Share

Bab 30

Author: Phoenixclaa
last update Last Updated: 2025-03-08 23:10:36

Naira melangkah keluar dari ruang rapat dengan senyum puas. Ia berjalan menuju kantornya, merapikan beberapa dokumen sebelum pulang.

Naira melangkah ringan ke arah lift, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Arga berdiri di sana dengan tangan diselipkan ke dalam saku celana.

Tatapan pria itu tajam, penuh kebanggaan yang tak berusaha ia sembunyikan.

“Kau luar biasa sayang,” ucap Arga dengan nada mantap.

Naira hanya tersenyum tipis. “Kau terlihat puas.”

Arga mendekat, ekspresinya tidak berubah. “Tentu saja. Istriku baru saja membuktikan bahwa dia lebih dari sekadar pendampingku dia adalah ratu dalam permainan ini.”

Naira menatapnya dengan penuh kelembutan. Ia tahu betapa ambisius dan kerasnya Arga dalam dunia bisnis, tetapi saat ini, lelaki itu hanya seorang suami yang bangga.

Arga meraih tangannya, menggenggamnya erat. “Ayo pulang. Kita rayakan kemenangan ini.”

Naira mengangkat alis. “Dengan apa?”

Arga menatapnya dalam, lalu berbisik di telinganya. “Dengan caraku.”

Sebuah debar aneh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 31

    Lila dan Raisa akhirnya berpisah setelah pertemuan mereka di kafe, tapi tanpa kesimpulan yang jelas.Mereka memiliki dendam yang sama terhadap Naira, tetapi tidak ada rencana konkret yang berhasil mereka susun. Raisa melangkah keluar dengan frustrasi, sementara Lila juga tidak puas dengan percakapan mereka.Beberapa hari berlalu, Raisa masih terjebak dalam pikirannya. Ia duduk di mejanya, memainkan pena di tangannya tanpa benar-benar memperhatikan pekerjaan yang harus ia selesaikan.Rencana yang ia bicarakan bersama Lila terasa menggantung, tanpa arah yang jelas.Saat ia berjalan keluar ruangannya dengan pikiran berkecamuk, tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Tumpukan berkas yang dibawa orang itu jatuh berhamburan ke lantai."Maaf, aku tidak—" Raisa mengangkat wajahnya dan melihat siapa yang ia tabrak.Bastian, pria berpostur tegap dengan bahu lebar dan wajah berkarakter kuat. Dengan rambut hitam yang selalu rapi serta mata tajam yang sulit ditebak, ia membawa aura disiplin dan ketel

    Last Updated : 2025-03-09
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 32

    Beberapa hari setelah pertemuan di kantin, Raisa mengatur pertemuan pribadi dengan Bastian. Ia sengaja memilih sebuah kafe yang tidak terlalu ramai.Bastian datang tepat waktu. Seperti biasa, ia tampil rapi dengan kemeja biru gelap yang lengan bajunya tergulung hingga siku.Ekspresinya tetap kaku dan penuh kehati-hatian. Ia menarik kursi di hadapan Raisa dan duduk dengan sikap waspada."Bu Raisa," sapanya singkat.Raisa menyunggingkan senyum tipis. "Bastian, aku senang kau datang.""Apa yang ingin Anda bicarakan bu?"Raisa menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap pria itu dengan pandangan penuh arti. "Aku melihat caramu menatap Naira dan Arga waktu itu. Dan aku rasa, aku tidak salah dalam menilai situasi ini. Kau memiliki perasaan terhadapnya, bukan?"Bastian menegang sejenak, tetapi ia tidak langsung menjawab. Ia hanya mengepalkan jemarinya di atas meja."Tidak perlu menyangkal," lanjut Raisa dengan suara lembut namun tajam. "Kau tidak perlu malu jika kau memang menyukainya. Perasaan

    Last Updated : 2025-03-10
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 33

    Malam itu, setelah Bastian pergi, Naira bisa merasakan ketegangan di udara. Arga berdiri di sampingnya, menatap ke luar jendela dengan ekspresi yang sulit ditebak.Suara hujan yang mengguyur kaca jendela menambah suasana muram di antara mereka."Kau baik-baik saja?" tanya Arga akhirnya, suaranya terdengar lebih lembut dari sebelumnya.Naira mengangguk pelan. "Tentu saja. Kenapa kau bertanya begitu?"Arga menghela napas, lalu berbalik menatapnya. "Aku melihat cara Bastian memperlakukanmu. Dan jujur saja, aku tidak menyukainya.""Sayang, Aku yakin Bastian tidak mendekatimu tanpa alasan."Naira menatap suaminya dengan serius. Mereka sudah lama mencurigai Raisa memiliki rencana tersembunyi, dan kehadiran Bastian hanya semakin menguatkan dugaan itu."Aku tak mau kita bermasalah karena prasangka," ujar Naira hati-hati. "Tapi kalau Bastian memang bagian dari rencana Raisa, kita harus lebih berhati-hati."Arga menatapnya dalam-dalam, lalu meraih tangan Naira, menggenggamnya erat. "Aku hanya t

