Waldi tersenyum dan berkata, "Bahir, lihat kata-katamu itu. Sekalipun kami hanya mengundangmu datang dan mengambil alih kendali sebentar, kamu tetap akan menerima apa yang seharusnya kamu dapatkan."Meski mulut Waldi berkata demikian, hatinya tetap saja merasa tidak rela.Para senior dari sekte bela diri ini memang sangat hebat, tetapi mereka semua merupakan orang-orang yang sombong.Mereka selalu meminta bayaran tinggi, bagai lintah darat.Namun setelah dipikir-pikir lagi, tatapan mata Waldi langsung berubah dingin.Kini dunia bawah tanah Beluno mengatakan Waldi, sang penguasa Hessen, merupakan lelaki tua yang tidak berguna. Sedangkan putranya sendiri, Daren, juga pecundang yang tidak becus.Pasangan ayah dan anak itu sama-sama ditindas dan dipukul oleh bocah yang tidak dikenal. Hal itu merupakan aib besar bagi mereka sebagai penguasa Hessen.Begitu mendengar rumor itu, Waldi sangat marah hingga mengatupkan giginya erat-erat.Bocah bernama Nathan itu harus mati. Dengan begitu, dia bar
Emilia menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri."Tuan Waldi, meski kamu penguasa Hessen, kamu juga nggak boleh sembarangan memukul orang. Aku yakin Edward pasti akan menegakkan keadilan untukku nanti."Masalah sudah sampai di tahap ini, Emilia tidak percaya Waldi masih tidak akan memberi muka pada Keluarga Halim.Siapa sangka, Waldi berkata dengan nada menghina, "Edward? Bocah itu masih berutang ratusan miliar padaku. Kamu ingin dia menegakkan keadilan untukmu? Haha. Bahkan saat bertemu denganku, bocah itu masih harus berlutut."Orang-orang dari Hessen juga tertawa terbahak-bahak saat ini."Putra sulung Keluarga Halim bukanlah apa-apa. Dia hanya pecundang yang punya penampilan luar yang kuat.""Kamu begitu cantik dan juga CEO berbakat. Sayang sekali kamu mengikutinya. Lebih baik kamu ikut aku saja daripada Edward, si pecundang nggak punya masa depan itu. Aku jamin Keluarga Sebastian kalian pasti akan makmur!""Nona Emilia, aku terus terang padamu saja. Edward itu hanyalah sampah
"Kamu mau telepon atau nggak?" teriak Waldi.Emilia menggigit mulutnya yang penuh darah. Wajahnya kini pucat pasi, tetapi dia tetap menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Nggak. Aku nggak akan membiarkan Nathan mempertaruhkan nyawanya. Menyerah sajalah!"Waldi tampak marah dan berteriak keras, "Pukul lagi! Pukul sampai dia patuh!"Cambuk itu kembali menghantam punggung Emilia dengan keras bagai hujan badai.Tak butuh waktu lama, tubuh Emilia sudah berlumuran darah. Bahkan, ada kulit di bagian punggungnya yang terkoyak. Dia menjerit kesakitan dan kemudian tak sadarkan diri.Pria tua berambut putih yang duduk di sebelah Waldi, yang juga dikenal sebagai Bahir, itu tersenyum aneh dan berkata, "Wanita ini keras kepala sekali.""Orang seperti ini, sekalipun kamu memukulnya, juga nggak akan mematahkan tekadnya sepenuhnya. Aku punya rencana yang bisa membuatnya menyerah.""Bahir, apa kamu punya taktik yang lebih bagus?" tanya Waldi.Dia juga ingin mengubah metodenya, karena jika dia terus memu
Jakun Daren bergerak dengan liar. Dia langsung menjerit aneh dan menarik pakaian Emilia dengan kuat.Seketika, sepotong besar rok Emilia robek, memperlihatkan dadanya yang seputih susu."Jangan! Lepaskan aku!"Saat ini, Emilia sudah hampir pingsan dan mulai menangis sambil berteriak histeris.Tindakan Daren barusan sudah hampir menghancurkan pertahanan dirinya.Menyadari dirinya akan dipermalukan lagi, dia tidak bisa bertahan lagi.Daren merasa tenggorokannya seperti terbakar. "Teriaklah, teriaklah sekuatnya. Makin kamu berteriak, makin membangkitkan gairahku untuk bersenang-senang denganmu!"Para preman Hessen yang sedang menonton, bahkan orang-orang tua seperti Bahir yang duduk di kursi utama, juga sangat tertarik dan berteriak dengan penuh semangat."Tuan Muda hebat. Ayo, tunjukkan keperkasaanmu.""Mari kita perjelas dulu. Setelah Tuan Muda selesai bermain, giliran Tuan Waldi. Selanjutnya, giliran tiga master hebat. Setelah itu, baru giliranku ....""Hari ini saudara-saudara Hessen
