หน้าหลัก / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / บทที่ 211 - บทที่ 220

บททั้งหมดของ Pijatan Nikmat Sang CEO: บทที่ 211 - บทที่ 220

238

Bab 211

Siang itu, kafe kecil di sudut jalan Menteng tampak tenang, dengan hanya beberapa pengunjung yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Di meja paling pojok, Arissa dan Nathaniel duduk berhadapan, di antara mereka tersebar beberapa lembar kertas dan sebuah jurnal kecil bersampul kulit berwarna cokelat tua. Secangkir kopi hitam yang masih mengepul di hadapan Nathaniel dan teh chamomile yang setengah habis di depan Arissa menemani diskusi mereka yang sudah berlangsung selama hampir dua jam."Jadi," Arissa mengangkat pensilnya, mengetuk-ngetukkannya pelan ke atas jurnal yang terbuka, "kita sepakat untuk mengadakan pernikahan di akhir September tahun depan?"Nathaniel mengangguk, senyum hangat tersungging di bibirnya saat melihat tunangan cantiknya yang begitu serius mencatat setiap detail. "Cuaca akan sempurna pada saat itu. Tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin."Arissa tersenyum, membayangkan dedaunan yang mulai berubah warna—merah, oranye, dan keemasan—menciptakan latar yang sempurn
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
อ่านเพิ่มเติม

Bab 212

"Lalu bagaimana dengan cincin pernikahan?" tanya Nathaniel.Arissa tampak berpikir. "Aku ingin sesuatu yang simpel, Nate. Tidak perlu berlian besar atau permata mencolok. Mungkin cincin emas putih dengan ukiran sederhana di dalamnya?""Ukiran apa?""Tanggal pertemuan pertama kita," jawab Arissa dengan senyum lembut. "Hari ketika kau marah padaku karena aku menumpahkan kopi ke bukumu."Nathaniel tertawa mengingat momen tersebut. "Aku tidak pernah bisa benar-benar marah padamu, kau tahu itu.""Bohong," Arissa menggoda. "Kau hampir membentakku jika aku tidak langsung meminta maaf dan menawarkan untuk mengganti bukumu.""Dan kemudian kau mengajakku minum kopi sebagai permintaan maaf," Nathaniel tersenyum mengenang. "Kopi terburuk yang pernah kuminum, tapi percakapan terbaik yang pernah kualami."Mereka berdua tenggelam dalam kenangan untuk beberapa saat, mengingat bagaimana perjalanan cinta mereka dimulai dari sebuah kecelakaan kecil di p
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

BAB 213

"Kau yakin tentang ini, sayang? Maksudku, pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup," ucap Bibi Eleanor, adik dari ibu Nathaniel, sambil menyesap teh Earl Grey-nya dengan anggun. Tatapannya yang tajam tak lepas dari Arissa yang duduk di hadapannya.Arissa menahan napas sejenak, berusaha tetap tenang meski ini adalah kali kesepuluh dalam seminggu terakhir ia harus menjawab pertanyaan serupa. "Ya, Bibi Eleanor. Kami yakin ingin pernikahan yang sederhana.""Tapi keluarga Hart tidak pernah mengadakan pernikahan sederhana," Bibi Eleanor bersikeras, suaranya lembut namun mengandung ketegasan khas aristokrat Inggris. "Bahkan pernikahan sepupumu Thomas yang notabene hanya seorang dokter gigi pun dihadiri oleh hampir 300 tamu."Dari sudut matanya, Arissa bisa melihat Nathaniel yang sedang berbincang dengan ayahnya di teras villa, sesekali melirik ke arah mereka dengan tatapan cemas. Ia tahu tunangannya itu ingin menyelamatkannya dari interogasi Bibi Eleanor, tapi ia j
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