    Last Updated : 2025-03-11
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 34

    Arga merasa jantungnya berdebar begitu cepat saat mendengar kabar tentang istrinya. Langkahnya tergesa, hampir berlari menyusul kerumunan yang sudah bergerak menuju lantai atas.Pikirannya kacau, tidak ingin mempercayai desas-desus yang berkembang liar di pesta ini. Naira bukan orang seperti itu! Tidak mungkin!Di depan kamar yang disebut-sebut sebagai tempat Naira berada, suasana semakin menegangkan.Para tamu berbisik penuh penasaran, wajah mereka penuh dengan antisipasi akan skandal yang sebentar lagi terbongkar.Bu Rina dan Pak Pratama berdiri tegang di antara mereka, sementara Raisa berdiri paling depan dengan ekspresi penuh kemenangan.Dari dalam kamar, samar-samar terdengar suara aneh. Beberapa orang mulai melirik satu sama lain, desas-desus bertambah liar.Raisa tidak bisa menyembunyikan senyum sinisnya. Ini momen yang ia tunggu. Dengan penuh semangat, tangannya terulur ke gagang pintu.“Sudah cukup permainan ini,” katanya lantang. “Sekarang kita lihat sendiri siapa sebenarnya

    Last Updated : 2025-03-11
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 35

    Setelah kejadian memalukan di pesta, Raisa tidak punya pilihan selain meminta maaf di depan semua orang keesokan harinya di kantor.Namun, alih-alih mendapatkan simpati, ia justru semakin dipermalukan.Dengan wajah merah padam, Raisa menundukkan kepala di hadapan Arga dan Naira di kantor. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi, Bu Naira," ucapnya singkat, berusaha terdengar tulus meski sorot matanya masih menyimpan perhitungan.Namun, bukannya meredam situasi, para rekan kerja yang masih berkumpul mulai berbisik-bisik, sebagian bahkan menahan tawa.Beberapa orang memandang Raisa dengan tatapan mencemooh, sementara yang lain dengan sinis berbisik tentang betapa rendahnya sikap Raisa.Salah satu karyawan bahkan berbisik cukup keras hingga terdengar oleh beberapa orang di sekitar, "Bu Raisa sudah terlalu sering terang-terangan menyerang Bu Naira. Tidak heran kalau sekarang dia mendapatkan balasannya sendiri."Arga menatap Raisa tajam, ekspresinya penuh ketegasan. "Jangan ulangi kesalaha

    Last Updated : 2025-03-12
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 36

    Setelah beberapa minggu pemulihan, Reyhan akhirnya kembali ke kantor. Meski belum sepenuhnya pulih, ia merasa cukup kuat untuk bekerja.Namun, pikirannya terusik saat tanpa sengaja bertemu Naira di koridor kantor. Wanita itu tampak percaya diri seperti biasa, tetapi kali ini ada senyum tipis di bibirnya.Biasanya, Naira selalu menunjukkan ekspresi datar padanya, namun sekarang ada sesuatu yang berbeda.Mata mereka bertemu sesaat sebelum Naira meliriknya dan bertanya dengan nada santai, "Bagaimana kabarmu, Reyhan? Sudah merasa lebih baik?"Reyhan terkejut. Naira tak pernah berbasa-basi sejak mereka berpisah. Mengapa sekarang ia tampak begitu tenang, seolah menyimpan rahasia?Lebih buruk lagi, Reyhan mulai sering bermimpi tentang kecelakaannya. Dalam mimpi itu, Naira-lah yang berusaha menyelamatkannya, bukan Raisa.Suaranya memanggil namanya dengan panik, tangannya menariknya keluar dari mobil yang ringsek. Tapi itu tidak mungkin, bukan?Ia menggelengkan kepala, mencoba menepis kebingun

    Last Updated : 2025-03-13
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 37

