Share

Bab 38

Author: Phoenixclaa
last update Last Updated: 2025-03-14 04:21:25
Pesta pertunangan Reyhan dan Raisa terus berlanjut dengan kemewahan yang dipersiapkan secara matang.

Para tamu dari berbagai kalangan, mulai dari rekan bisnis hingga kolega keluarga, bercengkerama di dalam gedung yang dipenuhi dekorasi elegan.

Suara orkestra mengalun lembut, menciptakan suasana yang tampak sempurna di permukaan.

Di tengah kemeriahan itu, Arga melangkah mendekati pasangan yang baru saja bertukar cincin. Wajahnya tetap netral, mencerminkan profesionalismenya yang tak tergoyahkan.

"Selamat untuk kalian berdua," ucapnya, suaranya mantap namun datar. "Semoga pertunangan ini menjadi awal yang baik untuk masa depan kalian."

Raisa yang sejak awal merasa canggung dengan kehadiran Arga segera tersenyum lega. Ia tahu betapa sulitnya bagi bosnya itu untuk datang, mengingat masalah yang telah terjadi.

Ia juga sadar bahwa akhir-akhir ini kinerjanya di kantor sering mengecewakan Arga. Namun, pria itu tetap hadir, dan itu saja sudah cukup baginya.

"Terima kasih banyak, Pak Arga," ujar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 39

    Raisa menatap layar ponselnya, membaca pesan dari Lila dengan hati berdebar. Bagaimanapun, Lila adalah adik tunangannya.Ia tidak bisa membiarkan gadis itu tenggelam dalam skandal ini terlalu dalam. Lila terus mendesaknya untuk melakukan sesuatu, memohon agar ia membantu membersihkan namanya.Namun, ia tahu betul bahwa Reyhan tidak akan setuju jika ia ikut campur, apalagi dengan cara seperti ini.Tapi di sisi lain, ia tidak bisa membiarkan Lila menghadapi ini sendirian. Adik tunangannya itu terus memohon dengan suara bergetar ketakutan, seolah hanya Raisa yang bisa menyelamatkannya.Hatinya bimbang, tetapi melihat Lila yang begitu putus asa, ia tahu ia harus mengambil keputusan, cepat atau lambat.Raisa akhirnya mengambil keputusan. Ia menelepon ayahnya, jelas sebagai seseorang yang berpengaruh dia memiliki banyak koneksi, termasuk dengan beberapa jurnalis ternama."Papa, aku butuh bantuan," ujarnya dengan nada serius."Ada apa, Raisa?" suara sang ayah terdengar tegas di seberang telep

    Last Updated : 2025-03-15
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 40

    Reyhan menghempaskan ponselnya ke meja dengan kasar. Rahangnya mengatup rapat, matanya menatap layar yang masih menampilkan berita tentang skandal Lila. Ini sudah di luar batas.Tanpa pikir panjang, ia mengambil ponselnya lagi dan menelepon seseorang. Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum akhirnya terdengar suara berat di ujung sana."Reyhan? Jarang sekali kau menelepon langsung begini. Ada apa?""Aku butuh bantuanmu, Arman," ujar Reyhan dengan nada rendah namun tajam. "Ini bukan permintaan biasa. Aku ingin kau mencari informasi tentang seseorang."Di seberang sana, Arman seorang polisi yang sudah lama bersahabat dengan Reyhan terdiam sejenak sebelum menjawab, "Kedengarannya serius. Siapa yang harus kucari?"Reyhan menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya yang masih mendidih. "Pelayan yang terlibat dalam skandal adikku. Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya, latar belakangnya, keluarganya, dan apapun itu.”Arman terkekeh kecil. "Jadi kau ingin aku melakukan pekerjaan kotor?

    Last Updated : 2025-03-15
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 41

    Keesokan harinya, Reyhan duduk di meja kantornya dengan wajah datar, menyembunyikan badai di pikirannya.Tak ada seorang pun yang berani mengganggunya, kecuali satu orang yaitu Raisa. Tanpa ragu, wanita itu melangkah masuk ke ruangannya.Pikiran Reyhan masih terikat pada kondisi Lila yang semakin memburuk. Semalam, adiknya harus dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan nyaris tak sadarkan diri.Sekarang, Lila terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan infus yang menancap di lengannya. Wajahnya pucat, napasnya terdengar berat, dan tubuhnya tampak kelelahan.Hujatan di media sosial begitu deras. Setiap kata-kata itu seperti duri yang menusuk, semakin memperparah kondisinya.Namun, hingga kini Arman belum juga memberikan kepastian tentang solusi yang harus Reyhan tempuh. Ketidaksabaran dan kecemasan bercampur menjadi satu dalam benaknya."Reyhan, kau mendengar apa yang aku katakan?" Suara Raisa memecah lamunannya.Reyhan mengembuskan napas kasar. Sejak pagi, Raisa terus membicarakan tend

