Semua Bab Menemukan Cinta Kembali: Bab 21 - Bab 30

60 Bab

Bab 21

"Memang ya, pernikahan Birru dan Flora membawa banyak berkah buat Mbak Lia," ucap Dea dengan penuh ketulusan dan rasa syukur. Mendengar itu, Lia tersenyum hangat, hatinya dipenuhi kebahagiaan dan rasa syukur yang tak terhingga. "Iya, Mama bener banget! Aku juga kena getahnya, loh!" sahut Renata, yang duduk di samping Dea, Mamanya ikut berseru dengan antusias. Mereka sedang berkumpul di rumah Lia dalam acara tasyakuran untuk merayakan kehamilan Violet. Setelah hampir empat tahun menanti, akhirnya doa-doa Violet dan suaminya beserta keluarga terkabul—ia hamil. "Emang lu dapat getah apa, Re?" tanya Violet, melirik Renata dengan penasaran. Renata tersenyum lebar sebelum menjawab dengan penuh semangat, "Gue dapat izin kuliah di kampus favorit gue!" "Wah, serius? Kok bisa?" Violet semakin ingin tahu. Renata langsung mengangkat kedua tangannya dan menunjuk ke arah Flora yang duduk tak jauh darinya. "Karena ada Flora!" serunya dengan gaya dramatis. Flora yang sejak tadi diam hany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 22

"Sejak kapan lu pacaran sama dia?!" Suara Birru menggema di dalam kamar, penuh tuntutan. Flora hanya duduk diam di kursi meja belajarnya, menunduk kosong menatap tumpukan buku di depannya. Tidak ada niat untuk menjawab. "Jawab, Flo!" suara Birru semakin keras, lebih mendesak. Tangannya terulur, menggenggam dagu Flora, memaksanya menatap ke arahnya. Flora menepis tangan Birru dengan kasar. "Lepas!" serunya dengan nada kesal. "Mau sejak kapan bukan urusan lu!" lanjutnya tajam. Ia langsung berdiri, meninggalkan Birru tanpa sedikit pun menoleh. Tanpa ragu, Flora melangkah menuju walk-in closet. Acara Violet memang belum selesai, tapi mood-nya sudah hilang. Ia tak ingin berurusan dengan siapa pun lagi malam ini. Tidur jauh lebih baik daripada harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang semakin membuatnya lelah. Saat membuka lemari pakaian, ia menarik napas panjang. Tangannya terhenti di udara, sementara matanya terpaku kosong pada deretan pakaian yang tersusun rapi di hadapanny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 23

Dua tahun lalu. Pagi itu, sebulan setelah kepulangannya dari luar negeri, Birru sudah lebih dulu tiba di rumah Flora sebelum gadis itu bersiap berangkat sekolah. Saat Flora keluar dari kamar menuju meja makan, ia terkejut melihat Birru duduk santai di sana, menikmati sarapan bersama papanya. “Mas Birru?” Flora berseru dengan mata berbinar, segera menarik kursi tepat di hadapan pria itu. Birru menoleh dan tersenyum simpul. “Hai, Flo.” “Ada apa nih? Kok pagi-pagi udah di sini? Kemarin-kemarin aja aku ajak ketemuan buat curhat, malah sibuk.” Flora memasang ekspresi menggemaskan, meski nada suaranya jelas menunjukkan betapa senangnya ia melihat Birru di sana. “Protes mulu!” celetuk Didit, papanya, sambil menggoda. “Papa…” Flora merengek manja, sementara Birru hanya tertawa kecil. “Sekarang aku udah nggak sibuk, Flo. Makanya, subuh tadi aku udah sampai sini.” Nada sarkas yang keluar dari mulut Birru justru sukses membuat Flora tersenyum, meskipun tadi ia sempat manyun. Hari i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 24

