Beranda / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 192: Cinta yang Semakin Kuat

Share

Bab 192: Cinta yang Semakin Kuat

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 23:47:12

Setelah melalui berbagai tantangan dalam bisnis dan kehidupan, Arissa dan Nathaniel semakin menyadari satu hal yang sangat penting: keberhasilan mereka tidak hanya diukur dari seberapa maju klinik yang mereka bangun, tetapi juga dari seberapa erat hubungan mereka sebagai pasangan.

Mereka tahu bahwa kesibukan dalam mengelola klinik bisa membuat mereka tenggelam dalam pekerjaan. Namun, mereka juga tidak ingin hubungan mereka menjadi dingin hanya karena terlalu sibuk mengejar kesuksesan.

Suatu malam, setelah selesai bekerja, Nathaniel menatap Arissa yang tengah duduk di sofa ruang tamu mereka dengan secangkir teh di tangannya. Wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum kecil yang selalu menghiasi bibirnya.

"Kau terlihat lelah," kata Nathaniel sambil duduk di sampingnya.

Arissa mengangguk, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Nathaniel. "Sedikit. Tapi aku merasa puas. Aku bahagia."

Nathaniel tersenyum dan mengecup puncak kepalanya. "Aku ingin kita tetap seperti ini. Tidak peduli seberapa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 193: Kejutan Penuh Makna

    Suara jarum jam di ruang kerja Nathaniel berdetak pelan, mengisi keheningan yang tercipta saat ia menatap kalender di meja kerjanya. Tanggal yang dilingkari dengan tinta merah itu tinggal seminggu lagi. Sudah enam bulan sejak klinik yang ia dirikan bersama Arissa mulai beroperasi, dan sejauh ini, pencapaian mereka melampaui ekspektasi. Nathaniel tersenyum, mengingat bagaimana Arissa selalu bekerja tanpa kenal lelah, memberikan yang terbaik untuk setiap pasien yang datang."Ia pantas mendapatkan sesuatu yang istimewa," gumam Nathaniel pada dirinya sendiri sambil meraih ponselnya.Malam itu, setelah Arissa tertidur pulas, Nathaniel diam-diam membuat beberapa panggilan telepon. Ia menghubungi orangtua Arissa di Surabaya, meminta mereka untuk datang ke Jakarta minggu depan. Ia juga menelepon beberapa teman dekat dan anggota keluarga, memastikan mereka bisa hadir dalam acara kejutan yang ia rencanakan. Semuanya harus sempurna. Ini bukan hanya perayaan kesuksesan klinik mereka, tapi juga pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 194: Ungkapan Hati yang Terdalam

    Malam itu, setelah semua tamu undangan pulang, Nathaniel dan Arissa memutuskan untuk tidak langsung kembali ke rumah. Mereka duduk berdampingan di balkon hotel, menikmati pemandangan kota Jakarta yang tak pernah tidur. Lampu-lampu gedung pencakar langit berkelap-kelip bagai bintang-bintang buatan, memantulkan cahayanya pada wajah Arissa yang masih terlihat terharu."Masih tidak percaya kau melakukan semua ini untukku," kata Arissa sambil menyandarkan kepalanya di bahu Nathaniel. Matanya masih berkaca-kaca, mengingat kejutan indah yang baru saja ia terima.Nathaniel hanya tersenyum, mengusap punggung tangan Arissa dengan ibu jarinya. "Kau pantas mendapatkannya, sayang. Bahkan lebih dari ini."Keheningan yang nyaman menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Hanya deru angin malam dan dengung samar aktivitas kota yang terdengar. Arissa memejamkan mata, meresapi setiap detik kebersamaan ini. Dalam hatinya, ia merasakan gelombang rasa syukur yang tak terbendung."Nat," Arissa memecah kehenin

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 195: Ungkapan Hati yang Terdalam (2)

