Share

Menghina Alisha

Penulis: Suhadii90
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 22:37:52

Alisha menghela napas panjang, mencoba meredam gelombang emosi yang membuncah di dadanya.

Pandangannya jatuh pada sosok Rean yang berdiri di depannya, pria yang dulu pernah ia cintai sepenuh hati, kini berubah menjadi sosok yang tak ia kenali lagi.

Semua karena sebuah berita, sebuah rumor murahan yang membuatnya datang mengamuk seperti badai mengguncang lautan.

Neuro benar. Rencana pertemuan mereka di hotel telah membuat Rean seperti singa yang kehilangan mangsanya, mengaum tanpa kendali, melampiaskan kemarahannya tanpa memikirkan akibat.

Alisha perlahan bangkit dari kursinya, kedua matanya menyala dengan api perlawanan. Ia menegakkan tubuhnya, membalas tatapan Rean dengan sorot yang tak gentar.

Suara napasnya terdengar tenang, namun di baliknya tersembunyi badai yang siap meledak kapan saja.

"Ini kantor, Rean," suaranya keluar lirih, namun tajam seperti belati.

"Apa kau tidak mendengar dari Jesselyn? Aku sedang bekerja. Banyak urusan yang harus kuselesaikan hari ini. Aku bahkan tidak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Kau Wanita Kuat

    Suara Alisha meledak di dalam ruangan, menggema bagaikan gelegar petir di tengah langit kelam. Tangannya terangkat, telunjuknya lurus menuding ke arah pintu, seperti pedang yang menghunus jantung Rean.Matanya berkilat penuh luka dan kemarahan, suaranya pecah oleh kepedihan yang tak mampu lagi ia bendung.Rean berdiri terpaku sejenak, napasnya memburu, dadanya naik turun menahan gejolak emosinya sendiri.Rahangnya mengeras, matanya menyipit, namun bukan hanya karena amarah—ada sesuatu yang lain di sana, sesuatu yang ia sendiri tidak bisa pahami.Harga dirinya berteriak agar ia tetap di tempat, membalas kata-kata Alisha dengan lebih kejam lagi, namun entah mengapa, ia tahu bahwa tak ada gunanya.Dengan wajah yang merah padam, tangannya mengepal di sisi tubuhnya, dan dengan gerakan kasar, ia berbalik.Langkahnya menghentak lantai dengan keras, meninggalkan ruangan dengan sisa kemarahan yang masih membara.Begitu Rean menghilang di balik pintu, sesuatu dalam diri Alisha runtuh.Seluruh p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Biar Kuantar!

    Jesselyn menatap sahabatnya dengan penuh pemahaman, tidak ada sedikit pun keberatan dalam tatapannya. "Baiklah, serahkan semua padaku. Pulang dan istirahatlah. Tapi, tanda tangani dulu berkas ini, setelah itu kau bisa pergi."Alisha mengangguk, merasa sedikit lebih tenang karena memiliki seseorang yang selalu mendukungnya. "Aku akan pulang setelah mempelajari dan menandatangani ini. Maaf jika aku merepotkanmu.""Tidak, tidak apa-apa. Take your time."Namun, meskipun Jesselyn berkata begitu, matanya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran yang terus mengendap di dalam benaknya.Alisha menghela napas panjang, lalu mulai membuka lembaran-lembaran berkas yang diberikan Jesselyn.Matanya menelusuri baris demi baris tulisan di atas kertas, namun pikirannya masih terus terbayang oleh peristiwa yang terjadi sebelumnya.Kata-kata Rean masih menggema di telinganya, seolah-olah menghujamnya berulang kali tanpa ampun.Setelah semua ini selesai, ia hanya ingin pulang. Berbaring. Dan melupakan segal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Dia yang Selalu Ada

    Alisha terlihat mengerjap melihat Neuro ada di hadapannya. Matanya melebar sempurna, terlalu terkejut dengan kedatangan Neuro yang mendadak.Tatapan mereka bertaut, seperti pertemuan dua arus sungai yang bertubrukan dalam derasnya aliran takdir."Neuro? Sedang apa kau di sini?" tukasnya setengah berteriak.Tadinya aku ingin menemuimu dan membahas pekerjaan kita, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat," ujar Neuro beralasan, suaranya setenang angin yang berbisik di antara dedaunan senja."Ya, aku merasa lelah hari ini, kau bisa kembali besok," balas Alisha lemah, suaranya bagai embusan napas terakhir sebelum malam menyelimuti dunia.Matanya berkabut, seolah menyimpan gelombang pasang yang siap meluluhlantakkan segala ketegaran."Apa kau ada masalah? Rean tadi menemuiku, apa dia juga ke sini?" Tanya Neuro dengan nada yang berpura-pura datar, meski matanya menyelidik tajam, mencari serpihan rahasia di wajah Alisha."Ya, dia ke sini. Aku benar-benar lelah hari ini, Neuro. Kurasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Mabuk