    Setelah pertemuan yang cukup menegangkan di rumah Pak Alfian dan Bu Ratna, Bu Maya dan Reyhan akhirnya pulang.Sepanjang perjalanan, Bu Maya tampak puas, sementara Reyhan hanya diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri.Begitu mobil berhenti di depan rumah, mereka disambut oleh Lila yang berdiri di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada.Senyumnya merekah, matanya berbinar penuh semangat. Rambut panjangnya yang tergerai sedikit berayun tertiup angin malam, menambah kesan percaya diri pada wajahnya yang berseri-seri.“Kak Reyhan!” serunya antusias, matanya berbinar penuh kegembiraan. “Aku dengar kabar baiknya dari Ibu! Akhirnya Kakak akan tunangan lagi dengan Kak Raisa!”Reyhan hanya mengangguk kecil, sementara Bu Maya menepuk pundak putrinya dengan bangga. “Tentu saja. Ini yang terbaik untuk keluarga kita.” Nada suaranya mengandung kebanggaan yang tidak bisa disembunyikan.Lila tersenyum puas. Baginya, ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan namanya di kampus.Lila harus men

    Last Updated : 2025-03-13
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 38

    Pesta pertunangan Reyhan dan Raisa terus berlanjut dengan kemewahan yang dipersiapkan secara matang.Para tamu dari berbagai kalangan, mulai dari rekan bisnis hingga kolega keluarga, bercengkerama di dalam gedung yang dipenuhi dekorasi elegan.Suara orkestra mengalun lembut, menciptakan suasana yang tampak sempurna di permukaan.Di tengah kemeriahan itu, Arga melangkah mendekati pasangan yang baru saja bertukar cincin. Wajahnya tetap netral, mencerminkan profesionalismenya yang tak tergoyahkan."Selamat untuk kalian berdua," ucapnya, suaranya mantap namun datar. "Semoga pertunangan ini menjadi awal yang baik untuk masa depan kalian."Raisa yang sejak awal merasa canggung dengan kehadiran Arga segera tersenyum lega. Ia tahu betapa sulitnya bagi bosnya itu untuk datang, mengingat masalah yang telah terjadi.Ia juga sadar bahwa akhir-akhir ini kinerjanya di kantor sering mengecewakan Arga. Namun, pria itu tetap hadir, dan itu saja sudah cukup baginya."Terima kasih banyak, Pak Arga," ujar

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 107

    Rumah Keluarga Reyhan, 04.23Pintu rumah Reyhan berderit pelan saat dibuka.Tubuh Reyhan basah kuyup, bajunya kotor dengan bercak tanah dan lumpur. Matanya merah, wajahnya keras, penuh amarah yang ditahan.Bu Maya yang sejak tadi gelisah di ruang tamu langsung bangkit, menghampiri dengan langkah tergesa."Reyhan! Gimana, Nak? Kamu ketemu Raisa, kan? Dia nggak apa-apa, kan?!" seru Bu Maya dengan nada cemas, matanya membelalak penuh harap.Reyhan hanya diam, tatapannya kosong.Tanpa menjawab, ia melepas jaket kotor itu dan melemparkan ke sofa dengan kasar, berjalan menuju kamarnya."Reyhan, jawab, Nak! Raisa gimana?! Jangan diam aja!" teriak Bu Maya, suaranya pecah.Langkah Reyhan mendadak terhenti.Ia membalikkan badan perlahan, wajahnya merah karena menahan emosi."BU!" Reyhan menghardik, suaranya meledak. "Kenapa Ibu nggak pernah berhenti BICARA?!"Bu Maya terkejut, tubuhnya gemetar."Semua ini... semua kekacauan ini... itu KARENA IBU!" teriak Reyhan, dadanya naik turun menahan amara

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 106

    Jalan Raya Margasari, 23.29Hujan mengguyur semakin deras. Di tengah malam basah itu, Reyhan masih berlutut di samping tubuh Raisa, yang tergeletak tak berdaya, terbungkus dingin dan sepi.Darah bercampur air hujan, membentuk aliran kecil yang mengalir menjauh, seolah ingin membawa pergi semua dosa malam ini.Alex kini menatapnya dalam diam. Tidak ada kemarahan di wajahnya, hanya sesuatu yang jauh lebih mengerikan: kekecewaan dingin.Alex berhenti di depan Reyhan, menghela napas panjang, lalu berjongkok hingga sejajar dengan wajah bawahannya itu."Aku pikir kamu lebih pintar dari ini, Reyhan," katanya datar. "Menyembunyikan Raisa... dariku?"Reyhan ingin membela diri, ingin berteriak, tapi suaranya tercekat. Tubuhnya menggigil bukan hanya karena hujan, tapi karena takut.Alex menatap tubuh Raisa sesaat, lalu kembali menatap Reyhan, mata tajamnya seperti menelanjangi setiap kebohongan."Aku seharusnya membereskanmu sekarang juga," lanjutnya pelan, nadanya nyaris ramah. "Seharusnya aku

