang dunia, seorang pencinta seni
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
24
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status