All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

Bab 71

Adika tentu saja mengetahui niat Deska. Dia menjawab dengan acuh tak acuh, “Dia memang mau belajar ilmu pengobatan, tapi yang benar-benar ingin dipelajarinya itu ilmu racun. Memangnya kamu bisa?”“Ilmu racun ... aku bisa sedikit? Haih, sebenarnya aku juga nggak terlalu paham.”Begitu mengungkit tentang ilmu racun, Deska sontak patah semangat. Meskipun dia adalah tabib suci yang dirumorkan bisa membangkitkan orang mati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit, dia benar-benar tidak ahli dalam ilmu racun.“Yang paling ahli dalam ilmu racun itu pasti si Raja Racun Tabib Hantu.”Jika membandingkan ilmu pengobatan, Deska pasti menang dari Raja Racun Tabib Hantu. Namun, Deska sama sekali tidak dapat membandingkan ilmu racun dengannya.“Belakangan ini, aku sempat dengar rumor bahwa Raja Racun Tabib Hantu itu ada di ibu kota,” ujar Deska setelah teringat hal ini.Mendengar ucapan Deska, Adika berpikir sejenak sebelum bertanya, “Kamu punya cara untuk hubungi orang itu?”“Aku mana kenal sama dia
Read more

Bab 72

“Kita akhiri masalah ini sampai di sini. Aku akan tangani masalah rumput peremajaan. Tapi, jangan sampai kalian sebarkan sepatah kata pun mengenai semua hal ini!” ujar Adika.Adika memejamkan mata, lalu menekan pelipisnya. Dia merasa agak tidak berdaya. Kenapa gadis itu begitu bernyali? Memangnya dia tidak dapat menyembunyikan rahasianya dengan baik?Gading dan yang lain pun saling memandang. Sementara itu, Deska melirik ekspresi Adika dan bertanya dengan kening berkerut, “Pangeran, memangnya kamu nggak mau cari tahu tentang rumput peremajaan dari orang itu?”Adika tidak menjawab.Deska pun langsung mengerti maksudnya. “Tapi Pangeran, pengobatan penyakit ini nggak boleh ditunda terlalu lama. Makin lama Pangeran menundanya, Pangeran akan merasa makin tersiksa setiap penyakitnya kambuh. Sekarang, rumput peremajaan sudah ada di depan mata kita, kenapa Pangeran nggak mau langsung tanya ke orangnya?”“Berapa pun harganya, selama kita bisa dapatkan rumput peremajaan, kita cuma tinggal cari s
Read more

Bab 73

Syakia sontak merasa gembira. Dia buru-buru mengambil air sungai untuk menyiramnya. Setelah itu, dia melihat rumput peremajaan yang tumbuh di sampingnya. Rumput-rumput itu sudah berbunga dan terlihat sangat indah.Syakia tersenyum sambil menyentuh putik salah satu bunga. Kemudian, dia mulai memeriksa kebun obat herbalnya yang luas. Setiap melewati satu jenis obat herbal, dia akan membuka buku panduan obat herbal dan mencocokkannya satu per satu.Namun, ada sejenis obat herbal yang menarik perhatian Syakia. Sebab, buku panduan obat herbal mencatat informasi obat herbal lainnya dengan sangat terperinci. Namun, yang tercatat mengenai obat herbal ini hanyalah bentuk, nama, dan asal-usulnya. Bahkan khasiatnya juga tidak tertera.[ Safron : Berasal dari negeri seberang.... ]Syakia berulang kali mencocokkannya sebelum memastikan bahwa obat herbal itu bernama safron. Sayangnya, tidak tertulis apa khasiatnya. Apa dia perlu mencicipinya?Syakia tiba-tiba merasa penasaran. Namun, dia akhirnya me
Read more

