Share

Bab 22

Penulis: Rieyukha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 12:34:07

"Sejak kapan lu pacaran sama dia?!"

Suara Birru menggema di dalam kamar, penuh tuntutan. Flora hanya duduk diam di kursi meja belajarnya, menunduk kosong menatap tumpukan buku di depannya. Tidak ada niat untuk menjawab.

"Jawab, Flo!" suara Birru semakin keras, lebih mendesak. Tangannya terulur, menggenggam dagu Flora, memaksanya menatap ke arahnya.

Flora menepis tangan Birru dengan kasar. "Lepas!" serunya dengan nada kesal.

"Mau sejak kapan bukan urusan lu!" lanjutnya tajam. Ia langsung berdiri, meninggalkan Birru tanpa sedikit pun menoleh.

Tanpa ragu, Flora melangkah menuju walk-in closet. Acara Violet memang belum selesai, tapi mood-nya sudah hilang. Ia tak ingin berurusan dengan siapa pun lagi malam ini. Tidur jauh lebih baik daripada harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang semakin membuatnya lelah.

Saat membuka lemari pakaian, ia menarik napas panjang. Tangannya terhenti di udara, sementara matanya terpaku kosong pada deretan pakaian yang tersusun rapi di hadapanny
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 23

    Dua tahun lalu. Pagi itu, sebulan setelah kepulangannya dari luar negeri, Birru sudah lebih dulu tiba di rumah Flora sebelum gadis itu bersiap berangkat sekolah. Saat Flora keluar dari kamar menuju meja makan, ia terkejut melihat Birru duduk santai di sana, menikmati sarapan bersama papanya. “Mas Birru?” Flora berseru dengan mata berbinar, segera menarik kursi tepat di hadapan pria itu. Birru menoleh dan tersenyum simpul. “Hai, Flo.” “Ada apa nih? Kok pagi-pagi udah di sini? Kemarin-kemarin aja aku ajak ketemuan buat curhat, malah sibuk.” Flora memasang ekspresi menggemaskan, meski nada suaranya jelas menunjukkan betapa senangnya ia melihat Birru di sana. “Protes mulu!” celetuk Didit, papanya, sambil menggoda. “Papa…” Flora merengek manja, sementara Birru hanya tertawa kecil. “Sekarang aku udah nggak sibuk, Flo. Makanya, subuh tadi aku udah sampai sini.” Nada sarkas yang keluar dari mulut Birru justru sukses membuat Flora tersenyum, meskipun tadi ia sempat manyun. Hari i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 24

    Birru melangkah cepat begitu mendapat kabar Flora dilarikan ke rumah sakit. Napasnya memburu, dadanya sesak, pikirannya kalut. Begitu melewati pintu utama, matanya langsung menangkap hampir seluruh keluarga besar mereka berkumpul di lorong. Dan di antara mereka, ada Bunda dan kedua mertuanya. Jantungnya semakin berdebar kencang. Rasa bersalah menyergapnya tanpa ampun. Otaknya berusaha mencari alasan untuk menjelaskan di mana ia saat Flora pingsan, mengapa ia tidak ada di rumah. Namun, di saat bersamaan, pikirannya terasa buntu—rasa khawatirnya jauh lebih menguasai. "Re," panggilnya pelan, memilih Renata sebagai satu-satunya orang yang mungkin bisa diajak bicara saat ini. Renata menoleh cepat, ekspresinya berubah drastis. Kemarahan jelas terpancar di matanya. "Lu gila, Mas?! Ke mana aja lu!?" desisnya tajam, suaranya tertahan agar tak menarik perhatian lebih banyak orang. "Sorry," ujar Birru lirih. Renata mendengus. "Sorry?! Emang gila lu, gampang banget mulut lu ngomongnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 25

    Setelah minum obat dan memberi jeda, Flora akhirnya pasrah saat Birru mulai menyuapinya. Ia sebenarnya lebih memilih tidak makan daripada harus menerima bantuan Birru dan merasa berutang budi. Tapi kesehatannya lebih penting. "Lu nggak mual?" tanya Birru tiba-tiba, ekspresinya terlihat heran. Sejak tadi, Flora tampak menikmati makanannya tanpa sedikit pun terlihat terganggu. Flora melirik malas ke arahnya, memilih diam daripada meladeni pertanyaan yang menurutnya aneh. "Flo?" Birru menuntut jawaban. "Enggak!" jawab Flora ketus. "Lu kan bisa lihat sendiri kalau orang mual tuh gimana. Kenapa, sih?!" Birru menatapnya lekat-lekat, mencoba memastikan sesuatu. Yang ia tahu, wanita hamil biasanya lebih sensitif terhadap bau tertentu, terutama yang amis, dan mudah kehilangan selera makan. Tapi Flora justru sebaliknya—ia makan dengan lahap tanpa menunjukkan tanda-tanda mual. Flora semakin risih diperhatikan begitu lama. Ia melirik Birru dengan sinis. "Apa sih?" desisnya. "Ini ika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 26