Birru melangkah cepat begitu mendapat kabar Flora dilarikan ke rumah sakit. Napasnya memburu, dadanya sesak, pikirannya kalut. Begitu melewati pintu utama, matanya langsung menangkap hampir seluruh keluarga besar mereka berkumpul di lorong. Dan di antara mereka, ada Bunda dan kedua mertuanya. Jantungnya semakin berdebar kencang. Rasa bersalah menyergapnya tanpa ampun. Otaknya berusaha mencari alasan untuk menjelaskan di mana ia saat Flora pingsan, mengapa ia tidak ada di rumah. Namun, di saat bersamaan, pikirannya terasa buntu—rasa khawatirnya jauh lebih menguasai. "Re," panggilnya pelan, memilih Renata sebagai satu-satunya orang yang mungkin bisa diajak bicara saat ini. Renata menoleh cepat, ekspresinya berubah drastis. Kemarahan jelas terpancar di matanya. "Lu gila, Mas?! Ke mana aja lu!?" desisnya tajam, suaranya tertahan agar tak menarik perhatian lebih banyak orang. "Sorry," ujar Birru lirih. Renata mendengus. "Sorry?! Emang gila lu, gampang banget mulut lu ngomongnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 25

Setelah minum obat dan memberi jeda, Flora akhirnya pasrah saat Birru mulai menyuapinya. Ia sebenarnya lebih memilih tidak makan daripada harus menerima bantuan Birru dan merasa berutang budi. Tapi kesehatannya lebih penting. "Lu nggak mual?" tanya Birru tiba-tiba, ekspresinya terlihat heran. Sejak tadi, Flora tampak menikmati makanannya tanpa sedikit pun terlihat terganggu. Flora melirik malas ke arahnya, memilih diam daripada meladeni pertanyaan yang menurutnya aneh. "Flo?" Birru menuntut jawaban. "Enggak!" jawab Flora ketus. "Lu kan bisa lihat sendiri kalau orang mual tuh gimana. Kenapa, sih?!" Birru menatapnya lekat-lekat, mencoba memastikan sesuatu. Yang ia tahu, wanita hamil biasanya lebih sensitif terhadap bau tertentu, terutama yang amis, dan mudah kehilangan selera makan. Tapi Flora justru sebaliknya—ia makan dengan lahap tanpa menunjukkan tanda-tanda mual. Flora semakin risih diperhatikan begitu lama. Ia melirik Birru dengan sinis. "Apa sih?" desisnya. "Ini ika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 26

Menjelang ujian akhir sekolah, Birru mengambil keputusan besar—mengundurkan diri sebagai guru. Namun, tak lama setelah itu, ia justru diangkat menjadi CEO Grup perusahaan peninggalan mendiang ayahnya. Sekolah tempatnya mengajar adalah bagian dari grup tersebut, jadi meskipun tak lagi mengajar, ia tetap bisa mengawasinya dari kejauhan. Siang itu, ruangan kantornya yang luas terasa sunyi sampai suara ketukan pintu diiringi langkah seseorang masuk tanpa menunggu izin. Violet datang dengan ekspresi puas, seperti ada sesuatu yang ingin ia tegaskan. "Nah, gitu dong, jelas." Ia menutup pintu dengan satu tangan dan berjalan santai menuju sofa. "Gue udah heran dari awal, kenapa lu tiba-tiba pengen jadi guru? Gara-gara Flora, ya?" Birru mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan menatap Violet dengan alis berkerut. "Lu mau ngomongin soal perusahaan atau Flora?" tanyanya datar. Violet mengangkat bahu. "Dua-duanya." Ia duduk bersandar di sofa, satu tangan mengelus perutnya yang mulai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 27

"Flo, pulanglah. Ada Mama kamu yang jaga Bunda di sini," ujar Lia dengan suara lemah, tangannya terulur lembut ke arah Flora. Flora tetap diam, menatap wajah ibu mertuanya yang semakin pucat. Matanya sembab, sisa air mata masih menggenang di pelupuk. Ia tidak ingin pergi, tidak ketika kondisi Bunda terus memburuk. Desi yang sejak tadi membereskan barang di sudut ruangan berbalik, menatap putrinya dengan penuh pengertian. "Iya, Sayang, bulan depan kamu sudah ujian akhir, kan? Kamu harus jaga kesehatan dan fokus persiapan. Biar Mama yang menemani Bunda di sini. Lagipula, Mama juga nggak ada kerjaan di rumah." Flora menggigit bibirnya, hatinya penuh pertentangan. Saat itu, pintu kamar terbuka. Birru masuk dengan kantong berisi makanan dan buah di tangannya. Tanpa banyak bicara, ia menyerahkannya pada Desi. "Mama makan dulu," ucapnya sopan. Desi tersenyum kecil dan menerimanya. "Terima kasih, Birru." Ia lalu meletakkan makanan itu di atas meja sebelum menatap keduanya. "Udah sor
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 28