Bab 74

Syakia berdiri di atas tangga sambil menatap Kahar dan Ayu.“Bukannya aku yang harus tanya sama kalian? Kama sudah memukulku hingga aku terluka parah. Sampai sekarang, memar di tubuhku masih belum sepenuhnya hilang. Kalian kira dengan hanya mengucapkan beberapa patah kata, aku akan langsung memaafkan kalian?”Kahar dan Ayu benar-benar berpikir seperti itu. Bagaimanapun juga, hanya orang lain yang selalu meminta maaf pada anak-anak dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Mana pernah mereka menunduk pada orang lain?Syakia sangat memahami sifat beberapa kakaknya itu. Jika Kama memiliki sifat yang terlalu temperamental, Kahar memiliki sifat yang terlalu arogan. Dia tidak pernah menaruh siapa pun dalam hati. Jadi, Syakia tahu Kahar tidak mungkin meminta maaf padanya. Kahar bahkan mungkin tidak tahu bagaimana cara menulis kata maaf.“Bukannya Kak Kama sudah dihukum?” Kahar menatap Syakia dengan ekspresi datar dan berkata, “Dia sudah dipukul 80 kali dan dikurung selama ini di penjara. Mema
Read more

Bab 75

Kahar menyerukan nama lengkap Syakia dengan marah, lalu bertanya dengan dingin, “Kamu begitu nggak bisa terima Ayu?”“Benar. Di tempat yang ada dia, nggak akan ada aku,” jawab Syakia dengan dingin.Bahkan Ayu juga tidak menyangka Syakia akan mengucapkan kata sejujur ini.Sebelum pergi, Syakia berkata, “Aku sudah sebutkan syaratku dengan jelas. Kalau kalian bisa terima, bawa semua maha Ibu kemari besok.”Jika Keluarga Angkola tidak bisa menerima syarat ini, biarkan saja Kama lanjut dikurung di penjara.Pada akhirnya, Kahar dan Ayu pun pulang dengan ekspresi suram.Di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Syakia benar-benar berkata begitu?” tanya Abista dengan terkejut pada Kahar dan Ayu.Kahar mengangguk dan menjawab dengan tidak senang, “Aku yang mendengarnya sendiri. Apa mungkin aku bohongi Kakak?”“Nggak, bukan begitu maksudku ....” Abista hanya merasa dirinya makin tidak memahami Syakia.“Kenapa dia begitu membenci Ayu? Dia bahkan bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?” Abista meng
Read more

Bab 76

Ayu pun tertegun. Dia tidak menyangka Kahar akan mengusulkannya untuk mengabaikan ucapan Abista. Namun, Ayu juga tidak langsung setuju. Dia berpura-pura ragu sejenak. “Tapi, aku sudah janji sama Kak Abista. Lagian, yang dibilang Kak Abista benar. Kali ini, Ayah sudah benar-benar marah. Dia pasti serius.”“Paling bagus kalau Ayah memang serius.” Kahar menjawab dengan ekspresi dingin, “Meski Ayah nggak serius, aku juga akan buat hal ini jadi serius.”“Apa maksud Kak Kahar?” tanya Ayu dengan berlagak bodoh.Kahar pun tertawa. “Ayu, kamu terlalu polos. Kamu nggak tahu ada orang yang memang terlahir keras kepala dan suka bertindak semena-mena. Kalau nggak kasih dia rasakan akibatnya, dia nggak akan ubah sikap buruknya. Jadi, aku setuju sama keputusan Ayah kali ini.”“Setelah Syakia putus hubungan dengan Keluarga Angkola, dia akan sepenuhnya kehilangan semua yang didapatkannya dengan andalkan status putri sah Adipati Pelindung Kerajaan. Nanti, dia akan tahu dia itu bukan siapa-siapa tanpa s
Read more

Bab 77

“Emm, aku ngerti. Ingat bawa orangnya datang besok. Kalau nggak, meski aku sudah terima mahar Ibu, aku juga nggak akan setuju untuk maafkan Kama.” Seusai berbicara, Syakia juga bersikap sama seperti Kahar dan menambahkan, “Mengerti?”Ekspresi Kahar langsung menjadi dingin. “Oke. Syakia, kamu benar-benar hebat.”Syakia mengabaikan Kahar. Dia memindahkan peti-peti berisi mahar ibunya ke dalam kuil bersama biksuni-biksuni lain. Sampai Syakia selesai memindahkan peti terakhir, dia juga tidak melirik Kahar.Ayu hanya menyaksikan semuanya dalam diam. Lagi pula, dia hanya berperan sebagai adik yang penurut. Dia akan melakukan apa yang diperintahkan Kahar. Setelah masalahnya berakhir, dia baru sepenuhnya merasa lega, terutama setelah pulang dan melaporkan hal ini kepada Damar. Keesokan harinya, Damar benar-benar menghapus nama Syakia dari daftar silsilah keluarga. Abista ingin mencegahnya, tetapi gagal. Suasana hati Ayu sangat bagus. Dia bahkan sengaja mengikuti Kahar pergi menjemput Kama. D
Read more