    Menjelang ujian akhir sekolah, Birru mengambil keputusan besar—mengundurkan diri sebagai guru. Namun, tak lama setelah itu, ia justru diangkat menjadi CEO Grup perusahaan peninggalan mendiang ayahnya. Sekolah tempatnya mengajar adalah bagian dari grup tersebut, jadi meskipun tak lagi mengajar, ia tetap bisa mengawasinya dari kejauhan. Siang itu, ruangan kantornya yang luas terasa sunyi sampai suara ketukan pintu diiringi langkah seseorang masuk tanpa menunggu izin. Violet datang dengan ekspresi puas, seperti ada sesuatu yang ingin ia tegaskan. "Nah, gitu dong, jelas." Ia menutup pintu dengan satu tangan dan berjalan santai menuju sofa. "Gue udah heran dari awal, kenapa lu tiba-tiba pengen jadi guru? Gara-gara Flora, ya?" Birru mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan menatap Violet dengan alis berkerut. "Lu mau ngomongin soal perusahaan atau Flora?" tanyanya datar. Violet mengangkat bahu. "Dua-duanya." Ia duduk bersandar di sofa, satu tangan mengelus perutnya yang mulai

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 27

    "Flo, pulanglah. Ada Mama kamu yang jaga Bunda di sini," ujar Lia dengan suara lemah, tangannya terulur lembut ke arah Flora. Flora tetap diam, menatap wajah ibu mertuanya yang semakin pucat. Matanya sembab, sisa air mata masih menggenang di pelupuk. Ia tidak ingin pergi, tidak ketika kondisi Bunda terus memburuk. Desi yang sejak tadi membereskan barang di sudut ruangan berbalik, menatap putrinya dengan penuh pengertian. "Iya, Sayang, bulan depan kamu sudah ujian akhir, kan? Kamu harus jaga kesehatan dan fokus persiapan. Biar Mama yang menemani Bunda di sini. Lagipula, Mama juga nggak ada kerjaan di rumah." Flora menggigit bibirnya, hatinya penuh pertentangan. Saat itu, pintu kamar terbuka. Birru masuk dengan kantong berisi makanan dan buah di tangannya. Tanpa banyak bicara, ia menyerahkannya pada Desi. "Mama makan dulu," ucapnya sopan. Desi tersenyum kecil dan menerimanya. "Terima kasih, Birru." Ia lalu meletakkan makanan itu di atas meja sebelum menatap keduanya. "Udah sor

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 28

    Flora terdiam. Kata-kata Serli tentang kehamilannya terus terngiang di pikirannya, seperti kaset rusak yang tak mau berhenti. Sejauh itukah hubungan Birru dan Serli? Sakit hati? Entahlah. Flora sendiri bingung dengan perasaannya. Ada kesedihan yang menggelayut di dadanya, tapi ia tidak yakin apakah itu karena cemburu atau karena ia memikirkan bagaimana perasaan Lia jika mengetahui hal ini. "Hai." Suara itu membuyarkan lamunannya. Flora menoleh, mendapati Riki sudah berdiri di samping mejanya dengan senyum lembut. Tanpa ragu, laki-laki itu menarik kursi di dekatnya dan duduk berhadapan dengannya. "Kamu nggak ke kantin?" tanyanya. Flora menggeleng pelan. "Nggak lapar?" Lagi-lagi, Flora menggeleng. Riki menatapnya dengan sorot khawatir, lalu tanpa ragu, ia meraih tangan Flora. Genggamannya lembut, hangat, penuh perhatian. Flora menatapnya sekilas, ada ketulusan di sana—sesuatu yang entah kenapa terasa begitu menenangkan. "Ada apa? Kamu lagi ada masalah?" suara Riki terden

