Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Sang PENEMBUS Batas: Chapter 121 - Chapter 130

268 Chapters

Bab 121.

"Katakan saja ada apa Dibyo..! Kau tentu meneleponku, bukan karena hanya ingin mengucapkan selamat pagi bukan?” ucap Ki Sentanu. “Benar Ki. Ada sesuatu yang ingin kumintakan tolong pada Aki. Ini soal orang yang mencelakai putraku Ki Sentanu,” ucap Dibyo akhirnya. “Hmm. Sebentar Dibyo,” Ki Sentanu memejamkan matanya. Ya, aji Raga Sukma di terapkannya, untuk menelisik keadaan di kediaman Dibyo. Splash..!Sukma Ki Sentanu lepas dari raganya, yang kala itu tengah memegang ponsel dari kamarnya. Slaph..! Sukma Ki Sentanu telah masuk ke kediaman Dibyo. Tampak olehnya Dibyo sedang mendekatkan ponsel ke telinganya, menunggu jawaban darinya. Sukma Ki Sentanu masuk menembusi ruang-ruang di kediaman Dibyo. Hingga akhirnya dia melihat Dean yang sedang terbaring di kamarnya. Di amatinya wajah Dean yang tampak masih membengkak di sana sini, dan beberapa jahitan tampak di bagian pelipis, bibir, dan pipinya. Slaphh..! Sukma Ki Sentanu melesat kembali ke raganya, di sebuah rumah cukup mewah d
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 122.

“Bibi asli dari Jogjakarta, Mas Elang,” sahut bi Rina, yang juga sambil sibuk memasukkan sesuatu ke microwave. “Wahh, Nenek Elang juga di sana Bi Rina. Di daerah Sedayu-Bantul,” Elang berkata santai, sambil tetap mencuci piring. Keduanya sudah bagai rekan kerja yang sedang ngobrol di dapur, sama-sama cekatan. “Lho, kenapa Mas Elang nggak tinggal saja sama Nenek? Daripada tinggal di panti asuhan,” tanya bi Rina. “Mereka tak tahu keberadaan Elang, Bi Rina, karena kami kecelakaan di jurang. Ayah ibu meninggal saat umur Elang baru 3 tahun. Elang baru saja bertemu Nenek semingguan yang lalu Bi,” ucap Elang biasa saja. Namun bi Rina yang mendengar kisah itu, dia langsung terdiam dari kesibukkannya memarut jahe. Dia menatap sosok Elang, yang masih asyik mencuci piring dengan wajah iba. ‘Kasihan kau Elang, baru tiga tahun sudah di tinggal orangtua’, bathin bi Rina. “Selesai Bi Rina, ada lagi yang bisa Elang bantu Bi?” tanya Elang yang sudah selesai mencuci piring. “Wah, wahh.! Rupany
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 123.

“Ok Reva, terimakasih. Silahkan lanjut renangnya,” Elang kembali melangkah ke kursi teras, dan langsung mengirimkan alamat Reva pada Keina. Nomor kontak Keina memang telah tersimpan di kontak Elang, dengan kode negara Jepang terlebih dahulu yaitu (+81). Klik.! Pesan Elang pun terkirim. Tak lama Julia muncul dari dalam rumah. Dia baru saja mandi dan menghubungi ibunya, mengabarkan bahwa dia masih di rumah Reva. “Wah, asik ya..! Kalian sudah berjemur di halaman dan kolam renang,” seru Julia sambil tersenyum lebar mendekati Elang. Dia bermaksud ikut duduk di kursi teras. Baru saja bokong Julia singgah di kursi teras. Saat bi Rina muncul dari dalam, dan mengajak mereka semua untuk sarapan dulu. “Ayo Non Reva, Mas Elang, Non Julia, sarapan dulu sekarang ya!” seru bi Rina, bagai guru yang mengingatkan jam istirahat sudah selesai paa para muridnya. Hehe. “Mas Elang..! Tolong pinjam tangannya dong,” seru Reva. Dia malas untuk berenang ke sisi kolam, tempat tangga naik ke atas berada.
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 124.

