Semua Bab Jangan Ambil Putraku, Pak CEO!: Bab 61 - Bab 70

78 Bab

60

"Bimo habis tantrum hebat, Mbak. Bu ayu sampai kewalahan."Astaga, hatiku benar-benar terenyuh mendengarnya. Perasaan bersalah mulai menggerogoti hatiku. Apalagi, orang yang tak memiliki hubungan apapun denganku sampai merawat putraku dan kewalahan saat aku di luar negeri."Terus gimana, Bu?""I-itu, Mbak..." Suara wanita itu terbata-bata. Sebenarnya apa yang ingin ia katakan?"Gimana, Bu?" tanyaku lagi. Aku tak sabar jika diulur-ulur seperti ini."T-tadi saya terpaksa pakai obatnya. Terus Bu Ayu marah besar."Aku langsung mendekat mulutku. Astaga! "Aku terpaksa pakainya, Mbak. Tadi Bimo benar-benar sulit dikendalikan. Sekarang gimana, Mbak? Saya takut banget," sesal Bu Yati di seberang telepon.Kugigit bibir bawahku. akhirnya rahasia yang berusaha aku sembunyikan terbongkar. Namun, aku tidak bisa menyalahkan, terkadang keadaan Bimo memang tak bisa di kontrol. Alasan kenapa aku memakai obat pun, karena saat ini, itulah jalan terbaik agar Bimo aman. Sayangnya cara ini belum legal di I
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

61

"Maksudmu?" Aku meliriknya sinis."Enakkan, modal goda CEO bisa melencong ke Eropa," bisik perempuan itu tajam. Aku mendadak menegang. Rasanya ingin menyiram kopi panas ini ke wajah perempuan yang baru saja bicara. Namun, aku masih punya harga diri dan akal sehat.Aku menoleh perlahan, menatapnya dengan tatapan dingin. "Maaf, aku kurang paham maksudmu," kataku datar.Perempuan itu menyeringai, lalu bersandar di meja pantry. "Oh, ayolah, Maya. Kami semua di sini tahu bagaimana kamu bisa sampai ke New York. Bukan karena kerja keras, kan?" Aku menggertakkan gigi, berusaha menahan emosi. "Jadi menurutmu aku ada di sini karena apa?" Dia terkekeh sinis. "Yah, kamu cukup cantik dan punya pesona sendiri, apalagi kalau sampai bisa dekat dengan CEO. Kami hanya bertanya-tanya, berapa banyak hal lain yang harus kamu lakukan untuk mendapatkan posisi ini?"Darahku mendidih. Aku ingin membalas, tapi sebuah suara lain tiba-tiba terdengar dari belakang. "Kalau kalian punya waktu untuk gosip muraha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

61

Kami semakin menjauh dari hiruk pikuk keramaian. aku ingin sekali berteriak, tetapi Gabriel langsung membekap mulutku. "Diam! Aku hanya akan bicara baik-baik denganmu. Jangan bikin masalah," hardiknya dengan ekspresi bengis. Aku ingin sekali menangis, karena mendapatkan perlakuan kasar dari orang yang pertama kali aku temui. Gabriel yang mengaku sebagai perwakiran Aurum Global Inc menatapku dengan gahar.Aku berusaha meronta, tetapi cengkeramannya terlalu kuat. Napasku memburu, dadaku sesak oleh ketakutan. Gabriel menarikku ke lorong sempit di belakang gedung pesta, jauh dari pandangan orang lain. "Jangan buat ini lebih sulit," desisnya. Matanya menyiratkan bahaya. Aku menggigit bibirku, menelan ketakutan yang melilit. "Apa maumu?" tanyaku dengan suara bergetar.  Gabriel mengendurkan cengkeramannya sedikit, tetapi tetap waspada. "Aku perlu bicara. Tanpa gangguan, tanpa drama."  Aku menatapnya tajam.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