    Last Updated : 2025-03-16
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 42

    Seharian penuh, Arga berada dalam suasana hati yang buruk. Ia duduk di ruang kantornya dengan wajah tegang, matanya memandangi layar komputer tanpa benar-benar membaca isi dokumen yang terpampang di sana.Setiap kali telepon berdering atau asistennya masuk membawa laporan, ia hanya menjawab dengan suara datar dan dingin.Kekesalannya bukan karena pekerjaan, melainkan karena kata-kata Reyhan yang seolah menegaskan bahwa Naira masih belum bisa melupakannya.Ekspresi marah istrinya, emosi yang membara di matanya, membuat Arga gelisah dan tak bisa tenang. Apakah benar ada sesuatu yang belum selesai antara Naira dan Reyhan?Sepanjang hari, Arga enggan berbicara dengan Naira, setiap kali berpapasan, ia hanya melirik sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Sikapnya dingin, membuat suasana di antara mereka semakin tegang. Naira jelas merasa terganggu, biasanya, Arga selalu perhatian dan hangat.Tapi sekarang, ia bersikap seolah dirinya tak ada. Itu mengusiknya, meskipun ia berusaha menepis

    Last Updated : 2025-03-17
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 43

    Naira menatap punggung Arga yang menghilang di balik pintu ruang rapat. Seisi ruangan masih sunyi, seakan semua orang menahan napas setelah ketegangan yang baru saja terjadi.Atmosfer ruangan masih terasa tegang, seperti sisa badai yang belum sepenuhnya reda."Baiklah, kalau begitu, kita lanjutkan diskusi di lain waktu," ujar salah satu petinggi perusahaan, berusaha mencairkan suasana.Namun, efeknya tak seberapa. Para eksekutif mulai berdiri dan mengemasi dokumen mereka dengan gerakan yang masih terasa canggung.Semenjak sudah menikah, Arga sudah lebih manusiawi disaat rapat, tapi hari ini dia kembali menjadi seorang bos yang dingin dimata para karyawannya.Reyhan menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyembunyikan senyuman puas di balik ekspresi santainya.Ia melirik Naira sekilas, memperhatikan ekspresi wanita itu yang tampak gelisah. Dia tahu, kata-katanya tadi pagi sudah cukup untuk meretakkan kepercayaan Arga terhadap istrinya.Disisi lain ruangan Raisa yang khawatir segera menanyakan

    Last Updated : 2025-03-17
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 44

    Hari-hari berlalu, dan keadaan Lila mulai berangsur membaik. Beberapa akun media sosial yang sebelumnya menyebarkan fitnah tentang Lila telah berhasil ditakedown.Di sisi lain, Arman yang selama ini bekerja diam-diam, akhirnya mendapatkan petunjuk besar tentang keberadaan Diana.Arman sekarang tidak segan-segan menggunakan metode ilegal untuk mendapatkan informasi.Dengan bayaran besar dari Reyhan, ia menyuap beberapa informan jalanan, menyadap komunikasi, dan bahkan mengancam beberapa orang yang diduga terlibat dalam hilangnya Diana."Kita harus bergerak cepat. Aku tidak ingin ada yang lebih dulu menemukannya sebelum kita," ujar Arman dengan nada serius.Reyhan mengangguk, meskipun dalam hatinya, ada sedikit keraguan. Ia bukan orang yang terbiasa dengan cara seperti ini, tetapi Arman tampak begitu tenang, seakan-akan semua ini hanyalah rutinitas biasa baginya."Aku sudah mendapatkan informasi dari salah satu informan bahwa Diana terlihat di sebuah vila di pinggiran kota. Sepertinya di

    Last Updated : 2025-03-18
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 45

