Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Sang PENEMBUS Batas: Chapter 151 - Chapter 160

246 Chapters

Bab 151.

Dini sungguh tak menyangka akan menemui ‘pelanggan’ luar biasa seperti Permadi. Karena biasanya ‘pelanggan’nyalah yang megap-megap kehabisan cairan, hanya dalam waktu satu ronde. Entah apa yang dirasakan Dini saat ini, anugerah atau musibah baginya. Ukuran vital pemuda tampan ini sebenarnya hanya sedikit lebih besar, dari rata-rata pelanggan yang pernah memompa dirinya. Namun stamina dan ‘kerasnya’ kemaluan pemuda itu, sangat menggedor titik-titik G spot dalam dirinya. Hingga meledakkan titik ‘tertinggi dan terpekanya. Maka melayanglah Dini dalam klimaksnya tiga kali berturut-turut malam itu. Hal yang tak pernah di alaminya, selama menjadi ‘kembang’ di wisma ‘Roses’ ini. 'Pemuda ini sungguh luar biasa..! Sesungguhnya siapakah yang sedang melayani? Aku atau dia?’ bathin Dini kagum, dan merasa terpuaskan malam itu. Hanya selang istirahat sejenak. Permadi kembali melesakkan ‘milik’nya ke liang Dini, yang terasa masih lumayan menggigit baginya. “Ohkss..! Mas nggak pakai obat kuat
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 152.

‘Emperor Lounge n Club’ yang berlokasi di Seminyak - Bali, malam itu nampak cukup semarak. Dengan latar dentuman musik menghentak, yang cukup menggugah adrenalin. Devi duduk di sofa mewah, yang ada di ruang dalam club. Duduk di sisinya Tuan Schafer dari Jerman, yang terus memandang kagum dan penuh hasrat pada Devi. Devi adalah putri Aditya, seorang pengusaha menengah yang bergerak di bidang kerajinan dan souvenir khas Bali. Usia Devi barulah 20 tahun, namun kedewasaan berpikirnya melampaui usianya. Soal kecantikkan tidaklah perlu ditanyakan lagi. Kesan anggun dan cantik akan langsung ‘parkir’ dalam benak pria, yang menatapnya walau hanya sesaat. Rambutnya hitam berkilau dan agak bergelombang panjang, sebatas pertengahan lengannya. Wajahnya agak oval, dengan ornamen hidung mancung sedangnya. Kulitnya kuning langsat, dengan dahi mulus cerah. Inner beauty gadis itu juga memancar, akibat rajin dan khusyunya Devi bersemedi, baik di pura maupun di rumahnya. Devi dan keluarganya adal
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 153.

Tak berapa lama kemudian, sampailah mereka di depan hotel bintang lima 'Kalila’. Kedua pengawal Schafer turun dari mobilnya, lalu membawa sosok Devi dari mobil bos mereka. Schafer juga ikut turun di depan hotel itu, dengan di ikuti oleh kedua pengawalnya yang memapah tubuh Devi. Dan mobil pun lanjut parkir di area parkir hotel.Sayangnya Schafer cs tak menyadari, kalau sepasang mata tajam dari luar hotel tak lepas mengikuti gerak-gerik mereka, sejak mereka turun dari mobil di depan hotel. Ya, Elang telah menerapkan aji ‘wisik sukma’nya, sejak dia melihat sosok seorang gadis cantik di papah dalam keadaan tak sadarkan diri. Elang bahkan sempat membaca isi bathin si Schafer, yang terlihat sebagai bos di antara mereka. ‘Hmm. Kali ini kena kau Devi, tiga hari sudah aku menanti kesempatan ini. Akhirnya aku bisa juga ‘mencicipi’ tubuh molekmu ini. Kau takkan bisa lagi menolak menikah denganku..! Dan akan kuboyong kau ke Jerman dengan mudah, hahaaa..!’ Slapph..! Elang melesat cepat ma
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 154.