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 29

    Birru memilih menjaga jarak ketika Flora, Riki, dan Lia asyik mengobrol tentang sekolah. Alih-alih bergabung dalam percakapan, ia duduk di sofa dengan tatapan terpaku pada layar ponselnya, seolah-olah tak peduli. Namun, suara mereka tetap terdengar jelas di telinganya. Hatinya terasa panas melihat betapa mudahnya Lia akrab dengan Riki, seolah tanpa ragu mempercayai bahwa laki-laki itu hanyalah teman biasa Flora. Suasana yang semula hangat tiba-tiba terhenti ketika suara langkah keluar dari kamar mandi. "Loh, Flo? Riki?" Suara Desi terdengar kaget saat melihat anaknya dan Riki berdiri di sana. Pandangannya kemudian beralih ke Birru, yang masih menunduk sibuk dengan ponselnya. Flora menoleh santai. "Loh, Mama di sini?" tanyanya tanpa beban. Riki segera berdiri, menunjukkan sikap sopannya. "Hai, Tan," sapanya sambil mengulurkan tangan untuk menyalami Desi. Birru melirik sekilas dari sudut matanya, ekspresinya nyaris tak terbaca. Namun, dalam hatinya, ia terkejut. Sejak kapan Riki me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 30

    Saat pulang sekolah, Flora terkejut mendapati sopir Mamanya sudah menunggu di parkiran. Tatapannya meredup seketika, tapi ia hanya menoleh sekilas tanpa berkata apa-apa. Di sampingnya, Riki melirik Flora dengan penuh perhatian. "Jangan terlalu dipikirkan, Flo," ujarnya lembut. "Yang penting sekarang kita fokus ke persiapan ujian akhir. Kita harus lulus dengan hasil terbaik dan membanggakan." Flora mencoba tersenyum, meski hatinya masih terasa berat. Ia tahu Riki benar—tidak ada gunanya terus berlarut dalam perasaan dan masalahnya. "Aku akan selalu ada buat kamu," lanjut Riki, suaranya sarat dengan ketulusan. Janji yang selalu diucapkannya itu membuat Flora merasa tenang, seolah ada satu kepastian dalam hidupnya yang tak pernah berubah. Menghela napas pelan, Flora akhirnya melangkah menuju mobil. Riki tetap berdiri di tempatnya, menatap punggung Flora hingga mobil itu melaju dan menghilang dari pandangan. Flora mengernyit heran ketika mobil yang ia tumpangi berhenti cukup l

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21

Bab terbaru

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 60

    Hari-hari berikutnya, Birru mulai mencari rumah yang sesuai dengan keinginan mereka. Ia meminta bantuan Dion dan beberapa rekannya untuk mencari lokasi yang nyaman, tidak terlalu jauh dari kantor, tetapi tetap tenang dan ideal untuk keluarga kecil. Sementara itu, Flora juga mulai mempersiapkan diri untuk perubahan besar ini. Ia mulai menyortir barang-barangnya, membayangkan seperti apa kehidupan mereka nanti setelah pindah. Namun, di lubuk hatinya, ada sedikit kekhawatiran—bagaimana reaksi Lia ketika mereka benar-benar pindah? Suatu malam, setelah makan malam bersama keluarga, Birru memutuskan untuk berbicara dengan ibunya. "Bun, aku dan Flora ada rencana untuk pindah ke rumah sendiri," kata Birru dengan hati-hati. Lia, yang sedang merapikan piring, terdiam sejenak sebelum menoleh ke putranya. "Kenapa tiba-tiba ingin pindah?" "Bukan tiba-tiba, Bun," Birru tersenyum kecil. "Aku pikir sudah saatnya aku dan Flora mandiri, membangun rumah tangga kami sendiri. Tapi bukan berarti aku m

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 59

    Pagi ini, Birru sengaja tidak pergi ke kantor. Ia menyerahkan masalah perusahaan akibat ulah Fani kepada Juna dan Dion. Setelah mengabarkan Dion melalui telepon, Birru meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, lalu berbalik dan merengkuh istrinya dalam pelukan.Ia ingin menghabiskan waktu seharian bersama Flora, tanpa gangguan pekerjaan atau hal lain yang membebani pikirannya.Flora menggeliat kecil ketika tangan Birru dengan lembut menyusuri setiap inci tubuhnya di balik piyama tipis yang ia kenakan. Napasnya masih teratur, matanya masih terpejam, tetapi ia sadar sepenuhnya akan sentuhan suaminya."Mas..." gumamnya pelan, suaranya serak karena baru bangun tidur."Hm?" Birru menempelkan bibirnya di puncak kepala istrinya, menghirup aroma khas tubuh Flora yang selalu membuatnya tenang."Kenapa nggak ke kantor?" tanya Flora dengan mata yang masih setengah tertutup."Aku mau sama kamu seharian," jawab Birru tanpa ragu.Flora membuka matanya, menatap suaminya yang kini tersenyum tipis.