Bab 78

“Kak Kama, kamu sudah gila?” tanya Kahar sambil menatap Kama dengan terkejut. Meskipun mereka memang berniat untuk membawa Kama pergi minta maaf, Kama yang bersedia melakukannya dengan sukarela benar-benar terlalu di luar dugaan.“Kamu jadi bodoh karena dipukul 80 kali atau karena terlalu lama dikurung di penjara?” tanya Kahar dengan nada agak mengejek.Ayu juga bertanya dengan curiga, “Kak Kama, kamu benar-benar baik-baik saja?”Kama tidak menyangka Kahar dan Ayu akan bereaksi begitu berlebihan setelah mendengar ucapannya. Dia pun tertegun sejenak. Setelahnya, dia mengungkapkan apa yang dipikirkannya selama dikurung di penjara akhir-akhir ini.“Sebenarnya, aku langsung menyesal setelah memukul Syakia hari itu.”Selama beberapa hari terakhir, Kama tidak berhenti memikirkan tatapan Syakia pada hari itu. Tatapannya itu benar-benar sangat menusuk hati. Kenapa Syakia bisa menunjukkan tatapan penuh kebencian seperti itu padahal mereka baru tidak bertemu beberapa saat?Kama teringat tujuan a
Read more

Bab 79

“Bruk!” Sebelum Kahar menyelesaikan ucapannya, Kama tiba-tiba meninju wajah Kahar sehingga Kahar tidak sempat menghindar.“Kak Kama!” Ayu juga tidak menyangka Kama akan tiba-tiba main tangan. Apalagi, Kama memukul Kahar demi Syakia!“Dasar anak nggak punya hati nurani! Kamu sudah lupa apa yang dikatakan Ibu pada kita sebelum meninggal? Dia suruh kita jaga Syakia dengan baik-baik. Ini caramu menjaganya? Kamu juga berani mengatakan dia keras kepala dan nggak tahu diri?”Kahar berbalik dan langsung membalas pukulan Kama tanpa ragu. Dibandingkan dengan Kama yang terluka dan sudah dikurung di penjara cukup lama, pukulan Kahar itu jauh lebih kuat dan hampir membuat Kama melayang keluar dari kereta.Dalam menghadapi amarah Kama, Kahar hanya meludahkan sedikit darah, lalu menatap Kama dengan dingin dan menjawab, “Kak Kama, sebaiknya jangan lampiaskan amarahmu padaku. Aku bukan Syakia. Dulu, kamu juga sering ngomong begini tentangnya, bahkan memukulnya berkali-kali. Apa hakmu memukulku sekarang
Read more

Bab 80

Tebakan Kahar benar. Setelah menemukan kuda baru, mereka segera melaju ke Kuil Bulani. Ketika tiba di sana, mereka melihat Kama sedang dikelilingi para biksuni yang menodongkan tongkat ke arahnya. Para biksuni itu juga memelototi Kama dengan marah.“Syakia! Syakia, keluar! Ini Kak Kama! Aku datang untuk minta maaf padamu! Syakia! Aku mohon, keluar dan temuilah aku!” seru Kama dengan histeris di luar Kuil Bulani.Shanti yang berdiri di depan gerbang kuil berkata dengan dingin, “Kalau kamu mau minta maaf, minta maaflah di sini. Aku akan sampaikan permintaan maafmu kepada Sahana.”“Nggak bisa!” Kama menggeleng dan menjawab, “Aku mau Syakia keluar untuk temui aku. Sudah seharusnya aku minta maaf secara langsung padanya.”“Nggak usah,” tolak Shanti tanpa ragu. Kemudian, dia melanjutkan, “Temperamenmu sangat nggak bisa ditebak. Untuk mencegah kejadian yang sama terulang, kamu nggak perlu ketemu sama Sahana lagi.”Begitu mendengar ucapan Shanti, Kama pun melongo di tempat. “Apa maksudmu aku n
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status