Setiap kata itu diucapkan Waldi sambil menggertakkan giginya.Pria yang datang bukanlah orang lain, tetapi Nathan.Ekspresi dingin di wajahnya belum pernah terlihat sebelumnya.Dengan lambaian tangan kanannya, kapak yang direbutnya dalam pertarungan barusan itu meluncur melewati sekelompok master Hessen.Dalam sekejap dan tanpa disadari, kapak itu pun tepat menancap pada lengan Daren.Diikuti dengan lengkingan suara, lengan kanan Daren langsung terpotong dan darah pun mengucur keluar.Ada beberapa tetes darah yang juga jatuh mengenai wajah pucat Emilia. Wanita itu menyaksikan adegan di hadapannya dengan penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan."Tanganku, tanganku .... Argh! Ayah, tolong aku. Cepat bunuh dia. Bunuh bajingan ini!"Daren yang kehilangan satu lengannya, tidak lagi peduli dengan perilakunya yang tidak senonoh. Sebaliknya, dia menutupi lengan kanannya yang kosong sambil berguling-guling di genangan darah.Kondisinya sungguh menyedihkan."Nathan, aku akan membunuhmu. Aku akan
Tubuh Waldi langsung menegang, seolah-olah ada orang yang mencabut tulang belakangnya.Kemudian, dia mengeluarkan raungan yang sangat keras. "Nathan, beraninya kamu membunuh putraku. Semuanya, cepat bunuh dia. Apa pun yang terjadi, kalian harus menghabisinya hari ini!"Waldi yang sekarang ini sudah seperti orang gila. Dia merasa dirinya seakan berada di jurang kehancuran.Namun setelah mendengar perintahnya, anak buah Hessen semuanya tidak bergerak.Sebaliknya!Sekitar dua puluh anak buah Hessen yang masih tersisa itu langsung memegang tangan bocah itu. Semuanya mundur dengan gemetar dan bukannya maju.Mereka berusaha mundur sejauh mungkin dari Nathan karena aksi Nathan telah menghancurkan keberanian mereka.Saat melihat adegan itu, Waldi langsung menggeram."Kalian ... kalian sekumpulan orang nggak berguna. Dasar pengecut! Aku perintahkan kalian untuk maju! Kalian dengar itu?"Sayangnya, percuma saja.Tidak peduli seberapa emosinya penguasa Hessen itu.Anak buahnya tidak bergerak sama
Bahir memperhatikan wanita tua yang tergeletak di tanah dengan mata terbelalak. Sepertinya rekannya ini sudah tidak tertolong lagi.Dia tampak marah besar. Dia menendang kursi di belakangnya dan berdiri di depan Nathan.Nathan berkata dengan suara berat, "Minggir! Kalau nggak, kamu juga akan mati."Bahir merasa terhina dan berkata dengan marah, "Anak muda, beraninya kamu meremehkan kekuatanku?""Tahukah kamu aku ini tetua dari Sekte Bimala? Aku sarankan sebaiknya kamu segera meletakkan pisaumu dan menyerah.""Kalau nggak, walau kamu membunuh Waldi dan putranya, kamu juga akan terus diburu oleh sekteku."Waldi sangat gembira dan berkata, "Benar, Nathan. Kalau kamu berani menyentuhku, kamu akan diburu oleh Sekte Bimala-nya Bahir.""Huh! Kamu mungkin masih belum tahu, tapi Sekte Bimala selalu mendukung Beluno kita dari belakang."Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada meremehkan. "Sekte Bimala? Apa sehebat itu? Tapi maaf, aku belum pernah dengar nama sekte-sekte dalam duni