    "Kau tahu apa yang paling kusyukuri dari pernikahan kita?" tanya Arissa."Apa itu?""Bahwa kita tidak hanya menjadi pasangan hidup, tapi juga mitra dalam segala hal. Banyak pasangan yang kehilangan jati diri mereka setelah menikah, tapi kita justru menemukan versi terbaik dari diri kita masing-masing."Arissa melanjutkan dengan suara yang semakin penuh emosi. "Kau memberiku ruang untuk berkembang, untuk mengejar impianku, tanpa pernah merasa terancam. Kau mendukungku di saat-saat tergelap, dan merayakan bersamaku di saat-saat paling cerah. Itulah yang membuatku jatuh cinta padamu setiap hari, lagi dan lagi."Nathaniel tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia memeluk Arissa erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Terima kasih, Rissa. Terima kasih sudah memilihku sebagai pendampingmu."Mereka berdiri di sana, dalam pelukan satu sama lain, sementara kota terus berdetak di bawah mereka. Dua jiwa yang telah menemukan rumah dalam diri masing-masing, dua hati yang berdetak dalam irama yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 196: Ketenangan yang Baru Dimulai

    Alunan musik perlahan memudar. Cahaya lampu-lampu hias berkedip untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya padam. Dekorasi pesta yang megah kini terlihat semakin tenang di bawah cahaya remang-remang. Para tamu mulai beranjak satu per satu, meninggalkan jejak kebahagiaan dan ucapan selamat yang masih menggema di ruangan.Nathaniel berdiri di sudut taman, memandang ke arah langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Ia menghela napas panjang, merasakan beban berat di pundaknya perlahan terangkat. Arissa menghampirinya dengan langkah pelan, gaun putihnya masih berkilau tertimpa cahaya bulan."Apa yang kau pikirkan?" tanya Arissa lembut, tangannya yang halus menyentuh lengan Nathaniel.Nathaniel tersenyum, matanya menerawang jauh. "Aku memikirkan betapa jalannya hidup begitu tidak terprediksi. Dulu, aku hanya seorang eksekutif muda yang ambisius, terobsesi dengan kekuasaan dan pengakuan. Dan lihat kita sekarang."Arissa mengangguk pelan. Dia sangat memahami perj

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 197: Ketenangan yang Baru Dimulai (2)

    "Kau ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya Arissa, menyesap anggurnya.Nathaniel tersenyum. "Tentu saja. Kau adalah jurnalis yang ditugaskan untuk mewawancaraiku tentang skandal keuangan yang menimpa perusahaanku.""Dan kau begitu arogan dan defensive," tambah Arissa, tertawa kecil."Karena aku tidak bersalah," Nathaniel mengingatkan. "Tapi semua bukti seolah mengarah padaku.""Dan kemudian aku mulai menyelidiki lebih dalam, menemukan kejanggalan dalam tuduhan terhadapmu, dan akhirnya membantu membuktikan ketidakbersalahanmu.""Kau adalah satu-satunya orang yang percaya padaku saat itu," kata Nathaniel pelan, matanya menatap Arissa dengan penuh kasih sayang. "Bahkan ketika teman-teman dan rekan bisnisku berpaling, kau tetap di sisiku.""Karena aku melihat ketulusan di matamu," jawab Arissa. "Dan seiring waktu, aku juga melihat sisi lain darimu yang tidak pernah kau tunjukkan kepada dunia luar. Sisi yang lembut, penuh kasih sayang, dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 198: Mendekap Kesempurnaan

    Sinar matahari pagi menerobos celah tirai jendela, menciptakan pola-pola keemasan di lantai kayu rumah mereka. Arissa terbangun perlahan, meregangkan tubuhnya yang masih terasa lelah namun puas setelah bekerja sepanjang hari kemarin di kliniknya. Ia melirik ke samping, mendapati sisi tempat tidur Nathaniel sudah kosong. Aroma kopi yang menguar dari dapur memberi tahu Arissa di mana suaminya berada.Dengan langkah ringan, Arissa berjalan menuju dapur dan menemukan Nathaniel sedang menuangkan kopi ke dalam dua cangkir porselen favorit mereka. Dia tersenyum melihat kedatangan Arissa."Selamat pagi, dokter," sapa Nathaniel dengan nada menggoda, mengulurkan secangkir kopi yang masih mengepul.Arissa tersenyum, menerima cangkir tersebut dengan kedua tangannya yang hangat. "Selamat pagi juga, Tuan Pengusaha yang Bijaksana."Mereka berdua tertawa pelan. Gelar-gelar yang mereka sematkan satu sama lain adalah bentuk candaan pribadi yang merayakan perjalanan mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 199: Mendekap Kesempurnaan

