Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Sang PENEMBUS Batas: Chapter 141 - Chapter 150

246 Chapters

Bab 141.

“Aiihhh..!!” seru kaget sang wanita bayaran.Wanita bayaran berparas ayu itu pun langsung menyambar selimut ranjang, untuk menutupi tubuh bohaynya. Lalu dia bergegas memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, dan langsung masuk ke kamar mandi. Sementara itu Dean memakai pakaiannya di tempat, karena sepucuk laras pistol polisi masih terarah padanya. “Borgol dia..!” AKP Ahmad berseru pada anggota timnya. Tangan Dean segera di borgol, dan dibawa ke mobil polisi yang telah menunggu di halaman depan Resort.Akhirnya tersangka kasus penculikkan dan perkosaan di Hotel MoonLight, yang sudah berlangsung hampir 2 tahun itu telah tertangkap..! *** Sementara itu, di sebuah pulau kecil terluar dari pulau Jawa. Sebuah pulau yang tak berpenghuni, dan berbatasan langsung dengan Australia. Adalah pulau Nusamanuk, yang masih masuk dalam wilayah kabupaten Tasikmalaya. Pulau Nusamanuk tak lain adalah wilayah daratan, yang terbentuk dari perbukitan batu karang dengan ketinggian rendah. Unt
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 142.

Namun alangkah kecewanya Ki Sentanu. Karena saat dia membuka-buka isi kitab itu.Ternyata tak satu pun bahasa dan simbol dalam kitab itu, yang bisa di mengertinya. Kitab ‘Jagad Samudera’ itu bagai bertuliskan bahasa dari planet lain. Hal yang membuat Ki Sentanu frustasi dan murka. Hingga pagi harinya. Ki Sentanu masih berada di sekitar rumah Permadi, sambil membolak-balik isi kitab itu. Namun dia tetap tak bisa memahami, dengan bahasa yang tertulis di dalam kitab itu. Dia pun akhirnya menyimpan kitab itu di balik pakaiannya. Dan kejadian selanjut nya adalah, saat dia melihat Permadi keluar rumah tadi. Selama 10 tahun Permadi ikut dan berlatih langsung, di bawah arahan Ki Sentanu. Permadi mendapatkan perlakuan yang keras dan tanpa ampun dari Ki Sentanu, baik saat berlatih maupun dalam kesehariannya. Namun Permadi mampu menyesuaikan diri, dan melewati itu semua dengan baik. Permadi hidup tanpa diajarkan rasa kasih sayang sedikit pun dari Ki Sentanu. Bakat serta tulang tubuh yan
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 143.

Seiring dengan meredanya aliran hawa dingin bergolak itu, maka Permadi tidak merasakan lagi getaran hawa dari kitab pusaka Jagad Samudera itu. Namun betapa terkejutnya Permadi, saat dia kembali membuka halaman isi kitab itu. Ya, kini bahasa dan simbol-simbol di dalam isi kitab pusaka itu bisa dibaca, dan dipahaminya dengan mudah..! Hal yang serupa dengan Elang saat membuka isi ‘Kitab 7 Ilmu’..! Permadi memang masih dibilang garis dan pewaris keturunan langsung, dari pemilik kitab ‘Jagad Samudera’. Karenanya sekuat apa pun usaha Ki Sentanu merusak ‘garis’ itu. Maka tetap saja ‘garis’ itu akan kembali tersambung pada jalurnya..!Sejak hari itu pula, Permadi dengan tekun dan bersemangat melatih sendiri isi kitab pusaka ‘Jagad Samudera’ warisan moyangnya. Ki Sentanu tetap setahun sekali mengunjunginya. Namun salahnya, Ki Sentanu sama sekali tak pernah menanyakan tentang kitab pusaka ‘Jagad Samudera’ itu lagi pada Permadi. Karena dia yakin Permadi takkan pernah bisa menguasainya. Be
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 144.