Wajah Bahir tiba-tiba berubah menjadi ganas. Dia berbalik dan menampar Waldi hingga membuatnya terpental."Minggir! Waldi, kamu bajingan. Apa kamu tahu dirimu sudah membuat kesalahan? Seharusnya kamu ikut berlutut dan memohon ampun denganku di sini."Bahir tampak sedikit histeris saat ini, seolah-olah dia telah melihat hantu.Waldi menutupi wajahnya yang bengkak. Pikirannya mendadak kosong.Ikut berlutut dan memohon ampun bersamanya?Apa yang telah terjadi sebenarnya?Mengapa dia tidak mengerti sama sekali?Tepat di saat ini, ada sekelompok orang berpakaian hitam, yang jumlahnya sekitar dua hingga tiga ratus itu bergegas masuk secara bersamaan.Dalam sekejap, semua orang di Hessen dikalahkan.Pria bersetelan hitam di tengah langsung berdiri di samping. Kedua orang itu melangkah masuk.Orang yang berada di belakang memasang ekspresi terkejut. Orang itu tidak lain adalah Arjun, penguasa Gluton.Yang di depan adalah seorang lelaki tua yang memegang tongkat. Dia mengenakan pakaian tradisio
"Tapi ...."Tepat di saat Nathan bersiap melanjutkan kata-katanya, Emilia refleks menyela dan berkata, "Tapi di saat semua orang memasang ekspresi gugup.""Hanya Pak Yosef yang terlihat santai, bahkan acuh tak acuh. Itu sebabnya, kamu menyadari bahwa kedua mangkuk giok ini sebenarnya palsu.""Kalau mangkuk giok itu asli, Pak Yosef pasti sangat cemas dan panik."Nathan mengangguk dan berkata, "Bu Emilia pintar juga. Benar, itulah alasannya."Perasaan Emilia mendadak terasa kompleks. Nathan memujinya pintar?Bukankah sudah jelas? Dia adalah CEO berbakat dan terkenal di Beluno. Sudah pasti dia pintar.Namun, bagaimana Emilia dan orang lain tidak terpikirkan metode sederhana, tetapi berguna, seperti yang digunakan Nathan barusan?Sepertinya di hadapan Nathan, kepintarannya juga bukanlah hal yang pantas dibanggakan dan juga tidak layak disebut dalam forum kelas atas.Dalam sekejap, misteri terpecahkan dan keraguan semua orang pun lenyap."Hebat! Bisa-bisanya menggunakan metode seperti ini u
Para penonton yang termakan omongan Alice kembali memandang Nathan dengan tatapan curiga.Jika Nathan berbuat curang dan berkomplot dengan bos, itu berarti sifatnya sangat buruk.Namun, Nathan berkata dengan acuh tak acuh, "Aku berterima kasih pada bos, bukan karena dia memberitahuku mengenai informasi mangkuk giok.""Aku bahkan nggak kenal bos ini.""Sebaliknya, aku merasa bos dan Tetua Surya seharusnya saling kenal."Tatapan mata Tetua Surya tampak berapi-api, tetapi dia hanya menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa pun.Jantung Alice berdebar kencang. Apa yang terjadi?Benarkah seperti yang dikatakan Nathan, bos adalah orangnya Tetua Surya?Jika demikian, bukankah itu berarti ucapan Alice barusan hanya omong kosong belaka?Mana mungkin orangnya Tetua Surya bisa membantu Nathan berbuat curang?Monika maju ke depan dan berkata dengan nada tegas, "Pak Yosef, pihak penyelenggara konferensi penilaian barang antik kami punya data informasimu.""Asalmu dari Naroa dan sejauh yang kam
Sebaliknya, Tetua Surya, Alice, dan para pengikut Tetua Surya semuanya tampak putus asa dan marah. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa.Emilia menatap Nathan dengan mulut ternganga. Jadi, pria ini sekali lagi berhasil melawan semua orang dan kembali sebagai pemenang?Jenggot Tetua Surya bergetar. Wajahnya berubah pucat. Dia pun menggeram, "Katakan padaku sekarang, bagaimana kamu bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu?""Atau apa kamu menggunakan trik yang memalukan? Cepat katakan dengan jujur!"Tiara tersenyum sinis. "Nggak berani mengakui kekalahan? Dasar lelaki tua nggak tahu malu!"Nathan merentangkan tangannya dan berkata, "Apa metode yang aku gunakan untuk mengidentifikasi begitu penting?""Yang paling penting, aku sudah mengidentifikasinya dengan benar. Jadi, cucuku sayang, kamu kalah dan harus mengakuiku sebagai kakekmu."Semua penonton tampak antusias.Kemenangan Nathan sudah melampaui pemikiran semua orang.Situasi yang tiba-tiba berbalik ini membawa kege