Flora terdiam. Kata-kata Serli tentang kehamilannya terus terngiang di pikirannya, seperti kaset rusak yang tak mau berhenti. Sejauh itukah hubungan Birru dan Serli? Sakit hati? Entahlah. Flora sendiri bingung dengan perasaannya. Ada kesedihan yang menggelayut di dadanya, tapi ia tidak yakin apakah itu karena cemburu atau karena ia memikirkan bagaimana perasaan Lia jika mengetahui hal ini. "Hai." Suara itu membuyarkan lamunannya. Flora menoleh, mendapati Riki sudah berdiri di samping mejanya dengan senyum lembut. Tanpa ragu, laki-laki itu menarik kursi di dekatnya dan duduk berhadapan dengannya. "Kamu nggak ke kantin?" tanyanya. Flora menggeleng pelan. "Nggak lapar?" Lagi-lagi, Flora menggeleng. Riki menatapnya dengan sorot khawatir, lalu tanpa ragu, ia meraih tangan Flora. Genggamannya lembut, hangat, penuh perhatian. Flora menatapnya sekilas, ada ketulusan di sana—sesuatu yang entah kenapa terasa begitu menenangkan. "Ada apa? Kamu lagi ada masalah?" suara Riki terden
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 29

Birru memilih menjaga jarak ketika Flora, Riki, dan Lia asyik mengobrol tentang sekolah. Alih-alih bergabung dalam percakapan, ia duduk di sofa dengan tatapan terpaku pada layar ponselnya, seolah-olah tak peduli. Namun, suara mereka tetap terdengar jelas di telinganya. Hatinya terasa panas melihat betapa mudahnya Lia akrab dengan Riki, seolah tanpa ragu mempercayai bahwa laki-laki itu hanyalah teman biasa Flora. Suasana yang semula hangat tiba-tiba terhenti ketika suara langkah keluar dari kamar mandi. "Loh, Flo? Riki?" Suara Desi terdengar kaget saat melihat anaknya dan Riki berdiri di sana. Pandangannya kemudian beralih ke Birru, yang masih menunduk sibuk dengan ponselnya. Flora menoleh santai. "Loh, Mama di sini?" tanyanya tanpa beban. Riki segera berdiri, menunjukkan sikap sopannya. "Hai, Tan," sapanya sambil mengulurkan tangan untuk menyalami Desi. Birru melirik sekilas dari sudut matanya, ekspresinya nyaris tak terbaca. Namun, dalam hatinya, ia terkejut. Sejak kapan Riki me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 30

Saat pulang sekolah, Flora terkejut mendapati sopir Mamanya sudah menunggu di parkiran. Tatapannya meredup seketika, tapi ia hanya menoleh sekilas tanpa berkata apa-apa. Di sampingnya, Riki melirik Flora dengan penuh perhatian. "Jangan terlalu dipikirkan, Flo," ujarnya lembut. "Yang penting sekarang kita fokus ke persiapan ujian akhir. Kita harus lulus dengan hasil terbaik dan membanggakan." Flora mencoba tersenyum, meski hatinya masih terasa berat. Ia tahu Riki benar—tidak ada gunanya terus berlarut dalam perasaan dan masalahnya. "Aku akan selalu ada buat kamu," lanjut Riki, suaranya sarat dengan ketulusan. Janji yang selalu diucapkannya itu membuat Flora merasa tenang, seolah ada satu kepastian dalam hidupnya yang tak pernah berubah. Menghela napas pelan, Flora akhirnya melangkah menuju mobil. Riki tetap berdiri di tempatnya, menatap punggung Flora hingga mobil itu melaju dan menghilang dari pandangan. Flora mengernyit heran ketika mobil yang ia tumpangi berhenti cukup l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status