    Alisha segera mengalihkan pandangannya yang sedang betah menatap Neuro. Tidak, Alisha. Apa yang ia pikirkan? Mata pria itu terlalu berbahaya, bagaikan pusaran misterius yang bisa menyeretnya ke dalam ilusi manis yang tak seharusnya ia cicipi. Neuro berbuat baik padanya hanya karena sebuah keharusan, bukan karena ketulusan yang ingin ia percayai begitu saja.Melihatnya berjalan sempoyongan tadi pasti membuat hati kecil Neuro merasa iba. Alisha menggeleng kecil, mencoba mengusir pemikiran konyol bahwa Neuro menyukainya. Seperti yang sudah ia bilang, itu mustahil. Dia hanyalah wanita yang memiliki banyak permasalahan dalam hidupnya—badai yang tak kunjung reda, kepingan mozaik yang tak kunjung utuh."Bagaimana? Sudah lebih baik?" suara Neuro menyelinap ke dalam benaknya, seakan menariknya kembali dari lautan pikiran yang berkecamuk.Alisha segera menengadah, menatap Neuro yang kini tengah mengamati dirinya dengan mata penuh sorotan lembut."Ya, lumayan," balasnya ringan, meski hatinya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menghubungi Sang Mama

    Jadi, pria ini hancur karena berita perselingkuhan Alisha dengan Neuro? Matanya menatap wajah Rean dengan perasaan yang tak menentu. Ada sesuatu yang mencubit hatinya, sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak. Apa ini? Apa Rean masih mencintai Alisha hingga ia begitu terpukul seperti ini?"Sudahlah, Kak. Tidak usah dipikirkan, aku ada untukmu," ujar Gea, suaranya sarat dengan keyakinan yang dipaksakan.Rean mengerjap, lalu terkekeh kecil, seolah baru menyadari keberadaan Gea. "Ah... Gea! Benar, kau Gea!""Ya, aku. Tidak usah bersedih karena Kak Lisha. Aku ada untukmu, Kak Rean. Aku yang akan selalu menemanimu," lanjut Gea, suaranya bergetar oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar simpati.Helaan napas panjang terdengar dari mulut Rean, pria itu mengangkat tangannya, menyentuh wajah Gea dengan kelembutan yang membuat dada Gea bergejolak. Jemari hangat itu membelai pipinya, namun di balik sentuhan itu, Gea bisa merasakan kehampaan."Kenapa kita harus bert

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menemani Tidurmu

    Suara di ujung telepon membuat Rean terlonjak. Seketika kantuknya buyar, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia mengerjapkan matanya dengan susah payah. Suara ini..."Ma...?"Riana. Ibundanya.Ia menegakkan tubuhnya perlahan, kepalanya berdenyut nyeri akibat alkohol yang masih mengalir dalam sistemnya.Pantas saja ada yang meneleponnya di tengah malam seperti ini—di Amerika, waktu masih menunjukkan pukul satu siang."Ma, apa Mama lupa kalau di sini sudah hampir tengah malam?" keluhnya setengah kesal, suaranya serak akibat kantuk yang masih menggantung.Di seberang sana, Riana terdengar mendesah berat. "Ya, Mama tahu. Tapi ini penting," tukasnya terburu-buru, nada suaranya terdengar tegang.Rean menarik napas panjang, tangannya terangkat untuk memijat pelipisnya yang berdenyut. Efek dari alkohol masih begitu kuat di tubuhnya, membuat kepalanya berputar.Saat perlahan-lahan kesadarannya kembali, ia menyadari sesuatu—ia tak lagi terbaring di lantai. Kini, tubuhnya berada di sofa ruang tamu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Akan Menggunakanmu