“Mas Elanngg..mmpfhh.!” Reva langsung memeluk dan memagut bibir Elang. Hasrat dalam dirinya benar-benar sudah tak terbendung lagi. Elang merasakan bibir dingin Reva kini sudah menghangat, dan perlahan memanas dalam lumatan penuh hasrat. Sejenak lumatan panjang bibir Reva terlepas, terdengar nafas Reva tersengal-sengal. “Maafkan Reva mas, Reva tak sanggup menahan hasrat ini,” ucap Reva pelan, sambil tertunduk malu. Rambut hitam Reva lurus sebatas bahu, hidung mancung meruncingnya juga terlihat sangat indah. Bibir merahnya nampak masih basah dan bergetar, setelah melumat bibir Elang agak lama barusan. “Tak apa Reva, kita ke kamar saja yuk,” ajak Elang lembut, sambil merangkul pundak Reva. Klek.! Reva membuka kamar pribadinya. Nampaklah isi perlengkapan kamarnya, yang tak kalah dengan suite room hotel. Bahkan lebih elegant dan artistik. Aroma therapy lembut bernuansa chamomile menguar, saat saklarnya di ‘on’kan oleh Reva. Reva perlahan mulai membuka pakaiannya sendiri satu demi
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 125.

"Uhhsg..! Enaks ... banget sihhh..Mass..! R-reva mau pi..pissh..uhhsskkks..!” Reva berseru parau dan terbata. Tubuhnya nampak menghujam dan menekan kuat-kuat, ke bagian bawah tubuh Elang. Lalu mulailah serangan kejang-kejang datang pada tubuh Reva. Seiring rasa nikmat tiada tara, yang menjalar dalam dirinya. Tubuh Reva melengkung dengan wajah terdongak ke atas, meresapi kenikmatan yang membadai dalam dirinya. Disaat yang sama. Elang juga sedang menahan sesuatu yang panas, dan hendak memancar dari burungnya. Elang berusaha menahannya, dan menunggu Reva ‘dapat’ lebih dulu.“Ahksss..! Aduhs.. Masshh..”Sukma Reva terasa melayang dan melenting tinggi. Saat sensasi cairan memancar deras, dari bagian dalam liang tubuhnya. Agak lama tubuh Reva mengejang kaku di atas tubuh Elang. Dia serasa lupa bernafas.Bokong padat indah Reva berkedut kedut, menghentak, lalu menghempas terbadai di atas tubuh Elang dengan nafas tersengal-sengal. “Makasih Mas..Elang. Luar biasa..! Nikmat sekali..hhh..
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 126.

Weshhh..!! Bondan lakukan serangan bawah, kaki kanannya menyapu kaki Elang dengan kuat, searah putaran jarum jam. Namun keduanya di buat melongo, karena rupanya mereka hanya menyerang ke tempat yang kosong..! Seth..! Secepat kilat Elang berkelebat menggunakan ilmu meringankan tubuhnya aji Pintas Buminya. Sosok Elang tiba-tiba sudah berada di belakang Tanto dan Bondan, yang sedang melongo heran melihat hilangnya sosok Elang di hadapan mereka. Maka hanya dengan menggunakan dua sisi telapak tangan kanan kirinya, Elang pun cepat menetak kedua sisi leher Tanto dan Bondan secara bersamaan, dengan sedikit tenaga dalam sebagai kejutan.Daghh..! Taghk..! "Arkhgsh..!!" Brugh..! Brukh..!Tanto dan Bondan hanya sempat berteriak sesaat, lalu pemandangan mereka pun menjadi gelap gulita. Keduanya roboh pingsan..! Wushh..!! Sebuah tendangan lompat deras Hari mengarah ke punggung Elang. Reflek Elang membalikkan badannya, sambil memapaki tendangan si pembokong itu dengan tinju bertenaga dala
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 127.

"Reva..!! Jika kami tak menganggapmu anak, buat siapa kami pontang panting tak mengenal waktu mencari uang? Buat siapa semua kekayaan ini akan di wariskan? Dan buat apa kami menanyakan keadaanmu pada Julia, jika kami tak peduli padamu?” sanggah sang ayah agak emosi. “Baik Pah, jika memang itu semua untuk Reva. Bagaimana kalau Reva bilang, semuanya sudah lebih dari cukup untuk uang dan harta. Sekarang Reva minta Papah dan Mamah lebih banyak di rumah bersama Reva. Bisakah permintaan Reva itu Papah kabulkan? Disaat ulang tahun Reva, tak ada kecupan, tak ada kue ulang tahun besar. Namun disaat anak relasi Papah dan Mamah berulang tahun..? Mamah dan Papah hadir dan mengecup mereka. Apakah Reva tak sepenting anak relasi Papah dan Mamah..?” pertanyaan ‘skakmatt’ di ucapkan oleh Reva. Sebuah ungkapan hati yang telah lama di pendam oleh Reva, akhirnya keluar semuanya saat itu. Reva bergegas melangkah setengah berlari menuju kamarnya. Hatinya terasa panas, sepanas bara.! Namun ada rasa
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 128.