Bab 214

"Maksudmu?""Bagaimana jika kita meminta beberapa teman kita yang berbakat musik untuk tampil? Jake dengan gitarnya, Dina dengan suara emasnya. Kau juga bisa memainkan piano untuk satu atau dua lagu."Nathaniel tampak terkejut. "Kau ingin aku bermain piano di pernikahan kita sendiri?""Hanya jika kau mau," Arissa tersenyum lembut. "Aku selalu suka mendengarmu bermain. Dan bukankah akan lebih bermakna jika musik di pernikahan kita dimainkan oleh orang-orang yang kita cintai?"Nathaniel tampak mempertimbangkan ide tersebut. "Aku bisa memainkan Debussy, 'Clair de Lune'. Lagu yang kumainkan saat kita pertama kali bertemu di pesta kampus itu.""Sempurna," bisik Arissa, matanya berkaca-kaca mengingat momen tersebut.Malam itu, saat makan malam keluarga di ruang makan besar villa, pembicaraan kembali mengarah ke pernikahan. Namun kali ini, alih-alih kritik dan pertanyaan yang menantang, keluarga mulai mendiskusikan detail pernikahan dengan semangat
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

Bab 215: Janji Seumur Hidup

Ketika hari pernikahan tiba, suasana penuh kebahagiaan dan cinta mengisi ruangan. Pernikahan yang sederhana tetapi penuh dengan kehangatan ini berlangsung dengan indah. Saat mereka mengucapkan janji pernikahan, banyak mata yang berkaca-kaca, termasuk mereka berdua. Nathaniel dan Arissa tahu bahwa ini adalah awal dari babak baru dalam hidup mereka, dan mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan mencintai tanpa syarat.Pagi itu, Arissa terbangun dengan detak jantung yang cepat. Jari-jarinya sedikit gemetar saat ia menyentuh gaun putih gading yang tergantung di lemari. Gaun itu sederhana namun elegan, dengan detail renda halus yang menutupi bagian atas dan mengalir lembut ke bawah. Ia memilih gaun tersebut karena mengingatkannya pada kesederhanaan cinta mereka—tidak berlebihan, namun bermakna dalam."Kau siap?" tanya Nadia, sahabat sekaligus pendamping pengantinnya, yang baru saja masuk ke kamar dengan secangkir teh chamomile hangat.Arissa mengangguk
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
อ่านเพิ่มเติม

Bab 216: Janji Seumur Hidup 2

Di meja utama, Nathaniel dan Arissa duduk berdampingan, kadang-kadang saling berbisik dan tertawa kecil, atau sekadar saling memandang dengan penuh cinta. Mereka tampak seolah-olah mereka berada di dunia mereka sendiri, meski dikelilingi oleh begitu banyak orang yang mereka sayangi.Reza, sebagai pendamping pria, berdiri untuk memberikan toast pertama. Dengan gelas sampanye terangkat, ia bercerita tentang bagaimana ia menyaksikan perubahan Nathaniel sejak bertemu Arissa—dari seorang pria yang selalu mempertanyakan dirinya sendiri menjadi seseorang yang akhirnya menemukan keyakinan dan tujuan."Kepada Nathaniel dan Arissa," ia mengakhiri toastnya, "semoga cinta kalian terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Cheers!"Nadia kemudian mengambil giliran, bercerita dengan nada penuh humor tentang bagaimana Arissa dulu bersumpah tidak akan pernah menikah setelah patah hati hebat beberapa tahun lalu. "Dan lihat dia sekarang," Nadia tersenyum pada sahaba
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
อ่านเพิ่มเติม

Bab 217: Berdua di Tepi Pantai

Setelah pernikahan, mereka berdua memutuskan untuk menjalani bulan madu yang sederhana namun bermakna. Mereka pergi ke tempat yang tenang di luar kota, jauh dari sorotan publik, untuk menikmati waktu bersama. Di sana, mereka benar-benar menikmati kebersamaan mereka tanpa gangguan, menyadari betapa pentingnya hubungan ini dalam hidup mereka.Pagi itu, mobil sedan putih Nathaniel meluncur meninggalkan hiruk pikuk kota. Jendela diturunkan separuh, membiarkan angin pagi membelai lembut wajah Arissa yang masih terlihat lelah setelah resepsi pernikahan mereka sehari sebelumnya. Namun, kelelahan itu tidak mengurangi kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Sesekali ia melirik cincin perak yang sekarang melingkar di jari manisnya, seolah meyakinkan diri bahwa semua ini nyata—bahwa ia telah resmi menjadi istri dari pria yang kini fokus menyetir di sampingnya."Kau tersenyum terus sejak tadi," kata Nathaniel sambil melirik sekilas ke arahnya."Aku masih tidak perca
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
อ่านเพิ่มเติม

