Semua Bab Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan: Bab 31 - Bab 40

103 Bab

Rencana Neuro

Deru napas Neuro terasa begitu dekat di lehernya, membuat bulu kuduk Alisha berdiri. Ia memejamkan matanya sesaat, mencoba mengendalikan diri dari badai sensasi yang tiba-tiba menyerangnya.Aroma tubuh Neuro, maskulin dan tajam, seolah-olah membungkusnya dalam pelukan yang tidak diinginkannya tetapi sulit untuk diabaikan. Kendalikan dirimu, Alisha. Jangan biarkan dirimu terjebak.Dengan sekuat tenaga, ia mendorong tubuh Neuro menjauh. Pria itu terhuyung beberapa langkah ke belakang, tetapi malah tertawa keras, tawanya memenuhi ruangan dengan nada ejekan yang membakar telinga Alisha."Kau pikir ini lucu?" gertaknya, suaranya terdengar tajam seperti bilah pisau."Tentu saja," jawab Neuro ringan, wajahnya masih dihiasi seringai menggoda. "Lihat saja wajahmu yang merah itu, Nona. Kau benar-benar menarik."Wajah Alisha semakin memanas. Ia membuang pandangan, menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa kesal yang bercampur malu.Dalam hatinya, ia mengutuk dirinya sendiri karena membiarkan h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Membentuk Tim

Apa? Apa ia tidak salah dengar? Telinga Alisha seperti mendengar sesuatu yang luar biasa gila.Apa tadi Neuro benar-benar bilang dia bisa menggantikan produk perusahaan Joy Deluxe?Matanya membelalak, penuh keterkejutan, menatap Neuro Edenvile yang masih berdiri dengan senyuman percaya diri yang memancar seperti sinar matahari terik di tengah badai pikiran Alisha."Jangan gila! Mana mungkin produk perusahaan menengah sepertiku dapat menyaingi perusahaan Rean?" sanggah Alisha cepat, suaranya nyaring, hampir seperti bisikan ketakutan yang terungkap tanpa filter.Ia menggelengkan kepala kuat-kuat, rambutnya yang tergerai berayun liar seperti ingin menepis gagasan yang baru saja Neuro lontarkan.Tidak, ini terlalu jauh. Dulu, saat Neuro berkata akan menggagalkan kesepakatan Rean dengan Tuan Robert, itu terdengar masuk akal—sebuah langkah berani, tetapi masih dalam batas logika.Namun, menggantikan produk Rean di pasar internasional? Itu seperti meminta seekor burung pipit untuk melawan el
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Kau Menyukainya!

Sementara itu, John, yang berdiri di dekat pintu, hanya menggelengkan kepala pelan, seolah tak habis pikir dengan tingkah Neuro. "Kenapa kau membantunya?" tanyanya, suaranya terdengar skeptis.Neuro menoleh ke arahnya, ekspresi cerah menghiasi wajahnya yang tampan. "Apa? Kau bilang sesuatu, John?"John mendesah, frustrasi yang bercampur geli tergambar di wajahnya. "Neuro, kau mendengarku?""Hah?" Neuro mengangkat alis, berpura-pura tak mengerti.John hanya menggelengkan kepala sekali lagi, menahan tawa kecil. Pria itu tahu, semenjak Neuro bertemu Alisha, ada sesuatu yang berbeda.Senyum itu—senyum merekah yang tak pernah hilang dari wajahnya—adalah bukti bahwa Alisha telah menjadi pusat perhatian yang sulit dilepaskan."Kau menyukainya, bukan?" suara John memecah keheningan, nadanya tenang namun mengandung desakan halus.Neuro mengerutkan kening, mencoba menghindar dari makna di balik pertanyaan itu. "Apa maksudmu, John?" tanyanya, berpura-pura tidak paham."Istri dari pemilik perusah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Sengaja Dibuat semakin Panas