    Siang itu, Naira berjalan memasuki kantor dengan perasaan yang berkecamuk. Sejak pagi, pikirannya tidak bisa lepas dari kematian Diana.Ia masih tidak percaya bagaimana dengan begitu mudahnya kasus itu ditutup sebagai bunuh diri.Hal yang lebih membuatnya muak adalah melihat Reyhan yang tampak baik-baik saja, seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.Di ruangannya, Naira melihat ke arah meja Reyhan dari celah pintu yang sedikit terbuka.Pria itu duduk dengan santai, wajahnya tampak segar dan penuh semangat, seakan sedang menikmati harinya.Bahkan, sesekali ia tertawa kecil saat berbicara dengan beberapa rekan kerja. Tidak ada tanda-tanda rasa bersalah atau penyesalan.Tangan Naira mengepal di sisi tubuhnya. Bagaimana bisa seseorang yang baru saja terlibat dalam kematian seseorang bisa bersikap setenang itu? Apa dia memang tidak punya hati? Dan Raisa…Pikiran Naira beralih pada Raisa. Apakah dia tahu sesuatu tentang kematian Diana? Apakah dia terlibat juga? Mengingat kedekatannya dengan Re

    Last Updated : 2025-03-19
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 46

    Setelah berminggu-minggu berada di rumah sakit, Lila akhirnya keluar dengan kondisi yang jauh lebih baik.Tubuhnya yang semula lemah kini kembali segar, dan senyumnya mulai muncul lagi.Selama masa pemulihannya, semua video hinaan terhadapnya telah diturunkan dari internet, dan mereka yang berani mencemarkan namanya telah dituntut secara hukum.Kini, nama baiknya kembali bersih, dan tidak ada lagi yang berani merendahkannya.Di sebuah ruangan luas dengan pencahayaan lembut, Bu Maya duduk dengan anggun di atas sofa mewah.Ia menyeruput teh hangatnya dengan penuh ketenangan, matanya memperhatikan Lila yang duduk di hadapannya.Wajah Lila kembali bersinar, penuh semangat seperti dulu, seolah tragedi yang baru terjadi hanyalah sebuah masa pendewasaan dalam kehidupannya."Akhirnya, gadis sialan itu mati juga," ujar Lila dengan nada puas, bibirnya melengkung membentuk senyum penuh kemenangan."Dia pantas mendapatkannya. Wanita busuk seperti itu memang tidak seharusnya ada di dunia ini."Bu M

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 102

    Beberapa hari setelah Naira sadar. Naira duduk di kursi roda, didampingi Tari. Mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju taman kecil di belakang gedung.Angin malam menyapa lembut, dan bunga melati mulai bermekaran, menyebarkan aroma tenang. Tapi hati Naira tidak tenang.Tatapannya jauh. Kosong, tapi dalam.“Na… kamu yakin mau keluar malam-malam gini?” tanya Tari sambil mendorong pelan kursi roda.Naira tersenyum kecil. “Aku cuma… butuh lihat langit. Rasanya udah lama banget nggak hidup…”Tari menunduk. Lalu berbisik lirih, “Kamu masih ingat sesuatu?”Naira menoleh. Tatapannya berubah. Lebih tajam. Lebih sadar.“Sedikit,” bisiknya. “Aku ingat... ada suara. Lembut, tapi seperti pisau. Ada sesuatu disuntikkan. Aku merasa sangat ngantuk. Terlalu ngantuk.”Tari berhenti mendorong. “Kamu yakin?”Naira mengangguk. “Dan aku yakin… itu bukan suster. Bukan dokter.”Sunyi.Angin mendesis pelan seperti menyampaikan peringatan.“Liza,” kata Tari pelan. “Aku juga curiga. Waktu itu aku p

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 101

    Hujan tak lagi turun pelan, tapi mengguyur kota dengan derasnya seolah langit pun tak kuat menahan beban rahasia yang selama ini tertahan.Petir menyambar di kejauhan, bayangannya memantul di kaca jendela kamar rumah sakit yang temaram.Tari masih duduk di sisi ranjang, wajahnya letih, matanya sembab. Buku doa di tangannya mulai lusuh karena terlalu sering dibuka.Sesekali ia membisikkan ayat-ayat pendek di telinga sahabatnya, seperti menuntun jiwa Naira untuk kembali dari dunia sunyi yang tak bisa dijangkau siapa pun.Tapi malam itu... ada yang berbeda.Jemari Naira bergerak.Sekilas. Sangat pelan. Tapi cukup untuk membuat napas Tari terhenti.Dia membeku. Lalu menoleh cepat."Naira...?" suaranya lirih, penuh ketakutan, harapan, dan ketidakpercayaan. Ia mendekat, wajahnya nyaris sejajar dengan wajah pucat sahabatnya.Kelopak mata Naira bergetar. Pelan. Lalu terbuka… seperti kelopak bunga yang merekah setelah badai panjang.Mata itu masih sayu. Pandangannya kabur. Tapi saat ia menatap