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 58

    Hingga malam tiba, Birru masih belum memberi kabar. Flora yang awalnya berusaha menunggu di kamar akhirnya tertidur, meski tidurnya terasa gelisah dan tidak tenang. Sesekali ia tersentak bangun, lalu kembali mencoba memejamkan mata, tetapi pikirannya terus dihantui kecemasan. Ketika akhirnya ia terbangun lagi, matanya langsung melirik jam di atas nakas. Sudah lewat tengah malam. Dengan jantung yang berdebar cemas, ia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Birru. Tidak ada jawaban. Panggilan kedua pun tak berbalas. Saat ia akan mencoba untuk ketiga kalinya, suara nada sambung terdengar bersamaan dengan bunyi pintu kamar yang terbuka. Flora menoleh cepat, ponsel masih menempel di telinganya. Ketika pandangannya bertemu dengan suaminya, mereka sama-sama terkejut. "Kamu belum tidur, Flo?" suara Birru terdengar serak. Flora mengernyit, lalu berdiri, mendekat untuk melihat lebih jelas. Penampilan Birru jauh berbeda dari saat ia berangkat pagi tadi—kemejanya kusut, dasinya sudah dilep

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 57

    Di dalam air hangat yang penuh dengan busa sabun wangi, tangan Birru dengan lembut menjelajahi setiap inci tubuh istrinya, memanjakannya dengan sentuhan yang penuh kasih. Flora bersandar di dadanya, merasakan kehangatan yang menyelimuti mereka berdua. Birru menciumi bahu dan leher Flora, membisikkan kata-kata manis yang membuat tubuh istrinya semakin melebur dalam keintiman. Napas mereka berbaur dengan uap air, menciptakan kehangatan yang lebih dari sekadar suhu di dalam kamar mandi. Tak lama, Birru mengangkat tubuh Flora dari bathtub, membawanya ke bawah guyuran shower. Air hangat mengalir membasahi mereka, menciptakan sensasi yang lebih intens. Di bawah aliran air yang jatuh membasahi tubuh mereka, Birru melanjutkan cumbuan penuh gairah, menyatukan mereka dalam keintiman yang lebih dalam. Ketika mereka mencapai puncak bersama, Birru memeluk Flora erat, napasnya masih memburu. Lalu, dengan suara serak dan lembut, ia berbisik di telinga istrinya, "Aku ingin kita punya anak, saya

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 56

    Hari ini adalah hari terakhir semester awal sebelum liburan. Flora sibuk dengan buku-buku perpustakaan yang harus ia kembalikan. Tiba-tiba, seseorang datang menghampirinya dari belakang. Flora terperanjat dan hampir tersandung kakinya sendiri, untung saja orang itu sigap menangkapnya. Dalam sekejap, ia berada dalam dekapannya—begitu dekat hingga ia bisa merasakan napas hangatnya. "Maaf, aku bikin kamu kaget, Flo," suara itu terdengar pelan sebelum orang itu melepaskan pegangannya dan memastikan Flora sudah berdiri stabil. Flora menelan ludah begitu menyadari siapa yang berdiri di depannya. "Thanks," jawabnya datar, lalu segera mengambil satu langkah mundur untuk menjaga jarak. "Boleh bicara sebentar?" Flora mendongak, menatap mata Riki yang tampak penuh arti. "Soal apa?" tanyanya hati-hati. "Ssttt!" suara teguran dari penjaga perpustakaan membuat Riki buru-buru menutup mulutnya. Ia tersenyum kecil, sementara Flora hanya menghela napas. "Kita ngomong di luar," kata Flora setelah