Alisha kembali termenung, pikirannya terperangkap dalam pertanyaan yang dilontarkan Jesselyn. Apa?Memangnya apa yang bisa ia lakukan jika Neuro benar-benar menyukainya?Rumah tangganya kini bagai kapal yang nyaris karam di tengah badai, ia bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan pria lain, apalagi seorang Neuro."Tidak ada," jawabnya, suaranya lirih namun penuh kejujuran.Jesselyn tertegun, mata lebarnya menatap Alisha dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan kekesalan. "Apa maksudmu dengan tidak ada?" serunya, nyaris berteriak.Alisha hanya mengangkat bahu, gerakannya lesu namun tegas. "Aku hanya bersikap jujur. Memangnya apa yang harus aku lakukan? Satu pria saja sudah cukup menyulitkan hidupku," gumamnya dengan nada setengah menggerutu, tatapannya jatuh pada tumpukan dokumen di mejanya.Jesselyn mendesah dramatis, tangannya terangkat seperti hendak memohon pada langit."Wah, aku tidak percaya ini! Hatimu bahkan tidak tergerak oleh pria rupawan seperti Neuro. Rupanya Rean s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Melabrak Neuro

Kata-kata Gea meluncur seperti bensin yang disiramkan pada api yang sudah berkobar. Rean semakin panas, hatinya membara seperti gunung yang siap meletus.Benar, Alisha tidak tahu diuntung! Ia menggertakkan gigi hingga terdengar gemeretak, seolah seluruh tubuhnya dipenuhi oleh amarah."Akan kutelepon lagi nanti, Gea. Aku harus memberikan pelajaran pada Alisha," ucapnya singkat, nadanya penuh tekad dingin yang mematikan.Gea menambahkan dengan suara pelan namun tajam, seperti pisau kecil yang menusuk tanpa belas kasih. "Iya Kak, kalau perlu ceraikan saja istri seperti itu."Namun Rean tidak lagi memedulikan ucapan terakhir Gea. Ia memutus panggilan tanpa berkata apa-apa, jari-jarinya bergerak cepat menghubungi nomor Alisha.Tapi sial, panggilan itu tidak dijawab. Pikirannya semakin kacau, api cemburu dan penghinaan menutupi semua logika.Apa-apaan ini, Alisha? Jadi benar dia berselingkuh? Apakah dia sengaja menghindari teleponnya karena takut kedoknya terbongkar?Rean mencoba berkali-ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Atau Akan Merebutnya

Keramahtamahan Rean seketika menghilang, tergantikan oleh amarah yang meledak-ledak.Meski Neuro adalah putra koleganya yang dihormati, ia tidak peduli. Harga dirinya sebagai suami tengah dipertaruhkan di sini.Alisha adalah miliknya, dan tidak ada satu orang pun yang berhak menyentuhnya, apalagi seorang Neuro.Namun, Neuro hanya mengangkat bahu, seolah ucapan Rean tidak lebih dari sekadar angin lalu."Jadi Anda juga termakan berita itu. Media memang ahli dalam melebih-lebihkan sesuatu. Anda tidak perlu seheboh ini. Anda tahu sendiri bagaimana wartawan bekerja," katanya ringan, sambil menyilangkan kakinya dengan santai.Berbeda dengan Rean yang amarahnya terlihat bergejolak seperti gelombang badai yang siap menghancurkan segalanya, Neuro tetap duduk dengan santai, wajahnya memancarkan ketenangan dingin yang justru terasa seperti penghinaan.Seringai kecil yang menghiasi bibir Neuro seperti bara yang dilemparkan ke dalam api amarah Rean, membuat pria itu kehilangan kendali.Dengan gera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Sisi Egois Rean

Kalimat itu bagai palu godam yang menghantam ego Rean, memecah sisa kesabaran yang sudah hampir habis. Rahangnya mengeras, otot-otot wajahnya menegang.Ia berbalik, menatap Neuro dengan mata penuh amarah yang berkilat-kilat, seperti api yang siap melahap habis lawannya.Berani sekali pria itu, pikir Rean dengan dada yang sesak. Kata-kata Neuro seperti duri yang menancap dalam, menusuk martabatnya sebagai seorang suami.Ia tak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Neuro baru saja mengundang perang, dan Rean tak akan mundur.Tanpa sepatah kata lagi, Rean meninggalkan ruangan itu dengan langkah berat, namun hatinya dipenuhi dendam yang membara.Setibanya di luar, ia segera meraih ponselnya, menekan nomor dengan gerakan cepat. Suaranya terdengar tajam dan penuh kendali saat berbicara."Halo, Pak Robert. Ya, itu benar. Bagaimana jika kita bertemu? Saya ingin membicarakan masalah Tuan Neuro," katanya.Begitu panggilan berakhir, ia menatap ponselnya untuk sesaat sebelum memasukkannya kemb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Hanya Salah Paham