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 100

    Rumah Sakit hari kelima Naira di rawat.Hujan turun perlahan, menyentuh kaca jendela kamar VIP yang sepi. Di dalamnya, Naira masih terbaring dengan infus dan alat bantu napas.Wajahnya pucat, tubuhnya lemah, tapi garis hidup di monitor masih stabil dan itu satu-satunya harapan yang membuat Arga tetap bertahan.Ia duduk di sisi ranjang, belum pernah meninggalkan kamar itu.Matanya merah, tubuhnya mulai lemah, tapi genggaman tangannya pada tangan Naira tak pernah longgar."Kamu harus bangun, sayang… aku nggak bisa hidup tanpa kamu…,” bisiknya pelan, hampir seperti doa.Pintu terbuka perlahan.Sosok ramping dengan rambut panjang masuk pelan-pelan, membawa termos kecil dan kantong makanan.Liza.“Kak Arga…” ucapnya lembut, dengan nada manja. “Aku bawain makan. Kakak belum makan dari tadi pagi, kan?”Arga hanya menggeleng, menatap kosong ke arah Naira.Liza mendekat, meletakkan makanan di meja. Ia berdiri di belakang Arga, lalu menunduk, menyentuh bahunya dengan lembut.“Kakak nggak akan k

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 99

    2 hari kemudian di Safehouse milik Wijaya Group malam itu sepi. Terlalu sepi.Bima yang berjaga di pos depan menguap pelan. Ia tak tahu, di kejauhan, beberapa mobil hitam tanpa plat tengah merayap senyap.Di dalamnya, para pria bertubuh kekar dan berwajah datar, dengan komunikasi lewat isyarat tangan, siap menjalankan misi: hilangkan saksi.Di dalam safehouse, Dion dan Raisa sudah mulai tenang. Luka-luka mereka telah dibersihkan sekadarnya. Dion, meski masih lemah, terlihat jauh lebih lega setelah berjam-jam disiksa Arga.“Raisa…” Dion melirik pelan, suaranya parau. “Aku… makasih udah nggak nyeret aku sendiri. Aku tahu aku pengecut. Tapi aku pikir... kalau kita bisa keluar dari sini, aku bisa... bisa minta maaf ke semua orang.”Raisa hanya diam, duduk di pojok ruangan. Nafasnya berat. Matanya kosong.Tapi detik berikutnya—DUARRR!Ledakan kecil menghantam pintu belakang safehouse. Asap mulai memenuhi lorong. Lampu padam. Alarm darurat menyala merah.“APA ITU?!”Bima langsung teriak le

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 98

    Rumah Sakit – Malam HariLampu lorong rumah sakit mulai diredupkan. Hanya lampu dinding yang menyala samar, menciptakan suasana sunyi dan mencekam.Para perawat mulai bergantian berjaga. Di ruang rawat VIP, Naira masih terbaring lemah, tak menunjukkan tanda-tanda sadar.Arga sedang pulang sebentar ke rumah atas desakan Pak Pratama untuk mandi dan beristirahat sejenak. Ia enggan, tapi akhirnya menurut. Tak sampai dua jam.Di saat yang sama, seseorang masuk ke area rumah sakit dengan hoodie hitam, wajahnya tertutup masker.Reyhan.Ia menyelinap lewat lorong belakang, mengenal betul tata letak rumah sakit dari zaman ia masih menjadi suami Naira. Ia berjalan cepat, menunduk setiap kali ada perawat lewat.Sampai akhirnya… ia tiba di depan pintu kamar Naira.Perlahan, ia membuka pintunya.Ceklek.Lampu ruangan redup. Naira masih dalam posisi yang sama, matanya tertutup rapat, wajahnya tenang namun memucat.Reyhan melangkah pelan mendekati ranjang. Nafasnya memburu pelan. Matanya menatap Nai