    Hari itu berjalan seperti biasa – sibuk namun teratur. Arissa menangani berbagai kasus, dari penyakit ringan seperti flu dan demam hingga kondisi kronis seperti diabetes dan hipertensi. Pendekatan holistiknya menggabungkan pengobatan modern yang ia pelajari di fakultas kedokteran dengan kearifan lokal yang ia pelajari dari tetua desa, terutama dari Pak Darmo, seorang dukun desa yang kini menjadi sahabat dan mentornya.Menjelang siang, ketika pasien-pasien pertama telah ditangani, Pak Darmo datang dengan sekeranjang tanaman herbal segar. Pria tua itu membawa senyum lebar di wajahnya yang keriput."Selamat siang, Nak Arissa," sapanya riang. "Aku membawa jahe merah dan kunyit yang kau minta kemarin. Juga beberapa tanaman lain yang kupikir akan berguna untuk ramuanmu."Arissa tersenyum hangat. "Terima kasih, Pak Darmo. Mari, kita bisa membicarakannya di ruang belakang sambil minum teh."Di ruang belakang yang nyaman, Arissa dan Pak Darmo duduk berhadapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 200: Cahaya di Ujung Perjalanan

    Matahari pagi merayap masuk melalui jendela kamar, menciptakan pola-pola keemasan pada lantai kayu. Nathaniel membuka mata perlahan, senyum kecil terukir di wajahnya bahkan sebelum kesadarannya sepenuhnya kembali. Di sampingnya, Sara masih tertidur pulas, helai rambut gelapnya menyebar di atas bantal putih seperti kabut malam yang berserakan.Sudah tiga bulan sejak Nathaniel mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO Morgan & Reed Investments. Tiga bulan sejak ia meninggalkan kehidupan yang telah ia bangun selama lima belas tahun terakhir. Tiga bulan sejak ia memilih untuk mendengarkan bisikan hatinya yang selama ini teredam oleh deru mesin korporasi.Perlahan, Nathaniel bangkit dari tempat tidur, berhati-hati agar tidak membangunkan Sara. Ia melangkah ke arah jendela dan membukanya lebar-lebar, membiarkan udara pegunungan yang segar menyapu wajahnya. Villa kecil yang mereka sewa di tepi Danau Como ini mungkin tidak sebanding dengan apartemen mewahnya di Manhatta

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04

Bab terbaru

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 252

    "Sangat sulit," Bima mengakui dengan jujur. "Terutama saat kamu benar-benar marah atau terluka. Tapi itu sepadan. Karena di akhir percakapan itu, kami biasanya menemukan pemahaman baru dan hubungan kami menjadi lebih kuat."Arjuna mengangguk, tampak memikirkan kata-kata ayahnya dengan serius. "Kurasa itulah sebabnya kalian masih sangat mencintai satu sama lain setelah bertahun-tahun."Bima tersenyum, terharu oleh observasi putranya. "Ya, kurasa begitu. Cinta bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja; itu adalah pilihan yang kami buat setiap hari—untuk tetap bersama, untuk menyelesaikan masalah, untuk mendukung satu sama lain."Di usianya yang ke-15, Bima dan Kirana menghadapi tantangan baru dalam pernikahan mereka. Kirana ditawari posisi penting di perusahaan internasional—sebuah kesempatan yang telah lama ia impikan. Namun, posisi itu mengharuskannya untuk pindah ke kota lain."Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Kirana, setel

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 251

    Bima menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih. "Maksudmu?""Maksudku, dulu aku mencintaimu karena kamu tampan, pintar, dan selalu membuatku tertawa. Sekarang, aku mencintaimu karena semua itu, ditambah dengan bagaimana kamu sebagai suami, sebagai ayah, dan sebagai mitra hidupku. Aku mencintaimu karena semua yang telah kita lalui bersama, semua kenangan yang kita buat, dan semua impian yang masih kita kejar."Bima tersentuh oleh kata-kata istrinya. "Aku juga merasakan hal yang sama. Cinta kita telah bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam dan berarti.""Dan itu yang membuatnya istimewa," lanjut Kirana. "Bahwa cinta kita bukan sekadar perasaan sesaat, tetapi komitmen yang terus dipupuk setiap hari."Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, mendengarkan deburan ombak dan menikmati kebersamaan mereka. Bima meBima menggenggam tangan Kirana, merasakan tekstur lembut kulitnya yang sudah sangat familiar. "Kamu tahu, ada sesuatu yang ingin ku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 250