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 105

    Langit kota diselimuti mendung pekat, gerimis turun menyapu aspal yang dingin. Reyhan menyetir pulang dengan kecepatan nyaris melanggar batas, dadanya terasa sesak.Pikirannya masih terguncang oleh satu pesan singkat dari Alex, bos sekaligus lelaki yang selama ini bisa menggenggam lehernya dalam satu perintah:“Aku akan membereskan satu urusan malam ini. Selesaikan proposal perencanaan malam ini.”Urusan.Reyhan langsung tahu: itu tentang Raisa."Jangan sampai…" gumamnya, jari-jarinya mencengkeram setir, napasnya memburu.Begitu sampai di rumah, dia langsung melompat keluar dari mobil, membanting pintu dan menerobos masuk.“RAISA!” suaranya menggema keras. Lila meringkuk di sudut, menutup telinga. Bu Maya muncul dari dapur dengan wajah panik.Braak!Pintu rumah dibuka dengan keras. Reyhan masuk terburu-buru, napasnya memburu. Jaketnya basah oleh hujan gerimis yang baru saja mengguyur kota."Raisa!" teriaknya dari pintu, suaranya menggema, nyaris putus asa.Tak ada jawaban. Rumah teras

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 104

    Dua hari kemudian, matahari sore menyinari pelataran rumah sakit, keemasannya membias di kaca jendela, menyelimuti dunia seolah ikut bersyukur atas kembalinya satu jiwa dari ambang maut.Kursi roda didorong perlahan oleh seorang perawat, roda menggesek lantai dengan suara lirih, seolah ikut menghormati momen ini. Naira, dengan selimut tipis menutupi kakinya, tampak lemah tapi matanya tak lagi kosong.Di sampingnya, Arga berjalan setia. Setiap langkahnya bagai janji sunyi, bahwa ia tak akan membiarkan Naira terluka lagi.Rambut Naira masih belum ditata rapi, kulitnya pucat, tapi ada cahaya tak tergoyahkan di sorot matanya.Cahaya dari perempuan yang tak mau jadi korban lagi. Bukan dari siapa pun.Bu Rina, ibu mertua Naira, menahan air mata yang sudah membentuk barisan di pelupuk. Suaranya bergetar, tangan menggenggam dada.“Alhamdulillah, ya Allah… akhirnya kamu bisa pulang, Nak. Maafin Ibu kalau selama ini terlalu keras.”Naira menoleh pelan, bibirnya tersenyum tipis. “Terima kasih, B

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 103

    Dirumah Reyhan, lampu kuning temaram menggantung di sudut ruangan, menyinari tubuh Raisa yang terbaring di sofa panjang.Selimut tipis membungkus tubuhnya, tapi bagian lengannya yang terbuka masih menunjukkan bekas luka-luka menghitam dan memar yang belum sepenuhnya hilang.Beberapa masih segar, garis merah keunguan menyapu kulit pucatnya.Ia memejamkan mata, mencoba tidur. Tapi suara dari dapur membuatnya mendengus pelan.Bu Maya tak pernah lelah berbicara tentang apapun, kepada siapa pun, bahkan jika tak ada yang mendengarkan.“Sudah seminggu tinggal di sini, nggak ada perkembangan. Kerja juga nggak, bantu-bantu juga nggak,” ocehnya sambil memotong sayuran.Suaranya cukup keras untuk sampai ke ruang tengah. “Cuma diam aja kayak patung. Anak zaman sekarang, memang keterlaluan.”Raisa membuka mata perlahan. Kedua bola matanya tajam. Ia menggeser duduk, membetulkan selimutnya.“Sudah Reyhan kasih makan, kasih kamar, sekarang tinggal nyuruh-nyuruh. Dasar nggak tahu diri.”Ia mencoba men