"Biarkan Reva mengantar Mas besok ke Bali dengan helikopter ya. Tinggalkan saja motor Mas Elang di sini,” ucap Reva. Ya, Reva berharap Elang kembali untuk mengambil motornya, setelah Elang puas bertualang di Bali. Agar mereka bisa berjumpa lagi. Elang berpikir sejenak, sebenarnya tak masalah dia membawa motornya atau tidak ke Bali. Namun kini hatinya malah makin mantap, untuk bertualang berjalan kaki saja di Bali. Atau membeli motor baru khusus untuk petualangannya di Bali, itu juga tak masalah baginya. “Baiklah Reva. Tolong titip motorku di sini ya,” Elang berkata sambil tersenyum lembut, dia juga menyadari maksud Reva. Elang juga tak keberatan mereka bertemu kembali, saat dia mengambil kembali motornya nanti. “Terimakasih Mas Elang,” Reva tersenyum senang, walau tetap saja matanya beriak basah. “Wah, ada apa ya Elang, Reva, kelihatannya serius sekali..?” tanya Harjo, yang baru saja selesai mempersiapkan perlengkapannya. Untuk berangkat ke Korea nanti malam. Dia pun ikut dudu
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 145.

Weerrsshk..!! Sosok Permadi berputar bak gasing di udara, lalu melesat masuk ke dalam pusaran laut raksasa itu. Permadi bahkan berputar lebih cepat dari arus pusaran laut, dan langsung masuk ke inti pusaran di bawah laut. Pusaran di atas permukaan laut pun kian menggrlegak, dengan arus yang semakin menggila..! Werrsskh..!! Saarrph..! ... Glagghs..!! Daya hisap pusaran juga semakin kuat, angin pun ikut berputar di atas pusaran itu. Lalu, “Hiiyahhh..!" Byaarrgghks...!!Dengan suara yang menggebyar dahsyat, pusaran itu terangkat naik ke udara..! Permadi muncul dengan tangan kanan memegang ujung pusat pusaran, yang nampak lancip. Bukan olah-olah dahsyatnya tenaga dalam si Permadi ini. Cahaya biru di telapak tangannya pun makin terang dan, “Hiyahh..!!" Kraattzzkhs..!!Pusaran air laut yang tinggi itu tiba-tiba berubah menciut, membeku, dan mengkristal. Hingga menjadi sebuah tombak bercahaya biru terang. “Hiyahhh..!" Splaasshk..!! Permadi melontarkan tombak itu ke dalam laut, den
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 146.

Lenyepp...nyepp..! Splashh..! Permadi pun tenggelam dalam alam keheningan. Kedua matanya terpejam dengan ‘mata ketiga’ terbuka terang, menelusuri jejak sang ayah angkatnya. Satu jam lebih Permadi tenggelam dalam meditasi samuderanya, dirinya serasa bersila melayang di tengah samudera luas. Sementara pancaran ‘mata ketiga’nya tak henti mencari energi Ki Sentanu yang sangat di kenalnya itu. Namun jejak energi sang ayah angkat tak jua di lihat dan di temuinya. Pancaran aura Ki Sentanu bagai menguap begitu saja. Sirna, bagai asap tertiup angin. Pemulihan energinya telah selesai. Namun Permadi tetap memancarkan sinyal pencarian dari ‘mata ketiga’nya, dengan daya pancar maksimalnya. Beberapa saat kemudian, kedua matanya terbuka kembali, dalam keadaan berkilat kebiruan dalam amarah. Pencariannya nihil..! Ya, hanya ada satu kesimpulan yang terpikir di benak Permadi. Ayah angkatnya, Ki Sentanu telah menemui ajal.! “Huaarrkkhhs...!!" Teriakkan membadai Permadi yang dilambari powernya,
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 147.

“Pagi Reva, Ibu. Maaf Elang telat ya,” Elang berkata sambil tersenyum dan menghampiri mereka. Dia pun ikut duduk di salah satu kursi meja makan. “Ahh, nggak telat kok Elang. Kami yang kepagian dari biasanya. Hehe,” ucap Resmi sambil terkekeh. “Mas Elang, hari ini Bi Rina dan mamah masak menu spesial lho. Ada nasi goreng sapi, bakwan udang jagung, dan sambal goreng,” Reva menyebutkan menu spesial, pada sarapan mereka kali ini. “Wahh. Sepertinya Elang bisa makan banyak ini. Hahaa..!” Elang tertawa lepas, menu yang disebutkan Reva memang menggugah selera makannya. Tudung saji pun di buka, dan mereka semua makan dengan nikmat sambil berbincang hangat. ‘Ahh, Elang. Cepatlah kau kembali lagi ke sini Nak’, bathin Resmi berharap. Hatinya merasa hangat dengan kehadiran Elang, di meja makan rumahnya. Usai sarapan mereka pun lanjut berbincang di ruang teras, “Elang, sampai kapan kau akan hidup dalam perantauan? Ibu sungguh tak memahamimu Elang,” Resmi bertanya pada Elang pelan. Dia meman
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 148.