    "Alisha!"Suara Riana menggelegar dari seberang telepon, mengguncang malam yang seharusnya tenang. Alisha tersentak, jantungnya berdetak tak beraturan.Matanya mengerjap dalam gelap, mencoba memahami apakah ini kenyataan atau sekadar mimpi buruk yang lain.Kilasan cahaya dari layar ponselnya menusuk kelopak matanya yang masih berat. Waktu menunjukkan pukul satu pagi.Dengan gerakan lamban, ia memijat pelipisnya yang berdenyut hebat. Kepalanya terasa bagai dihantam ribuan jarum tajam.Tuhan, ia baru saja terlelap setengah jam lalu setelah larut dalam kekacauan pikirannya, namun kini tidur pun tak sudi berpihak padanya."Ya, Ma? Mama baik?" sapanya, berusaha menjaga suaranya tetap stabil. Ada kelelahan, ada kejengkelan yang ia tahan sekuat tenaga.Namun, bukannya jawaban, yang ia terima justru tajamnya suara penuh kebencian dari Riana."Tidak usah berbasa-basi dengan Mama!"Nada itu menusuk seperti belati dingin yang mengiris kulitnya. Alisha menutup mata sejenak, menarik napas dalam se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Konferensi Pers

    Pagi datang dengan cahaya yang terlalu tajam, menusuk kelopak matanya yang masih berat. Layar ponselnya berkedip, memantulkan cahaya redup ke langit-langit kamarnya yang sepi. Suara yang teramat familiar memenuhi ruang sunyi."Kau mengirimkan pesan padaku tengah malam kemarin, Nona? Kenapa? Apa kau merindukanku?"Alisha mengangguk kecil, meski tahu Neuro tak akan melihatnya. Suaranya yang penuh antusiasme membuat pagi ini terasa kurang menyakitkan.Ia terkekeh pelan, seperti angin yang menyentuh dedaunan dengan lembut. "Bagaimana menurutmu?""Kau ingin aku menjemputmu sekarang? Kita bisa ke tempat konferensi pers bersama-sama."Alisha menatap langit biru di balik jendela kaca, perasaan aneh menggelitik hatinya. "Tidak perlu, aku bisa..."Tut... Tut... Tut...Alisnya bertaut, menatap layar ponselnya yang kini hanya menampilkan panggilan berakhir. Apa? Neuro memutus panggilan mereka begitu saja? Tanpa sepatah kata pun?Alisha mengangkat bahu. Mungkin ini pertanda bahwa badai yang lebih

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Semakin Harmonis

    Gea mengangguk-angguk kecil, berpura-pura menyetujui, meskipun Alisha bisa melihat dengan jelas bahwa hatinya sedang membara. "Aku ikut senang," ucapnya dengan senyum yang jelas dipaksakan."Sayang, kalau begitu aku pamit ke kantor kembali," ujar Rean, bersiap untuk berlalu dari tempat itu.Namun, sebelum ia sempat melangkah, Alisha kembali memanggilnya. "Sayang?"Rean berbalik, alisnya sedikit terangkat melihat Alisha yang tiba-tiba mendekat. Wanita itu tersenyum samar, lalu dengan gerakan anggun, ia membenarkan dasi di leher suaminya.Jemarinya yang halus menyentuh leher kemeja Rean, memperbaikinya dengan gerakan yang terlihat begitu akrab, begitu intim.Rean dapat merasakan tatapan penuh kebingungan yang dilemparkan padanya. Tentu saja, sedetik lalu Alisha masih enggan disentuh olehnya, tapi sekarang ia justru sengaja bermesraan terang-terangan. Dan lebih dari itu—ia melakukannya di depan Gea.Alisha melirik sekilas ke arah Gea, menangkap bagaimana mata perempuan itu menajam, rahan

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Sudah Baikan

    Rean hanya bisa terpaku saat Alisha memilih melangkahkan kakinya, enggan mendengar perkataannya lebih jauh.Ia tetap diam, hanya bisa menatap punggung istrinya yang semakin menjauh, membawa serta harapan yang kian meredup.Pembicaraan mereka belum selesai, tetapi Alisha sepertinya tidak ingin mendengar apa pun lagi hari ini. Rean hanya bisa mendesah, merutuki kesalahannya sendiri.Sial, apa yang bisa ia lakukan agar Alisha memaafkannya kali ini?Di dalam kamar, Alisha menatap kosong ke arah bunga mawar yang tersimpan di atas meja riasnya.Kelopak merahnya terlihat mulai layu, seolah mencerminkan hatinya yang mulai kehilangan semangat.Namun, sesuatu menarik perhatiannya—secarik nota kecil yang menempel pada tangkai bunga itu.Alisha menariknya perlahan, jari-jarinya sedikit gemetar saat membacanya. Huruf-huruf itu terukir dalam tulisan tangan yang begitu ia kenal. Tidak salah lagi, ini dari Rean.Matanya menyapu baris demi baris kata-kata yang tertera di sana, dan untuk sesaat, ia mem