“Hoekss..!” Devi memuntahkan cairan jus mangga, yang tadi sempat diminumnya di ‘club’. Elang mengarahkan muntahan Devi, agar jatuh ke lantai dan tak mengenai pakaiannya sendiri. Jadilah muntahan itu jatuh diatas kemeja panjang kesayangan Schafer, yang terhampar di lantai bawah ranjang begitu saja. Perlahan kedua mata Devi terbuka. Dan dia langsung tersentak kaget, saat mengetahui dia berada di sebuah kamar yang asing baginya. Dan dirinya bertambah kaget, saat melihat keadaan tubuh bagian atasnya terbuka. “Akhhh..!! Dimana aku..?!” seru Devi kaget bercampur jengah. “Tenanglah Devi. kau aman sekarang,” ucap Elang di belakang Devi. Karuan Devi kini malah terloncat dari ranjang, bulu kuduknya meremang kaget sekali. Tangannya tetap memegangi selimut, namun tubuhnya berbalik menatap ke arah ranjang dengan terbelalak. “S-siapa kau..?!” tanyanya marah pada Elang, dengan sorot mata berkilat tajam. Elang sungguh kagum melihat gadis ini, Devi nampak tetap cantik saat marah sekalipun.
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 155.

“Ya, ceritakan pada kami Devi..!” seru Aditya penasaran. Akhirnya Devi menceritakan kejadian yang menimpanya. Dimulai dari dirinya yang tidak sadarkan diri saat di ‘club’, hingga dia sampai di kamar hotel Schafer. Aditya dan Shinta menyimak dengan penuh perhatian, atas kejadian yang di alami dan diceritakan putrinya itu. Mereka sangat percaya pada keterangan putrinya ini, karena memang tak pernah ada kebohongan terucap dari bibir Devi selama ini pada mereka. Wajah Aditya berubah merah karena amarah, matanya berkilat tajam. Baginya penghinaan dan pelecehan Schafer sangat menginjak martabatnya. Ya, kini dia tak peduli dengan pandangan Richard lagi. Baginya martabat putrinya lebih bernilai, dari bantuan sebesar apapun dari ayah si Schafer ini. Shinta juga tak jauh berbeda dengan suaminya, matanya berubah tajam dan basah. Baginya niat Schafer yang hendak merusak pagar ayu putrinya adalah tindakkan tak termaafkan. “Ayah..! Segera putuskan hubungan dengan Schafer dan ayahnya secepat
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 156.

"Wah..! Maafkan kami Elang. Kamu jadi menyaksikan suasana tak enak di sini. Sekali lagi kami sekeluarga mengucapkan terimakasih, atas pertolonganmu pada Devi,” ucap Aditya, yang merasa tak enak pada Elang. Karena dia sempat memaki-maki orang, di depan penolong putrinya ini. “Iya Elang, terimakasih ya atas pertolongannya. Besok jangan lupa datang saja pagi-pagi ke sini ya. Lebih baik kamu menginap di sini saja, sampai kamu mau melanjutkan perjalanan kembali,” Shinta berkata sambil tersenyum ramah. “Tidak apa-apa Pak, Bu. Baiklah, besok saya akan datang ke sini. Semoga tidak merepotkan keluarga disini,” Elang berkata sopan. Elang merasa si Schafer dan dua pengawalnya tidak akan melepaskan Devi begitu saja. Firasatnya mengatakan, akan ada ‘sesuatu’ yang terjadi besok. Dan Elang bermaksud menjaga keluarga baik ini, dari hal buruk yang bisa terjadi besok. “Sama sekali tidak merepotkan Elang. Di sini ada Made adiknya Devi. Dia pasti senang mendapat teman ngobrol dan bermain. Kamu bi
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 157.

“Buktikanlah..! Jangan cuma sekedar berbicara saja kalian..!” cetus Schafer, merasa gemas dan jengkel pada kedua pengawalnya. Ibarat ‘kue lezat’ sudah di suap dan menempel di bibir, namun terjatuh ke tanah. Begitulah hal yang dirasakan Schafer. Bagaimana dia tak jadi penasaran setengah modar, terhadap sosok jelita seperti Devi. Akhirnya malam itu Schafer pun tidur dengan perasaan ‘kentang’. *** Ke esokkan harinya. Pagi-pagi Elang sudah mandi dan mempacking rapih ranselnya. Dia berniat berjalan-jalan ke arah rumah Devi, sambil mencari tempat yang cocok untuk sarapan. Setelah mengembalikan kunci kamarnya pada petugas losmen, Elang melangkah keluar dengan santai. Dia masih hapal dengan rute jalan, yang di laluinya semalam bersama Made. Akhirnya pilihan tempat sarapan Elang jatuh di sebuah warung nasi goreng, yang terlihat bersih dan agak ramai pengunjung. Elang pun masuk dan duduk di dalamnya, seorang pelayan datang menanyakan pesanannya. Elang memesan nasi goreng spesial ala w
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 158.