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 102

    Beberapa hari setelah Naira sadar. Naira duduk di kursi roda, didampingi Tari. Mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju taman kecil di belakang gedung.Angin malam menyapa lembut, dan bunga melati mulai bermekaran, menyebarkan aroma tenang. Tapi hati Naira tidak tenang.Tatapannya jauh. Kosong, tapi dalam.“Na… kamu yakin mau keluar malam-malam gini?” tanya Tari sambil mendorong pelan kursi roda.Naira tersenyum kecil. “Aku cuma… butuh lihat langit. Rasanya udah lama banget nggak hidup…”Tari menunduk. Lalu berbisik lirih, “Kamu masih ingat sesuatu?”Naira menoleh. Tatapannya berubah. Lebih tajam. Lebih sadar.“Sedikit,” bisiknya. “Aku ingat... ada suara. Lembut, tapi seperti pisau. Ada sesuatu disuntikkan. Aku merasa sangat ngantuk. Terlalu ngantuk.”Tari berhenti mendorong. “Kamu yakin?”Naira mengangguk. “Dan aku yakin… itu bukan suster. Bukan dokter.”Sunyi.Angin mendesis pelan seperti menyampaikan peringatan.“Liza,” kata Tari pelan. “Aku juga curiga. Waktu itu aku p

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 101

    Hujan tak lagi turun pelan, tapi mengguyur kota dengan derasnya seolah langit pun tak kuat menahan beban rahasia yang selama ini tertahan.Petir menyambar di kejauhan, bayangannya memantul di kaca jendela kamar rumah sakit yang temaram.Tari masih duduk di sisi ranjang, wajahnya letih, matanya sembab. Buku doa di tangannya mulai lusuh karena terlalu sering dibuka.Sesekali ia membisikkan ayat-ayat pendek di telinga sahabatnya, seperti menuntun jiwa Naira untuk kembali dari dunia sunyi yang tak bisa dijangkau siapa pun.Tapi malam itu... ada yang berbeda.Jemari Naira bergerak.Sekilas. Sangat pelan. Tapi cukup untuk membuat napas Tari terhenti.Dia membeku. Lalu menoleh cepat."Naira...?" suaranya lirih, penuh ketakutan, harapan, dan ketidakpercayaan. Ia mendekat, wajahnya nyaris sejajar dengan wajah pucat sahabatnya.Kelopak mata Naira bergetar. Pelan. Lalu terbuka… seperti kelopak bunga yang merekah setelah badai panjang.Mata itu masih sayu. Pandangannya kabur. Tapi saat ia menatap

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 100

    Rumah Sakit hari kelima Naira di rawat.Hujan turun perlahan, menyentuh kaca jendela kamar VIP yang sepi. Di dalamnya, Naira masih terbaring dengan infus dan alat bantu napas.Wajahnya pucat, tubuhnya lemah, tapi garis hidup di monitor masih stabil dan itu satu-satunya harapan yang membuat Arga tetap bertahan.Ia duduk di sisi ranjang, belum pernah meninggalkan kamar itu.Matanya merah, tubuhnya mulai lemah, tapi genggaman tangannya pada tangan Naira tak pernah longgar."Kamu harus bangun, sayang… aku nggak bisa hidup tanpa kamu…,” bisiknya pelan, hampir seperti doa.Pintu terbuka perlahan.Sosok ramping dengan rambut panjang masuk pelan-pelan, membawa termos kecil dan kantong makanan.Liza.“Kak Arga…” ucapnya lembut, dengan nada manja. “Aku bawain makan. Kakak belum makan dari tadi pagi, kan?”Arga hanya menggeleng, menatap kosong ke arah Naira.Liza mendekat, meletakkan makanan di meja. Ia berdiri di belakang Arga, lalu menunduk, menyentuh bahunya dengan lembut.“Kakak nggak akan k

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 99

    2 hari kemudian di Safehouse milik Wijaya Group malam itu sepi. Terlalu sepi.Bima yang berjaga di pos depan menguap pelan. Ia tak tahu, di kejauhan, beberapa mobil hitam tanpa plat tengah merayap senyap.Di dalamnya, para pria bertubuh kekar dan berwajah datar, dengan komunikasi lewat isyarat tangan, siap menjalankan misi: hilangkan saksi.Di dalam safehouse, Dion dan Raisa sudah mulai tenang. Luka-luka mereka telah dibersihkan sekadarnya. Dion, meski masih lemah, terlihat jauh lebih lega setelah berjam-jam disiksa Arga.“Raisa…” Dion melirik pelan, suaranya parau. “Aku… makasih udah nggak nyeret aku sendiri. Aku tahu aku pengecut. Tapi aku pikir... kalau kita bisa keluar dari sini, aku bisa... bisa minta maaf ke semua orang.”Raisa hanya diam, duduk di pojok ruangan. Nafasnya berat. Matanya kosong.Tapi detik berikutnya—DUARRR!Ledakan kecil menghantam pintu belakang safehouse. Asap mulai memenuhi lorong. Lampu padam. Alarm darurat menyala merah.“APA ITU?!”Bima langsung teriak le

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status