"Mas Elang tampak gagah memakai jam tangan ini,” ucap Reva memuji. “Ahh, Reva. Jam ini pasti mahal harganya ya?” tanya Elang, sambil melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Menurut Elang jam itu terlalu bagus, untuk melingkar di tangannya. Sebenarnya Elang enggan menerima pemberian Reva itu. Namun melihat ketulusan Reva memberi, dia tak ingin mengecewakannya.“Harganya jauh lebih rendah, dibanding budi baik Mas pada Reva dan keluarga Reva, Mas Elang,” sahut Reva tersenyum, sambil mendekat lalu memeluk Elang dengan erat. Reva mencium bibir Elang dengan lembut, Elang menyambutnya hangat. Lumatan lembut pun berubah menjadi panas, dan secara naluriah keduanya saling melepas pakaian mereka satu persatu. Kamar villa yang lama dingin tak dihuni itu pun kini memanas, dengan masuknya dua insan yang hendak mencurahkan hasratnya. *** Permadi melesat dan terus melesat, hingga akhirnya dia sampai di wilayah Purwokerto. Dia bermalam di sebuah losmen dekat Andang Pangrenan. Permadi masi
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 149.

"A-akhu mau sampai Re..vahh.! Akhgss.!" Elang tersengal, seraya hendak mencabut batang kemaluannya. “Ohgsss.! Aku .. juga..! J-jangan di ca..but Massh..! Uhgsss..!” Untuk kesekian kalinya tubuh dan pinggul Reva tersentak-sentak. Sementara Elang pun tak mampu lagi bertahan, “Asghsh..!” Elang membalikkan tubuh Reva, dan memacu cepat di atasnya. Beberapa saat kemudian mereka pun saling berangkulan erat. Dengan pangkal paha yang saling merapat dan meregang kaku. Ya, keduanya memuntahkan kenikmatannya, dalam waktu yang bersamaan. Tak lama kemudian tubuh Elang pun bergulir rebah disisi Reva yang masih terlentang dan tersengal meresapi sisa-sisa multi orgasmenya. “Terimakasih Reva,” ucap Elang, seraya mengecup pipi Reva. “Aku yang berterimakasih sama Mas Elang, permainan kali begitu indah Mas,” balas Reva sambil mengecup bibir Elang. Lalu Reva pun merebahkan kepalanya di dada bidang Elang. “Reva, apakah kau dengar? Helikoptermu sudah kembali di atas,” Elang berkata pelan. Dia men
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 150.

“Silahkan Mas,” si ibu tersenyum, mempersilahkan Elang menyantap menu yang dipesannya. “Terimakasih Bu,” Elang tersenyum dan mulai menyantap menu makan siangnya. Tak memerlukan waktu lama, hidangan di atas mejanya pun ludes tandas. Elang tersenyum puas, ‘Masakkan Ibu ini benar-benar mantap, bumbunya pas sekali’, bathin Elang puas. “Masakkan Ibu sedap sekali, tapi kok agak sepi pembeli ya Bu?” Elang memuji, sambil memancing keterangan dari si ibu pemilik warung. “Terimakasih Mas. Memang sudah 3 bulan ini, warung ibu kok tiba-tiba jadi sepi. Padahal sebelumnya selalu ramai pembeli lho Mas,” si ibu merasa sangat senang masakannya di puji Elang, lalu dia juga mengemukakan keluhannya. “Sepertinya memang ada yang ‘mengganjal’ warung makan Ibu,” Elang berkata pelan, namun jelas terdengar oleh si ibu. “A..apa yang mengganjal di warung saya Mas..?!” ibu itu berseru kaget, mendengar ucapan Elang. “Ada pihak yang menanam sesuatu di depan tangga masuk ke warung Ibu,” sahut Elang tenang.
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status