62

"Kamu fokus pada perawatanmu. Aku akan menyelesaikan masalah ini. Jangan kemana-mana." Tristan segera keluar."Perketat penjagaan di sini! Aku tidak mau masalah semakin besar." Dia berkata pada salah satu orang bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Penampilannya yang sangat macho membuat bulu kudukku berdiri."Yes, Sir!"Pria itu masuk, dan diikuti beberapa orang yang lain. Kemudian seorang perempuan masuk dan berkata, "Saya yang akan merawat Nona, selama rehabilitasi.""B-baik. Mohon bantuannya."Saat ini hanya ini lah yang bisa kulakukan. Kuharap dengan menerima semua keputusan CEO-ku dan berdiam diri di rumah sakit sampai detoksifikasi selesai, bisa meringankan beban Tristan.Hari-hari berlalu dengan perlahan di rumah sakit. Tubuhku masih terasa lemah, tetapi setidaknya aku sudah bisa duduk tanpa merasa pusing. Perawat yang ditugaskan untuk menjagaku, seorang wanita bernama Agnes, cukup perhatian dan cekatan dalam merawatku.  
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

63

"Apa?" suaraku nyaris tak terdengar. Tristan mendekat, lalu berlutut di hadapanku, mengabaikan segala batasan yang selama ini kutegakkan. "Aku mencintaimu, Maya," ulangnya, kali ini dengan lebih tegas. "Aku sudah terlalu lama menahannya. Aku tidak bisa lagi berpura-pura." Aku menggeleng cepat, lalu berdiri, membuat Tristan harus ikut bangkit. "Anda pasti sedang kelelahan. Atau anda hanya terpengaruh situasi yang tegang." Tristan mendengus frustrasi. "Ini bukan soal situasi, Maya. Aku sudah menyadarinya sejak lama." "Tidak!" Aku menolak mentah-mentah ucapannya. Aku tidak ingin mendengar ini. Aku tidak boleh mendengar ini. Tristan mengepalkan tangan. "Jangan menolak perasaanku, Maya. Aku tahu kamu juga merasakannya!" Aku mendongak, menatapnya dengan marah. "Anda salah, Pak. Saya tidak merasakan apa-apa." Tristan tersentak, jelas tak menduga kata-kataku sekejam itu. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat dadaku terasa sesak. Pria itu lantas berdiri. Menatapku dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

64

Selama perjalanan kami berdua diam. Tak ada obrolan sama sekali, hanya supir Tristan yang memberi info kalau Bu Ayu membawa putraku, Bimo dan Bu Yati ke rumah. "Antar kita ke rumah makan dulu," ucap atasanku.Aku segera menatap supirnya dengan tajam melalui spion. Pria itu pun melirik ke arah kami. "Tolong langsung pulang saja, Pak. Saya tidak sabar bertemu putra saya."Di mobil menjadi hening. Meskipun aku duduk berdampingan dengan Tristan, tetapi aku merasa tak nyaman dan ingin segera menjauh dari pria itu. "Saya mohon," ujarku lirih.Terdengar Tristan menghela napasnya. Sang supir pun menunggu titahnya."Langsung ke rumahnya." Perkataan Tristan terkesan dingin. Aku sedikit tak enak hati, karena bagaimanapun dia atasanku. Namun, aku merasa tak nyaman kalau terus-terusan dibawa perasaan. Apalagi pengakuannya saat di New York bagai buah simalakama untukku. Perjalanan kembali sunyi setelah Tristan akhirnya mengalah dan menyuruh sopir langsung mengantarku pulang. Aku masih menatap ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

65

Bu Yati mengusap air matanya yang mulai jatuh dengan tangan gemetar. Aku semakin khawatir melihatnya seperti itu."Bu, ada apa?" tanyaku, mencoba menenangkan.Bu Yati menelan ludahnya, lalu menatapku dengan pandangan takut. "Saya... saya takut, Mbak Maya."Jantungku mencelos. Aku segera mendekatinya, menggenggam tangannya yang dingin. "Takut kenapa, Bu? Ada yang terjadi? Masalah yang kemarin kan sudah selesai. Tristan yang bilang.""B-benar, Mbak. Masalah itu memang sudah selesai."Wanita itu menatap ke arah pintu seolah memastikan bahwa Bu Ayu benar-benar sudah pergi. Lalu, dengan suara bergetar, ia berkata, "T-tapi Bu Ayu... Bu Ayu berubah, Mbak. Setelah saya ketahuan tentang obat yang Bimo konsumsi, sikapnya langsung lain. Beberapa hari ini sikapnya makin aneh, Mbak."Aku mengerutkan kening. "Maksud Ibu, makin aneh bagaimana?"Bu Yati menarik napas panjang. "Saya tahu ini bukan urusan saya, Mbak, tapi tadi siang saya sempat merapikan kamar Bimo. Saya menemukan botol obat yang biasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