Bab 218: Untuk Istriku, Sahabatku, Cintaku

"Kau tahu," kata Arissa di sela-sela menonton film ketiga mereka, "dulu aku selalu menganggap hujan sebagai gangguan. Apalagi saat ada rencana outdoor.""Dan sekarang?" tanya Nathaniel, memainkan rambut Arissa yang bersandar di dadanya."Sekarang aku melihatnya sebagai undangan untuk menikmati waktu dengan cara berbeda," jawabnya. "Seperti hari ini. Bagaimana hujan membuat kita menciptakan kenangan yang tidak kalah indahnya dengan hari-hari cerah.""Filosofis sekali, istriku," Nathaniel tersenyum. "Tapi aku setuju. Mungkin itulah yang perlu kita ingat dalam pernikahan—bahwa tidak semua hari akan cerah, dan itu tidak apa-apa. Kita bisa menemukan keindahan bahkan dalam badai sekalipun, selama kita bersama."Malam itu, setelah hujan reda, mereka duduk di beranda dengan secangkir teh hangat. Udara terasa segar setelah hujan seharian, dan langit malam tampak lebih jernih dari biasanya. Nathaniel tiba-tiba mengeluarkan sebuah buku kecil dari sakunya&mdash
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
อ่านเพิ่มเติม

Bab 219: Harmoni dan Tantangan

Kehidupan pasca-pernikahan mereka dimulai dengan penuh kebahagiaan, meskipun tidak tanpa tantangan. Mereka harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari sebagai pasangan suami istri, dan meskipun mereka lebih damai, kadang-kadang ada hal-hal kecil yang menantang mereka. Misalnya, Arissa yang kini harus mengatur waktu antara kliniknya yang semakin berkembang dan peran barunya sebagai istri Nathaniel. Nathaniel juga harus menyeimbangkan kehidupan pribadi dan tanggung jawab yang masih ada di luar bisnis.Pagi itu, Arissa terbangun dengan suara alarm yang berbunyi nyaring di samping tempat tidur. Tangannya meraba-raba meja kecil di samping ranjang untuk mematikan suara yang mengganggu tidurnya. Ketika matanya terbuka sepenuhnya, ia menyadari bahwa sisi ranjang di sampingnya telah kosong. Nathaniel pasti sudah bangun lebih awal. Aroma kopi yang menguar dari arah dapur mengonfirmasi dugaannya."Selamat pagi," sapa Nathaniel dengan senyum hangat ketika Arissa muncul di
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
อ่านเพิ่มเติม

Bab 220: Pernikahan adalah proses, bukan?

"Maaf aku terlambat," kata Arissa begitu membuka pintu, menemukan Nathaniel sedang menata meja makan."Hei, tidak apa-apa. Hanya 15 menit," Nathaniel tersenyum, mendekati istrinya dan mengecup keningnya. "Meeting berjalan lancar?"Arissa mendesah. "Tidak seperti yang kuharapkan. Investor punya banyak persyaratan yang... well, cukup mengintervensi.""Ceritakan padaku sambil makan?" Nathaniel menarik kursi untuk Arissa. "Aku membuat carbonara. Dan ada tiramisu untuk pencuci mulut.""Kau yang terbaik," Arissa tersenyum lelah tapi penuh terima kasih.Selama makan malam, Arissa menceritakan tentang meeting dan dilema yang ia hadapi mengenai investasi tersebut. Nathaniel mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan sudut pandang yang berbeda."Bagaimana menurutmu?" tanya Arissa setelah menjelaskan semuanya. "Apakah aku terlalu keras kepala dengan menolak mengubah fokus klinik?"Nathaniel memikirkannya sejenak. "Aku pikir prinsip
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
192021222324
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status