All Chapters of Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan: Chapter 141 - Chapter 150

220 Chapters

Bab 141

"Aku berbaik hati mengingatkanmu. Kalau nggak mau dengar, silakan abaikan saja. Aku paham kamu mungkin nggak bisa menghubungi Tuan Bima. Itu sebabnya, kamu sengaja bilang nggak butuh bantuannya.""Tapi jangan khawatir. Kamu juga sudah menolongku sekali. Kalau Pak Henry datang mencari masalah, meski aku nggak bisa minta bantuan Tuan Bima untuk mewakilimu berbicara, aku juga akan membelamu."Nathan terkekeh. "Nggak perlu. Lebih baik kamu urus masalah Grup Sebastian kalian saja."Tamara mendengus dingin. "Grup Sebastian kami kian berkembang pesat, masalah apa yang mungkin terjadi? Jangan sembarangan membuat rumor."Nathan tersenyum sinis dan berkata, "Kudengar putra sulung Keluarga Hitam terlilit utang dan nggak mampu menghidupi dirinya sendiri lagi. Aku khawatir investasi Grup Sebastian akan sia-sia. Kalau aku jadi kamu, aku akan segera mengambil kembali uang itu sekarang dan berusaha meminimalkan kerugian."Tamara sama sekali tidak memercayainya. "Omong kosong! Nathan, bilang saja kamu
Read more

Bab 142

Waldi berkata dengan ekspresi dingin, "Master Satya, jujur saja, orang yang menargetkan titik fatal putraku adalah bocah bernama Nathan."Master Satya mengerutkan kening dan berkata, "Seorang bocah? Mustahil.""Mana mungkin bocah yang masih muda bisa mempraktikkan teknik penekanan titik akupunktur dan penyegelan meridian hingga bisa membuat kondisi putramu separah ini?"Waldi berkata dengan getir, "Master mungkin nggak percaya dengan apa yang aku katakan. Titik fatal putraku memang ditekan oleh bocah bernama Nathan itu.""Bocah itu bukan hanya menekan titik fatal putraku, tapi dia juga melumpuhkan salah satu anak buah terampilku. Aku pasti nggak akan melepaskannya begitu saja."Saat ini, Liam menyela dan bertanya, "Tuan Waldi, apa Nathan yang kamu bicarakan ini dokter muda dari Rumah Sakit Perdana?"Waldi agak terkejut. "Benar! Kenapa? Tuan Liam juga mengenalnya?"Wajah Liam berubah gelap. Dia pun berkata dengan nada datar, "Aku tahu. Mana mungkin aku nggak tahu? Saat ini, putri kesaya
Read more

Bab 143

"Bukannya aku ingin mengomelimu, tapi kamu sudah membesar-besarkan masalah nggak penting. Dia hanya tokoh kecil. Apa perlu aku yang turun tangan?"Liam mendengus dingin. "Satya, kalau ingin mewarisi Grup Suteja sepenuhnya, aku harus menyingkirkan Regina dulu.""Awalnya, asal aku membunuh Regina dan dengan bantuanmu, aku bisa dengan mudah mengambil alih Grup Suteja.""Tapi Nathan muncul di tengah jalan dan merusak rencanaku. Kalau nggak balas dendam, kelak bagaimana aku bisa mempertahankan harga diriku lagi?"Master Satya mengangguk dan berkata, "Baiklah, aku juga agak penasaran dengan bocah bernama Nathan ini.""Bisa-bisanya dia menetralisasi racun buatanku. Kemampuannya lebih hebat dari Bayu, si pecundang tua itu. Aku juga ingin bertemu dengannya."Liam tampak percaya diri dan berkata sambil tersenyum dingin, "Adik sepupuku terus-terusan melindunginya. Aku kesulitan untuk menyentuh bocah itu.""Tapi begitu Waldi, si bajingan tua berhati hitam itu mengambil tindakan, bocah itu pasti ak
Read more