66

Aku menghela napas panjang, berusaha menahan emosi saat lift terus bergerak naik. Rahma memang selalu punya cara untuk menyulut konflik. Sekarang, Rosa sukarela terseret dalam perseteruan yang tidak penting. Aku bisa menangkap niat Rosa, dia pasti ingin membersihkan namanya dengan membelaku."Rahma, cukup," ucapku datar. Aku berusaha tenang meski dadaku bergemuruh.Rahma mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. "Kenapa? Nggak suka denger kenyataan? Lo pikir semua orang di kantor ini nggak lihat gimana lo nebeng terus sama Bu Ayu? Anaknya lo dijilat, lo dapat perhatian khusus. Emang enak ya jadi lo?"Aku menatapnya tajam. "Kamu ngomong gitu kayak tahu semuanya aja. Apa kamu tahu gimana aku berjuang sendirian? Apa kamu tahu gimana sungkannya aku melihat anakku dijaga Bu Ayu setiap hari?"Rosa menelan ludah. Dia tampak tidak nyaman, tapi tetap berdiri di tempatnya, seakan mempertimbangkan apakah harus ikut bicara atau tidak. Rahma justru tertawa kecil, sinis."Lo pikir gue nggak tahu?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

67

"Lepas, Zo," mohonku pada Kenzo. Dia hanya menggeleng dan menarikku duduk. Tubuhku yang sudah lelah bekerja seharian, limbung seakan menuruti permintaannya."Sebentar saja." Kenzo melepaskan cengkeramannya saat aku sudah terlekat di kursi."Tenanglah, Maya. Aku tidak akan menyakitimu. Aku bisa menjamin dia juga tidak akan menyakitimu. Jadi atur emosimu," ucap Kenzo penuh perhatian.Aku menghela napas, berusaha mengendalikan emosi yang mulai bergejolak.David menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. Matanya tajam, tapi ada sorot keraguan di dalamnya. Aku tahu dia ingin mengatakan sesuatu, tapi menahannya. Sementara itu, Kenzo bersandar di kursinya, tangannya terlipat di depan dada dengan wajah tidak sabar."Ada apa sebenarnya?" tanyaku akhirnya, menatap David dengan waspada. Kenzo diam dan memberikan ruang untukku berbicara. David meremas gelas kopinya. Tatapan kami yang sempat bertemu, langsung ia putus begitu saja. Ia tertunduk sejenak, lalu mengembuskan napas panjang. "Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

68

"Ma..."Suara yang sangat familiar tertangkap di daun telingaku. Aku segera menoleh, dan tebakanku benar. Itu Tristan, berdiri dengan kedua tangan masuk ke saku celananya. Kancing kemejanya terbuka, memamerkan sedikit dada bidangnya yang eksotis. Entah kenapa pipiku terasa panas. Segera kutundukkan kepalaku."I-iya, Nak?" Bu Ayu menyahutinya dengan sedikit tergagap."Papa di mana?"Tristan menggeret salah satu kursi dan duduk bersama kami."Bar saja kembali ke kamar. Ada apa?""Ya sudah kalau gitu. Cuma tanya saja. Bimo di mana?""Sedang istirahat di kamarnya."Keadaan menjadi hening beberapa saat. Aku mengeratkan cengkeraman tanganku. Namun, Bu Ayu kembali mengajakku bicara. "Makanlah, Maya.""I-iya, Bu." Kuanggukkan kepalaku dengan sopan. Saat melihat ke arah atasan yang duduk di depanku. Aku bisa melihat seringaian kecil darinya. Dia membuatku semakin tidak nyaman!"Bagaimana pekerjaanku hari ini?" tanyanya datar."S-sudah selesai, Pak."Ada lengkungan kecil di bibirnya. "Bagus. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status