    "Kamu tahu apa yang paling kusukai dari hubungan kita?" tanya Bima."Apa?""Kita tidak hanya bertahan, tapi kita berkembang. Kita tidak hanya sekadar pasangan yang tinggal bersama, tapi kita benar-benar hidup bersama—berbagi mimpi, ketakutan, harapan, dan kebahagiaan."Kirana mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Dan itulah yang membuatnya istimewa, bukan? Bahwa di tengah dunia yang semakin individualistis, kita masih menemukan cara untuk benar-benar terhubung dan hadir satu sama lain.""Tepat sekali," Bima setuju. "Dan aku berjanji akan selalu menjaga hubungan ini, apapun yang terjadi."Mereka duduk di sana hingga larut malam, berbincang tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan, deadline, atau masalah sehari-hari. Hanya ada mereka berdua, dan cinta yang terus tumbuh di antara mereka.Waktu berlalu dengan cepat. Arjuna kini berusia lima tahun, dan Bima serta Kirana dikaruniai anak

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 249

    "Kamu tahu," kata Bima tiba-tiba, "ada satu hal lagi yang membuat kita bertahan: kita tidak pernah berhenti tumbuh bersama."Kirana menatapnya penasaran. "Maksudmu?""Maksudku, kita tidak hanya mendukung pertumbuhan satu sama lain, tetapi kita juga tumbuh sebagai pasangan. Kita belajar dari kesalahan, beradaptasi dengan perubahan, dan selalu mencari cara untuk menjadi versi terbaik dari diri kita—baik sebagai individu maupun sebagai pasangan."Kirana tersenyum, menyadari kebenaran dalam kata-kata suaminya. Mereka memang telah melalui banyak perubahan dan tantangan, tetapi alih-alih membiarkan hal-hal tersebut memisahkan mereka, mereka menjadikannya sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama."Aku mencintaimu," bisik Kirana, mengulangi kata-kata yang telah mereka ucapkan ribuan kali namun tidak pernah kehilangan maknanya."Aku lebih mencintaimu," balas Bima, sebelum keduanya terlelap dalam pelukan hangat, di samping buah hati mereka yang tertidur

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 248

    "Kamu tahu," kata Bima suatu malam saat mereka berbaring bersama di tempat tidur, "aku mulai menyadari bahwa tidak semua 'pekerjaan penting' itu benar-benar penting."Kirana menoleh, tertarik. "Maksudmu?""Selama ini aku selalu berpikir bahwa setiap email harus dijawab segera, setiap masalah harus diselesaikan hari itu juga. Tapi ternyata tidak. Beberapa hal memang mendesak, tapi sebagian besar bisa menunggu.""Dan dunia tidak runtuh karenanya," tambah Kirana dengan senyum."Tepat sekali. Justru sebaliknya, aku merasa lebih produktif di kantor karena aku tahu waktuku terbatas. Aku harus menyelesaikan semua pekerjaan penting sebelum pulang, karena di rumah adalah waktuku bersamamu."Kirana mengangguk setuju. Ia juga mulai menerapkan hal serupa di tempat kerjanya. Alih-alih lembur hingga larut malam, ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya dalam jam kerja normal. Tentu saja ada pengecualian untuk proyek-proyek penting, tetapi ia tidak lagi membiarkan pekerjaan mengambil alih seluruh hidu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 247: Keseimbangan Dalam Cinta