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 55

    "Flora!"Renata berlari menghampiri Flora dan Kirana yang baru saja keluar dari perpustakaan."Hai, Na!" sapanya begitu sadar bahwa yang bersama istri sepupunya adalah Kirana. "Oh iya, lu dapat salam dari Boy, teman sekelas gue," tambahnya, sambil mengedipkan sebelah mata.Kirana tersenyum simpul. "No thanks, he’s not being a gentleman," jawabnya santai.Renata tertawa kecil. "Nanti gue bilangin, biar Boy grow up and be a man."Mereka pun tertawa bersama."Udah ah, cukup gibahnya. Lu tadi mau ngomong apa?" tanya Flora kemudian."Oh iya!" Renata menepuk jidatnya pelan. "Riki pindah kuliah, Flo. Ke luar negeri."Langkah Flora sempat terhenti sesaat, tapi ia cepat-cepat mencoba bersikap biasa saja.Semester awal memang sudah berakhir, dan sebulan terakhir Riki benar-benar menjaga jaraknya. Meskipun begitu, terkadang mata mereka masih saling bertemu—di kelas, saat berpapasan di lorong, atau saat salah satu dari mereka maju untuk presentasi.Kirana melirik Flora dengan tatapan penuh arti.

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 54

    Diruang meeting, Birru duduk di belakang mejanya, menautkan jemarinya dengan tenang di atas permukaan kayu. Matanya tajam menatap wanita di depannya—Fani. Wanita itu masih berdiri, kedua tangannya terlipat di depan dada. Bibirnya tersenyum tipis, tapi matanya menyiratkan ketidakpuasan. "Jadi, kamu sengaja panggil aku ke sini hanya untuk ini?" Fani bertanya, nada suaranya terdengar santai, tapi ada nada menantang di baliknya. Birru tidak langsung menjawab. Ia membiarkan keheningan menggantung di antara mereka, membiarkan ketegangan mengisi ruangan sebelum akhirnya ia berbicara. "Kamu pikir aku nggak tahu?" suaranya dalam dan berbahaya. Fani mengangkat alis, berpura-pura bingung. "Tahu apa?" Birru menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. "Tentang apa yang terjadi pada Flora di kampus." Sekilas, Birru melihat raut wajah Fani berubah—sangat halus, nyaris tak kentara. Tapi ia menangkapnya. "Kamu menuduh aku?" Fani terkekeh pelan, berusaha t

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 53

    Begitu mobil Birru berhenti di depan rumah, Flora menarik napas dalam. Ia tahu semua orang di rumah pasti akan terkejut melihat keadaannya. Wajahnya masih menunjukkan bekas tamparan, dan tubuhnya masih terasa lelah akibat kejadian tadi. Birru keluar lebih dulu, lalu segera membukakan pintu untuk Flora. Saat ia turun, pintu rumah terbuka, dan suara langkah cepat terdengar mendekat. “Flora!” suara Violet adalah yang pertama terdengar. Ia bergegas menghampiri, diikuti oleh Juna dan Lia. Ekspresi mereka semua dipenuhi kekhawatiran. “Astaga, apa yang terjadi?!” Violet langsung menggenggam tangan Flora, matanya membesar saat melihat luka di sudut bibir adik iparnya. “Kamu kenapa? Siapa yang melakukan ini?” Lia pun menatapnya dengan cemas. “Flora, sayang, siapa yang menyakitimu, nduk?” Flora tersenyum kecil, meski jelas lelah. “Aku baik-baik saja, Bun…” “Baik-baik saja apanya?!” Juna menyela dengan ekspresi marah. “Lihat ini, wajah kamu jelas habis kena pukul!” Birru meletakkan

  • Menemukan Cinta Kembali   Bab 52

    Saat dalam perjalanan mengantar Flora ke kampus, pikirannya melayang pada seseorang. "Mas, sejak kapan Dion jadi sekretaris kamu?" tanyanya tiba-tiba. Birru menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke jalan, tampak mengingat-ingat sejenak. "Sejak waktu itu, pas kamu ke kantor." Flora mengangguk-angguk pelan sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Itu kamu ngerti, Mas," gumamnya nyaris tak terdengar. "Maksudnya gimana, Sayang?" tanya Birru, sedikit mengernyit. Flora menggeleng cepat. "Nggak apa-apa. Terus, Jeni ke mana?" "Dia dipindah ke divisi lain, yang nggak ada hubungannya sama aku," jawab Birru santai. Flora menghela napas pelan. "Dia pasti berpikir kalau itu karena aku, ya?" Birru meliriknya sekilas. "Memang kenapa? Kamu yang punya perusahaan, kamu berhak." Flora terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya ragu, "Bisa begitu juga ke Fani?" Wajah Birru seketika berubah lebih serius. Napasnya terdengar berat sebelum ia berkata, "Kalau aku bisa dari awal, pas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status