Bab 144

"Bawa pergi!"Begitu perintah itu dilontarkan!Dua anak buah segera maju, lalu menangkap Emilia, dan mencoba menyeretnya pergi.Ken sangat marah dan berkata, "Lepaskan! Siapa kalian? Beraninya kalian menyentuh anggota Keluarga Sebastian?"Tamara juga marah. "Coba saja kalian berani. Asal kalian tahu, putriku ini tunangannya putra sulung Keluarga Halim. Kamu yakin kamu berani menyentuhnya?"Pria yang memimpin itu memasang ekspresi datar. Ada aura membunuh yang keluar dari tubuhnya."Memangnya kenapa kalau aku menyentuh Keluarga Sebastian kalian? Di Beluno ini, jangankan keluarga kecil seperti Keluarga Sebastian kalian, bahkan orang-orang dari keluarga bangsawan pun sudah banyak yang tewas di tanganku.""Kalau nggak mau mati, enyahlah dari sini. Kalau nggak, aku juga nggak keberatan membunuh kalian sekarang."Temperamen dingin dan suram itu membuat anggota Keluarga Sebastian ketakutan setengah mati.Ken masih tidak percaya dan berkata dengan marah, "Kamu kira aku bakal takut? Ayo, bertin
Read more

Bab 145

Tentu saja dia tahu orang seperti apa Waldi itu.Namun permasalahannya sekarang, dia masih berutang ratusan miliar pada Waldi. Jadi, dia tidak punya hak untuk menantang penguasa bawah tanah Hessen itu."Bibi, jangan khawatir. Aku akan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Waldi, si bajingan tua ini, berani menyentuh Emilia. Aku pasti akan membuatnya membayar harga mahal!"Meski Edward takut, putra sulung Keluarga Halim masih mempertahankan nada sombong, seolah-olah dia tidak menganggap serius Waldi sama sekali.Tamara tersenyum dan berkata, "Sudah kuduga. Edward, asal kamu mengambil tindakan, meski Waldi si bajingan tua itu penguasa bawah tanah Hessen, dia juga harus melepaskan Emilia dengan patuh."Edward kembali meyakinkannya. "Bibi, kamu tenang saja. Waldi masih harus memberi muka kepada Keluarga Halim kami."Begitu panggilan telepon berakhir.Wajah Edward langsung berubah cemas, bagaikan semut di wajan panas. Sikap sombongnya barusan lenyap dalam seketika."Waldi, Emilia it
Read more

Bab 146

Saat ini, Nathan berada di Rumah Sakit Perdana.Arjun menelepon dan berkata, "Tuan Nathan, ada sesuatu yang ingin saya laporkan pada Anda.""Kak Arjun, katakanlah. Ada masalah apa?" kata Nathan.Arjun berkata dengan suara yang dalam, "Begini, orang-orangku melihat Emilia, CEO Grup Sebastian, dibawa pergi oleh anak buahnya Waldi di proyek Gluton.""Kapan hal ini terjadi?"Suara Nathan tiba-tiba berubah dingin."Baru saja. Emilia sepertinya dibawa ke Hessen. Saya rasa Waldi, si bajingan itu mungkin akan menggunakan Emilia untuk menghadapi Anda, Tuan Nathan," jawab Arjun dengan cepat.Nathan berkata dengan nada serius, "Kalau begitu, aku akan menghabisi nyawanya!"Arjun sangat ketakutan hingga tubuhnya gemetar. Dia buru-buru berkata, "Tuan Nathan, apa Anda ingin mengambil tindakan? Saya akan mengumpulkan anak buah dan mengikuti Anda ke Hessen.""Nggak perlu, aku bisa ke sana sendirian. Aku mau lihat apa yang akan dilakukan Waldi," ucap Nathan dengan datar.Arjun berkata dengan nada putus
Read more

Bab 147

Waldi tersenyum dan berkata, "Bahir, lihat kata-katamu itu. Sekalipun kami hanya mengundangmu datang dan mengambil alih kendali sebentar, kamu tetap akan menerima apa yang seharusnya kamu dapatkan."Meski mulut Waldi berkata demikian, hatinya tetap saja merasa tidak rela.Para senior dari sekte bela diri ini memang sangat hebat, tetapi mereka semua merupakan orang-orang yang sombong.Mereka selalu meminta bayaran tinggi, bagai lintah darat.Namun setelah dipikir-pikir lagi, tatapan mata Waldi langsung berubah dingin.Kini dunia bawah tanah Beluno mengatakan Waldi, sang penguasa Hessen, merupakan lelaki tua yang tidak berguna. Sedangkan putranya sendiri, Daren, juga pecundang yang tidak becus.Pasangan ayah dan anak itu sama-sama ditindas dan dipukul oleh bocah yang tidak dikenal. Hal itu merupakan aib besar bagi mereka sebagai penguasa Hessen.Begitu mendengar rumor itu, Waldi sangat marah hingga mengatupkan giginya erat-erat.Bocah bernama Nathan itu harus mati. Dengan begitu, dia bar
Read more