Di sisi lain, John berdiri di ujung koridor dengan wajah yang memucat. Suara langkah sepatu Robert terdengar nyaring di lantai marmer, semakin mendekat.Saat Robert muncul di hadapannya, tatapan tajam pria itu menghujamnya seperti pedang yang siap menembus pertahanan terakhirnya."Mana Neuro?" tanya Robert dengan nada rendah yang berbahaya, namun penuh dengan kemarahan yang mendidih di bawah permukaan.Wajahnya memerah, dan urat-urat di pelipisnya tampak menonjol seperti akar pohon tua yang meronta dari tanah.John bergidik, punggungnya terasa dingin seperti ditimpa embun beku. Ia tahu kemarahan Robert tidak pernah bisa dianggap remeh.Dengan suara yang sedikit gemetar, ia mengangkat tangannya, menunjuk ke arah ruangan Neuro. "Dia ada di ruangannya, Tuan," jawab John, berusaha menjaga nada sopan meski nyalinya sudah ciut.Robert tidak segera bergerak, namun matanya menatap John dengan penuh penilaian. Tatapan itu seperti menyayat setiap inci
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Giliran Melabrak Alisha

Neuro menyembunyikan senyumnya di balik ekspresi tenang. Ia tahu ini adalah momen kemenangannya. Konflik kecil ini berhasil ia ubah menjadi keuntungan besar untuk dirinya sendiri.Robert melemparkan pandangannya pada salah satu halaman berkas. "Lalu ini apa? Produk baru Alisha's Beautyshop?" tanyanya dengan nada bingung.Neuro berdiri dari kursinya, mendekati ayahnya. "Ya. Mereka mempunyai produk baru yang ku rasa bagus. Ini bisa laku di pasaran, Ayah. Bahkan menurutku produk ini lebih menjanjikan daripada produk yang dimiliki Joy Deluxe."Robert termenung sejenak, matanya menyipit seolah mencoba menimbang peluang di balik ucapan Neuro. "Ya, kau benar," gumamnya. "Tapi perusahaan ini tidak terlalu dikenal oleh kalangan masyarakat, Neuro.""Kalau begitu, kita yang akan mengenalkannya. Produk ini bagus sekali, sayang jika dilewatkan."Robert memiringkan kepala, menatap Neuro dengan mata yang menyelidik. "Jadi, apa maksudmu memberikan ini padaku?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Menghina Alisha

Alisha menghela napas panjang, mencoba meredam gelombang emosi yang membuncah di dadanya.Pandangannya jatuh pada sosok Rean yang berdiri di depannya, pria yang dulu pernah ia cintai sepenuh hati, kini berubah menjadi sosok yang tak ia kenali lagi.Semua karena sebuah berita, sebuah rumor murahan yang membuatnya datang mengamuk seperti badai mengguncang lautan.Neuro benar. Rencana pertemuan mereka di hotel telah membuat Rean seperti singa yang kehilangan mangsanya, mengaum tanpa kendali, melampiaskan kemarahannya tanpa memikirkan akibat.Alisha perlahan bangkit dari kursinya, kedua matanya menyala dengan api perlawanan. Ia menegakkan tubuhnya, membalas tatapan Rean dengan sorot yang tak gentar.Suara napasnya terdengar tenang, namun di baliknya tersembunyi badai yang siap meledak kapan saja."Ini kantor, Rean," suaranya keluar lirih, namun tajam seperti belati."Apa kau tidak mendengar dari Jesselyn? Aku sedang bekerja. Banyak urusan yang harus kuselesaikan hari ini. Aku bahkan tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status