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Permintaan Maaf yang Basi

    Langkah Alisha terdengar nyaring saat ia pergi lebih dulu, derap sepatunya menggema, menciptakan irama kemarahan yang bahkan udara pun ikut merasakannya.Rean menatap Neuro tajam sebelum akhirnya mengikuti istrinya dari belakang, matanya menyimpan bara api yang enggan padam.Sepanjang perjalanan, keheningan menggantung di antara mereka seperti awan mendung yang siap menumpahkan hujan.Rean, dengan hati yang berdesir oleh ketidakpastian, mencoba memecah kesunyian.Namun, sebelum bibirnya sempat menyusun kalimat, Alisha telah lebih dulu memotongnya. "Sudah kubilang, kita akan bicara setelah sampai di rumah."Rean menghela napas, menelan kata-kata yang tak sempat diutarakan, membiarkan Alisha tenggelam dalam lautan kemarahannya sendiri.Setibanya di rumah, Alisha melempar tas tangannya dengan gerakan penuh emosi.Bunyi dentuman halusnya bagai tanda peringatan akan badai yang sebentar lagi akan melanda. Ia berbalik, menatap Rean dengan sorot mata yang menguliti."Apa yang sedang kau lakuk

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Kita Bicara di Rumah

    Jesselyn menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu dengan ekspresi yang sarat dengan kejengkelan. Sorot matanya berkilat tajam, seolah menembus dinding pertahanan pria di depannya."Kau lagi?" suaranya bagaikan es yang mengiris udara di antara mereka. "Tidak cukupkah kemarin kau sudah menghancurkan hati Alisha?"Rean mendesah kasar, kepalanya sedikit menengadah sebelum memutar bola matanya. Sekretaris pribadi Alisha ini memang selalu bersikap menyebalkan.Entah karena terlalu setia atau sekadar ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain.Menjengkelkan.Dalam hati, Rean sudah berjanji. Jika nanti ia dan Alisha berbaikan, wanita ini akan menjadi orang pertama yang ia pastikan untuk disingkirkan.Dengan nada setajam belati, ia menukas, "Aku tidak punya urusan denganmu. Aku ingin bertemu istriku."Jesselyn tersenyum miring, bibirnya melengkung dengan kesan mengejek. "Alisha tidak ada di sini. Sebaiknya kau pergi sebelum membuatku muak.""Jangan bohong!" Rean menyergah keras, tidak perca

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Harus Meminta Maaf

    Neuro kemudian mengalihkan pandangannya kepada Alisha, ekspresinya berubah lebih lembut, hampir... menyesal."Saya juga ingin meminta maaf kepada Nona Alisha beserta keluarganya yang telah merasa terganggu akibat pemberitaan ini," ucapnya dengan nada penuh ketulusan.Alisha menundukkan kepalanya sedikit, memberikan jawaban diam untuk Neuro. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang mendesak untuk berbicara.Ia melirik Neuro sekilas, memberi isyarat dengan matanya. Neuro, yang tampaknya sudah memahami keinginannya, menyerahkan pengeras suara dengan anggukan halus.Alisha menarik napas panjang, membiarkan udara dingin memenuhi paru-parunya sebelum menghembuskannya dalam satu hembusan kasar."Sekali lagi, saya tekankan bahwa saya tidak berselingkuh dengan Tuan Neuro Edenvile. Terima kasih," ucapnya tegas, suaranya tak bergetar sedikit pun.Tanpa membuang waktu, mereka turun dari podium. Kerumunan wartawan langsung bergerak maju, melontarkan berbagai pertanyaan dengan suara-suara yang beradu

