Beberapa hari kemudian, rumah keluarga Reyhan dipenuhi ketegangan. Raisa, yang biasanya percaya diri, kini tampak gelisah, terus mengawasi Reyhan yang duduk di sofa dengan tatapan kosong.Sejak pertemuannya dengan Naira di restoran, ia semakin diam, seolah baru menyadari bahwa dunia yang ia kenal telah runtuh."Reyhan, kita harus bicara," suara Raisa terdengar tajam, namun bergetar. Ia mencoba meraih tangan Reyhan, tapi pria itu menarik diri, enggan disentuh."Bicarakan apa?" tanya Reyhan, suaranya datar, nyaris tanpa emosi.Raisa mengepalkan tangannya. "Kita harus menemui ayah dan ibuku. Jika mereka kembali merestui hubungan kita, semuanya bisa seperti dulu lagi."Reyhan menoleh dengan sinis."Kembali seperti semula? Maksudmu kembali saat aku membiarkan Naira menderita dan menutup mata atas kejahatan keluargaku? Saat aku terlalu bodoh mengikuti semua kemauan mereka?"Raisa terdiam, tapi ia tak mau menyerah. "Reyhan, kau tidak bisa terus seperti ini. Kau harus bangkit! Kita masih puny
Last Updated : 2025-03-04 Read more