Braaghk..!!Suara keras pagar gerbang di tabrak sesuatu terdengar, memecah suasana damai di kediaman Aditya. Elang bergegas melesat ke arah atap rumah, untuk melihat sesuatu yang terjadi di depan rumah. Di lihatnya pagar rumah Devi roboh bagai di terjang truk, besi-besinya tampak melengkung ke arah dalam. Namun Elang maklum, itu adalah ulah dua pengawal Schafer, yang kini tengah bertolak pinggang di depan teras rumah Aditya. Sementara dilihatnya Schafer melipat tangan dan berdiri angkuh, di belakang kedua pengawalnya itu. “Aditya..! Kami kemari atas nama Tuan Richard..! Untuk menarik dana Tuan Richard yang ada di perusahaanmu. Harap diselesaikan sekarang juga atau Devi sebagai jaminannya..!” seru Peter Lee bernada mengancam. Aditya maju keluar dari rumahnya, dia sama sekali tak gentar pada dua pengawal Schafer ini. “Kalian ini dari negara maju tapi kelakuan kalian bagai negeri barbar..! Bicaralah baik-baik..! Tak usah mengancam-ancam orang..!” seru Aditya yang naik darah, meli
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 159.

Ya, saking emosinya mereka lupa, jika masih ada Elang di situ. Seth..! Elang pun berkelebat cepat menangkap kaki Peter Lee, dan juga pergelangan tangan Storm sekaligus. Taphh..!! Klagh..! Krakhh..!! Terdengar dua kali suara tulang patah, saat Elang menyentak keras tulang kaki dan tangan mereka berdua. “Aarrgghkks...!!” dua teriakkan syahdu kesakitan 11 oktaf pun bergema di area rumah Aditya. Sungguh padu dan saling mengisi. Storm langsung terloncat-loncat kesakitan, dan Peter Lee langsung bergulingan memegangi pergelangan kaki kanannya yang patah. Semua mata yang melihat pun terbelalak ngeri. Schafer langsung menjatuhkan diri berlutut di tempat. Brugh.! Dirinya sungguh takut dan bergidik melihat pemuda itu. Dia tak mau mendapat nasib sama, seperti kedua pengawalnya. “Ampun Tuan, saya tak melakukan apa-apa..!” Schafer berseru sambil menundukkan kepalanya pada Elang. Drap, drap, drap..! "Hihh..!" Prakkhh..! Bi Wati berlari sambil memegang sapu lidi mendekati Schafer, lalu
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 160.

“Duh Gusti..! Ya ampunn..! Iya Bu..!” bi Wati lepaskan sapu lidinya jatuh begitu saja, dan ikut berlari ke dapur. Elang dan Aditya hanya tersenyum geli, melihat kehebohan ibu-ibu itu. ‘Biarlah, paling ganti menu atau beli saja nanti’, pikir Aditya, sambil mengusap matanya yang masih agak basah. “Elang mari kita duduk dulu di teras. Bapak ingin bicara,” ajak Aditya sambil merangkul bahu Elang. Sementara Devi masih memandangi sosok Elang dengan mata basah. Tertulis sudah nama Elang kini di lubuk hati terdalamnya. Ya, Devi sudah jatuh cinta penuh tanpa bisa ditawar lagi, pada pemuda gagah dan berkemampuan itu. “Devi, tolong buatkan minuman ya,” Aditya memerintahkan Devi, saat dia melihat putrinya masih terpana menatap Elang. Aditya pun tersenyum memakluminya. “Ahh..ehh..! Iya Ayah,” sahut Devi gugup. ‘Untung mas Elang membelakangiku’, bathin Devi tersipu malu. “Nah ya, Ka Devi ketahuan,” Made berbisik di sebelahnya dengan senyum meledek. “Apa sih..?” balas Devi berbisik keki.
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status