    Suara dentingan sendok beradu dengan cangkir kopi memecah keheningan pagi itu. Bima menatap keluar jendela, mengamati titik-titik embun yang masih menggantung di dedaunan. Di hadapannya, Kirana sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, sesekali mengernyitkan dahi. Meskipun berada di ruangan yang sama, mereka seolah berada di dunia yang berbeda—masing-masing tenggelam dalam urusan pekerjaannya."Deadline-nya besok," gumam Kirana, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Proposal ini harus selesai malam ini."Bima hanya mengangguk pelan. Ia sendiri memiliki tumpukan dokumen yang menunggu untuk ditinjau. Sejak mendapat promosi sebagai kepala divisi, waktu luangnya semakin terkikis. Begitu pula dengan Kirana yang kini menjabat sebagai manajer proyek di perusahaan konsultan ternama.Keduanya telah menikah selama lima tahun, dan tiga tahun terakhir telah menjadi periode paling sibuk dalam kehidupan mereka. Karier mereka menanjak, tanggung jawab bertambah, dan waktu bersama semakin berkurang. Nam

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 246: Kita tidak mengorbankan

    "Mau minum kopi?" tanyanya. "Ada kafe kecil di seberang jalan. Kita bisa... bicara. Sudah lama sejak terakhir kali kita benar-benar bicara."Arissa ragu sejenak. Bagian rasional dari dirinya tahu bahwa ini mungkin bukan ide yang baik, bahwa membuka kembali luka lama hanya akan membuat penyembuhan semakin sulit. Tapi ada bagian lain yang tidak bisa ia sangkal—bagian yang selalu merindukan percakapan panjang mereka, tawa mereka, dan pengertian diam mereka."Baiklah," jawabnya akhirnya. "Satu kopi."Di kafe kecil yang nyaman itu, dengan secangkir kopi panas di antara mereka, dinding yang mereka bangun selama bertahun-tahun perlahan mulai runtuh. Mereka berbicara tentang impian mereka yang telah terwujud, tentang perjuangan mereka, tentang kesendirian yang kadang-kadang menghinggapi di tengah kesuksesan."Kau tahu," kata Reyhan setelah jeda panjang, "aku sering bertanya-tanya bagaimana jadinya jika aku tidak pergi waktu itu. Jika aku memilih untuk tingg

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 245: Mereka luar biasa, bukan?

    "Bagus sekali. Kita bisa mendiskusikannya di rapat tim minggu depan. Aku selalu menginginkan Sentuhan Hati untuk berkembang menjadi pusat kesehatan holistik yang lengkap, bukan hanya klinik pijat."Setelah berpisah dengan Rini, Arissa melanjutkan perjalanan ke kantornya dengan langkah ringan. Inisiatif timnya adalah bukti bahwa ia telah berhasil membangun budaya kerja yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Para terapisnya tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi mereka juga memiliki rasa kepemilikan terhadap kesuksesan klinik.Di kantornya, Arissa mulai mengerjakan draft artikel untuk jurnal terapi. Ia memutuskan untuk menulis tentang pendekatan kolaboratif antara terapi pijat dan pengobatan konvensional, menggunakan kasus Pak Hendra (dengan persetujuannya, tentu saja) sebagai contoh.Sementara jari-jarinya menari di atas keyboard, pikirannya kembali melayang ke undangan Reyhan. Pameran itu akan diadakan minggu depan, bertepatan dengan kunjungan Pak Dharma untu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 244: ide yang sangat menarik.

    "Ah, Bu Arissa," suara Pak Hendra terdengar lebih cerah dari yang ia duga. "Saya baru saja akan menelepon Ibu. Saya sudah bertemu Dr. Santoso pagi ini.""Oh, bagus sekali! Bagaimana hasilnya, Pak?""Dokter mengatakan Ibu benar untuk merujuk saya. Ada masalah kecil dengan diskus di tulang belakang saya. Tidak serius, tapi perlu penanganan. Beliau merekomendasikan kombinasi terapi fisik dan pijat khusus. Dan beliau sangat menghargai kemampuan observasi terapis Ibu."Arissa tersenyum lega. "Saya senang mendengarnya, Pak. Terapi fisik sangat bagus untuk kondisi Bapak. Dan tentu saja, kami bisa menyesuaikan terapi pijat untuk mendukung pemulihan Bapak.""Ya, Dr. Santoso bahkan menyarankan terapi pijat di klinik Ibu sebagai bagian dari program pemulihannya. Katanya Sentuhan Hati memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan dokter."Ini adalah berita yang menggembirakan bagi Arissa. Kolaborasi dengan dokter-dokter terkemuka seperti Dr. Santoso adalah sa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status