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Konferensi Pers

    Pagi datang dengan cahaya yang terlalu tajam, menusuk kelopak matanya yang masih berat. Layar ponselnya berkedip, memantulkan cahaya redup ke langit-langit kamarnya yang sepi. Suara yang teramat familiar memenuhi ruang sunyi."Kau mengirimkan pesan padaku tengah malam kemarin, Nona? Kenapa? Apa kau merindukanku?"Alisha mengangguk kecil, meski tahu Neuro tak akan melihatnya. Suaranya yang penuh antusiasme membuat pagi ini terasa kurang menyakitkan.Ia terkekeh pelan, seperti angin yang menyentuh dedaunan dengan lembut. "Bagaimana menurutmu?""Kau ingin aku menjemputmu sekarang? Kita bisa ke tempat konferensi pers bersama-sama."Alisha menatap langit biru di balik jendela kaca, perasaan aneh menggelitik hatinya. "Tidak perlu, aku bisa..."Tut... Tut... Tut...Alisnya bertaut, menatap layar ponselnya yang kini hanya menampilkan panggilan berakhir. Apa? Neuro memutus panggilan mereka begitu saja? Tanpa sepatah kata pun?Alisha mengangkat bahu. Mungkin ini pertanda bahwa badai yang lebih

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Akan Menggunakanmu

    "Alisha!"Suara Riana menggelegar dari seberang telepon, mengguncang malam yang seharusnya tenang. Alisha tersentak, jantungnya berdetak tak beraturan.Matanya mengerjap dalam gelap, mencoba memahami apakah ini kenyataan atau sekadar mimpi buruk yang lain.Kilasan cahaya dari layar ponselnya menusuk kelopak matanya yang masih berat. Waktu menunjukkan pukul satu pagi.Dengan gerakan lamban, ia memijat pelipisnya yang berdenyut hebat. Kepalanya terasa bagai dihantam ribuan jarum tajam.Tuhan, ia baru saja terlelap setengah jam lalu setelah larut dalam kekacauan pikirannya, namun kini tidur pun tak sudi berpihak padanya."Ya, Ma? Mama baik?" sapanya, berusaha menjaga suaranya tetap stabil. Ada kelelahan, ada kejengkelan yang ia tahan sekuat tenaga.Namun, bukannya jawaban, yang ia terima justru tajamnya suara penuh kebencian dari Riana."Tidak usah berbasa-basi dengan Mama!"Nada itu menusuk seperti belati dingin yang mengiris kulitnya. Alisha menutup mata sejenak, menarik napas dalam se

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menemani Tidurmu

    Suara di ujung telepon membuat Rean terlonjak. Seketika kantuknya buyar, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia mengerjapkan matanya dengan susah payah. Suara ini..."Ma...?"Riana. Ibundanya.Ia menegakkan tubuhnya perlahan, kepalanya berdenyut nyeri akibat alkohol yang masih mengalir dalam sistemnya.Pantas saja ada yang meneleponnya di tengah malam seperti ini—di Amerika, waktu masih menunjukkan pukul satu siang."Ma, apa Mama lupa kalau di sini sudah hampir tengah malam?" keluhnya setengah kesal, suaranya serak akibat kantuk yang masih menggantung.Di seberang sana, Riana terdengar mendesah berat. "Ya, Mama tahu. Tapi ini penting," tukasnya terburu-buru, nada suaranya terdengar tegang.Rean menarik napas panjang, tangannya terangkat untuk memijat pelipisnya yang berdenyut. Efek dari alkohol masih begitu kuat di tubuhnya, membuat kepalanya berputar.Saat perlahan-lahan kesadarannya kembali, ia menyadari sesuatu—ia tak lagi terbaring di lantai. Kini, tubuhnya berada di sofa ruang tamu.

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menghubungi Sang Mama

    Jadi, pria ini hancur karena berita perselingkuhan Alisha dengan Neuro? Matanya menatap wajah Rean dengan perasaan yang tak menentu. Ada sesuatu yang mencubit hatinya, sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak. Apa ini? Apa Rean masih mencintai Alisha hingga ia begitu terpukul seperti ini?"Sudahlah, Kak. Tidak usah dipikirkan, aku ada untukmu," ujar Gea, suaranya sarat dengan keyakinan yang dipaksakan.Rean mengerjap, lalu terkekeh kecil, seolah baru menyadari keberadaan Gea. "Ah... Gea! Benar, kau Gea!""Ya, aku. Tidak usah bersedih karena Kak Lisha. Aku ada untukmu, Kak Rean. Aku yang akan selalu menemanimu," lanjut Gea, suaranya bergetar oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar simpati.Helaan napas panjang terdengar dari mulut Rean, pria itu mengangkat tangannya, menyentuh wajah Gea dengan kelembutan yang membuat dada Gea bergejolak. Jemari hangat itu membelai pipinya, namun di balik sentuhan itu, Gea bisa merasakan kehampaan."Kenapa kita harus bert

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status