Degh..!Bathin Elang menangkap suatu sindiran tak enak, dari pernyataan ayahnya Reva ini. Elang pun hanya diam sejenak lalu berkata, “Cukup Bapak sedikit lebih memperhatikan Reva saja. Itu sudah bayaran termahal bagi saya,” ucap Elang tersenyum. Degh..!Kini ganti Harjo yang terpukul hatinya, dengan pernyataan Elang. Dia menatap Elang dengan tajam. “Coba lihatlah sekelilingmu Elang. Apakah semua fasilitas dan uang yang kuberikan bagi Reva, masih kurang dibanding fasilitas anak-anak lainnya..? Masihkah di bilang aku kurang perhatian terhadap anak?!” tanya Harjo dengan nada agak meninggi. Sesungguhnya Harjo berprasangka. Bahwa Elanglah yang menjadikan Reva berani berkata meledak-ledak padanya seperti tadi. Dan yang lebih menakutkan bagi Harjo adalah, jika putrinya itu sampai jatuh cinta pada Elang. Pemuda tak punya masa depan dan pengangguran pula..!Elang pun tertegun. Dia sungguh dia tak menyangka, kalau ucapannya tentang perhatian, di salah artikan oleh Harjo ke arah fasilitas
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 129.

"Halo Tuan Harjo. Boleh saya bicara sebentar dengan Mas Elang jika dia di sana?” Keina bertanya. Harjo tersadar dari keterkejutannya, dan dia sangat takut kemarahan Keina akan berdampak, pada kesepakatan yang hendak dibuatnya dengan ayah Keina. “Ohh, ten..tentu saja boleh Nona Keina,” sahut Harjo agak gugup. Diserahkannya ponselnya pada Elang, dengan wajah tertunduk malu. “Terimakasih Pak Harjo. Halo Keina,” sapa Elang. Elang sengaja berterimakasih pada Harjo. Agar Keina mendengar dan berpikir, jika Harjo adalah orang yang dekat dengan Elang. “Mas Elang. Keina sudah terima alamatnya, dan visa khusus mas Elang sudah Keina kirimkan ke alamat tersebut. Mas Elang secepatnya urus pasport ya, biar bisa jalan-jalan di Jepang.” “Baik Keina, terimakasih untuk visanya ya. Saya kembalikan ponselnya ya Keina,” ucap Elang, sambil mengembalikan ponsel Harjo. Harjo pun langsung berubah ‘sopan’, dan tersenyum pada Elang, “Bagaimana Nona Keina? Tolong sampaikan salam saya buat Ayah ya,” ucap
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 130.

"Nah ya..! Ngobrol nggak ngajak-ngajak,” Reva muncul sambil berseru, di wajahnya kini terulas senyum yang lebar dan manis sekali. Ya, hati Reva memang sedang gembira saat itu.“Hhh, Reva! Kamu mengagetkan saja,” sungut Julia, berpura-pura cemberut. “Hihihii. Salah sendiri, masih muda sudah kagetan. Mas Elang, Julia, masuk yuk. Papah dan Mamah menunggu di meja makan,” ajak Reva sambil tersenyum geli, melihat Julia yang tadi agak tersentak kaget. Betapa bahagianya hati Reva, saat sang ayah tadi memintanya memanggil Elang dan Julia, untuk ikut makan bersama sambil tersenyum padanya. ‘Akhirnya Mamah dan Papahku berubah’, bathinnya sangat bahagia. “Baiklah. Rejeki pantang di tolak. Ayo Julia, kita habiskan makanan di sana,” ucap Elang mengajak Julia, sambil tersenyum lebar. “Siapa takut..?! Ayukk..,” seru Julia, sambil beranjak mendekati sahabatnya. Elang langsung menyalami dan mencium tangan bu Resmi, saat dia bertemu dengannya di meja makan. “Ohh, ini yang namanya Elang tho. Ayo
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
27
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status