Bab 148

Emilia menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri."Tuan Waldi, meski kamu penguasa Hessen, kamu juga nggak boleh sembarangan memukul orang. Aku yakin Edward pasti akan menegakkan keadilan untukku nanti."Masalah sudah sampai di tahap ini, Emilia tidak percaya Waldi masih tidak akan memberi muka pada Keluarga Halim.Siapa sangka, Waldi berkata dengan nada menghina, "Edward? Bocah itu masih berutang ratusan miliar padaku. Kamu ingin dia menegakkan keadilan untukmu? Haha. Bahkan saat bertemu denganku, bocah itu masih harus berlutut."Orang-orang dari Hessen juga tertawa terbahak-bahak saat ini."Putra sulung Keluarga Halim bukanlah apa-apa. Dia hanya pecundang yang punya penampilan luar yang kuat.""Kamu begitu cantik dan juga CEO berbakat. Sayang sekali kamu mengikutinya. Lebih baik kamu ikut aku saja daripada Edward, si pecundang nggak punya masa depan itu. Aku jamin Keluarga Sebastian kalian pasti akan makmur!""Nona Emilia, aku terus terang padamu saja. Edward itu hanyalah sampah
Read more

Bab 149

"Kamu mau telepon atau nggak?" teriak Waldi.Emilia menggigit mulutnya yang penuh darah. Wajahnya kini pucat pasi, tetapi dia tetap menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Nggak. Aku nggak akan membiarkan Nathan mempertaruhkan nyawanya. Menyerah sajalah!"Waldi tampak marah dan berteriak keras, "Pukul lagi! Pukul sampai dia patuh!"Cambuk itu kembali menghantam punggung Emilia dengan keras bagai hujan badai.Tak butuh waktu lama, tubuh Emilia sudah berlumuran darah. Bahkan, ada kulit di bagian punggungnya yang terkoyak. Dia menjerit kesakitan dan kemudian tak sadarkan diri.Pria tua berambut putih yang duduk di sebelah Waldi, yang juga dikenal sebagai Bahir, itu tersenyum aneh dan berkata, "Wanita ini keras kepala sekali.""Orang seperti ini, sekalipun kamu memukulnya, juga nggak akan mematahkan tekadnya sepenuhnya. Aku punya rencana yang bisa membuatnya menyerah.""Bahir, apa kamu punya taktik yang lebih bagus?" tanya Waldi.Dia juga ingin mengubah metodenya, karena jika dia terus memu
Read more

Bab 150

Jakun Daren bergerak dengan liar. Dia langsung menjerit aneh dan menarik pakaian Emilia dengan kuat.Seketika, sepotong besar rok Emilia robek, memperlihatkan dadanya yang seputih susu."Jangan! Lepaskan aku!"Saat ini, Emilia sudah hampir pingsan dan mulai menangis sambil berteriak histeris.Tindakan Daren barusan sudah hampir menghancurkan pertahanan dirinya.Menyadari dirinya akan dipermalukan lagi, dia tidak bisa bertahan lagi.Daren merasa tenggorokannya seperti terbakar. "Teriaklah, teriaklah sekuatnya. Makin kamu berteriak, makin membangkitkan gairahku untuk bersenang-senang denganmu!"Para preman Hessen yang sedang menonton, bahkan orang-orang tua seperti Bahir yang duduk di kursi utama, juga sangat tertarik dan berteriak dengan penuh semangat."Tuan Muda hebat. Ayo, tunjukkan keperkasaanmu.""Mari kita perjelas dulu. Setelah Tuan Muda selesai bermain, giliran Tuan Waldi. Selanjutnya, giliran tiga master hebat. Setelah itu, baru giliranku ....""Hari ini saudara-saudara Hessen
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
22
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status