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 97

    Ruang Bawah Tanah – Safehouse Wijaya GroupRaisa duduk bersandar di dinding besi dingin, tangan terikat ke belakang. Wajahnya sudah penuh luka mata kanan membiru, bibir pecah.Tapi sorot matanya masih tajam, seperti ular yang belum puas menggigit.Dion di kursi baja, tangan dan kakinya diborgol rapat, wajah pucat pasi. Ia tak berhenti berkeringat, tubuhnya gemetar menahan sakit setelah interogasi ringan dari anak buah Bima.Pintu baja terbuka dengan dentuman keras.Langkah berat terdengar, lalu muncul siluet Arga. Tubuhnya masih mengenakan kemeja berdarah, mata merah menyala seperti binatang buas.Tak ada senyum. Tak ada kata-kata pembuka. Hanya satu hal yang tampak jelas: dendam.Tanpa aba-aba, Arga menarik rambut Dion kasar dan menghantamkan kepalanya ke meja baja.Bunyi retakan terdengar, darah langsung mengalir dari pelipis Dion yang menjerit kesakitan.“Aaarrgh—!”Arga mencengkram dagunya, memaksanya menatap mata merahnya.“Kenapa kalian ganggu istriku?” katanya pelan. Tapi nada

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 96

    Senin pagi, pukul 08.05Langit Jakarta masih mendung, seolah mencerminkan kabut tebal yang perlahan menutup kehidupan Naira.Di ruang rapat lantai 17, suasana mencekam.Laporan keamanan di meja membuat kepala bagian IT dan tim keamanan gelisah. Ada indikasi kuat bahwa sistem internal mereka sempat disusupi dari luar jejak IP anonim yang berhasil menembus firewall selama tiga menit dua hari lalu.Arga berdiri di depan layar, wajahnya gelap. Di sampingnya, Naira duduk dengan tatapan tajam."Kalau benar sistem kita bisa ditembus segampang ini, maka semua data klien dan proyek rahasia kita dalam bahaya," ucap Arga, nada suaranya tegas."Dan kalau penyusupan ini ada hubungannya dengan kaburnya Raisa... maka kita sedang diawasi," tambah Naira, suaranya lebih pelan, tapi sama menusuk.Seorang staf IT yang baru direkrut beberapa minggu lalu tampak gugup. Ia menunduk, mengetik cepat untuk memeriksa ulang log.Tapi tidak ada yang tahu bahwa anak muda itu Vino, lulusan teknik komputer jenius ada

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 95

    Malam hari, dua minggu setelah kaburnya Raisa.Rumah Naira dan Arga kini dijaga ketat oleh satuan keamanan pribadi yang disewa langsung oleh Arga dari unit elite. CCTV terpasang di setiap sudut, gerbang dilengkapi sistem sidik jari, dan para penjaga bergantian patroli sepanjang malam.Namun, bahaya tidak selalu datang dari luar.Di ruang kerja Naira, layar laptopnya menyala dengan presentasi rapat yang belum selesai ia siapkan. Tapi perhatiannya terganggu oleh bunyi notifikasi email yang muncul di sudut kanan bawah layar.[Pengirim Tidak Dikenal: Aku lihat kamu masih suka warna biru, Na.]Naira mengerutkan kening. Ia menekan tombol enter dan membuka pesan itu. Hanya ada satu foto di dalamnya dari kejauhan, tampak dirinya pagi tadi saat turun dari mobil, mengenakan blazer biru muda, berdiri di depan kantor sambil memegang map.Itu bukan foto dari media sosial. Sudut pengambilannya terlalu privat. Terlalu dekat. Terlalu nyata.Naira langsung menutup laptop dan memanggil Arga, yang baru

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 94

    Pukul 01.17 dini hari.Di ruang kontrol CCTV, dua sipir senior tampak terlelap, tak menyadari bahwa sistem kamera telah dimanipulasi.Feed lorong menuju sel Raisa kini menjadi “blind spot” selama tiga menit, cukup untuk seseorang menyelinap.Langkah kaki ringan terdengar di lorong. Seorang perempuan berseragam sipir, salah satu staf baru yang wajahnya selalu tertutup masker medis berdiri di depan sel Raisa.Tanpa bicara banyak, ia menyelipkan kunci sel manual dan jaket hitam ke bawah jeruji.“Sudah waktunya. Truk menunggu di belakang,” bisiknya datar.“Siapa kamu?” tanya Raisa cepat, meski tangannya sudah bekerja membuka kunci sel.“Jalan sudah dibuka. Truk sudah menunggu. Kau punya waktu dua menit,” ucapnya singkat.Raisa tak bertanya. Ia hanya mengangguk, lalu mengganti pakaiannya dengan cepat, menyembunyikan wajah dan rambutnya di balik hoodie.Beberapa menit kemudian, ia sudah bersembunyi di belakang truk pengangkut sampah. Truk bergerak perlahan, lalu menghilang dalam hujan malam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status