Saat ini, Nathan mendekati Tetua Surya sambil membawa mangkuk batu giok.Tetua Surya mencibir dan berkata, "Sekarang, biarlah aku memberimu pelajaran, Anak Muda!""Aku sudah tahu keaslian dari mangkuk giok ini. Siap-siap saja memanggilku kakek," kata Nathan dengan nada datar.Tetua Surya berkata dengan nada tidak setuju, "Ingin aku memanggilmu kakek? Kalau begitu, kamu harus tunjukkan dulu kemampuanmu yang sebenarnya. Sekarang umumkan jawabanmu.""Nathan, itu asli," teriak Tiara."Lelaki tua itu sedang bermain taktik psikologis denganmu.""Dia pasti akan membiarkanmu memprediksi jawabannya, lalu menghabisimu dengan serangan mendadak. Faktanya, keaslian ataupun kepalsuan barang itu tergantung pada unsur berlawanan."Para ahli yang berada di antara kerumunan pun menyuarakan hal yang sama.Mereka semua pernah bertanding dengan Tetua Surya sebelumnya, jadi mereka tahu lelaki tua ini sangat licik dan punya cara unik dalam mengidentifikasi barang antik.Lantaran yang palsu sudah muncul, jadi
"Nathan, Tetua Surya adalah ahli dalam dunia barang antik. Mana mungkin dia mempersulit junior kecil sepertimu? Bukankah kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Permintaan Tetua Surya sangat masuk akal. Kamu bisa terus mengidentifikasi mangkuk giok yang satu lagi, atau kalau nggak, kamu harus mengakui kekalahanmu.""Nathan, kita nggak perlu bermain dengan bajingan nggak tahu malu seperti ini lagi. Ayo pergi," seru Tiara.Nathan menepuk bahu gadis itu dan berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Tiara. Aku mau dia memanggilku kakek hari ini."Tiara khawatir Nathan dirugikan. "Nathan, kamu nggak perlu seperti itu.""Tenang saja. Aku punya batasan," ucap Nathan.Nathan menghadap semua orang, lalu mengangkat mangkuk batu giok yang tersisa, sambil berkata dengan suara keras, "Sekarang, semua orang harus bersaksi untukku.""Hasil dari taruhan antara Tetua Surya dan aku akan ditentukan dari penilaian terakhir ini.""Kalau aku bisa mengenali keaslian mangkuk giok ini, lelaki t
Orang-orang di sekitar saling berpandangan. Semuanya tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan kelakuan Nathan."Apa yang dilakukan bocah ini? Setelah menghabiskan waktu begitu lama, dia hanya omong kosong dengan bos?""Dia malah bertanya apa bos akan menghargai mangkuk giok senilai puluhan miliar itu? Haha. Dia memang bertanya, tapi kenapa rasanya seperti nggak menanyakan hal penting apa pun?"Bahkan Monika, Tiara, dan juga Dokter Bayu pun dibuat bingung oleh Nathan.Entah apa yang sedang direncanakan Nathan.Tetua Surya berkata dengan tidak sabar, "Nathan, kamu sudah mengulur waktu begitu lama. Sekarang sudah saatnya kamu memberikan jawabanmu, 'kan?"Nathan hanya tertawa dan tidak menghiraukannya.Sebaliknya, dia dengan santai melempar mangkuk giok di tangan kirinya ke atas, seolah sedang bermain-main.Alice berkata dengan marah, "Nathan, apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau rusak? Apa kamu sanggup membayarnya?"Begitu dia selesai bicara, langsung terdengar suara 'prang'. Mangku
Anak buah Tetua Surya mencibir, "Bocah ini sama sekali nggak punya pengetahuan profesional, apalagi pengalaman dalam mengidentifikasi barang antik, tapi masih berani membual di sini.""Anak Muda, jangan buang-buang waktu untuk menebak secara asal lagi. Berlututlah di hadapan Tetua Surya dan akui kekalahanmu. Ini baru sikap yang seharusnya dimiliki oleh anak muda sepertimu."Tiara berkata dengan marah, "Mereka keterlaluan sekali."Nathan mengangkat dua mangkuk giok itu, lalu tersenyum sambil bertanya, "Nona Monika, dua mangkuk giok ini barang dari konferensi penilaian barang antik, 'kan?"Monika tertegun sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Benar, Tuan Nathan. Kami sudah menetapkan bahwa semua barang antik dan segala sesuatu yang dibawa datang harus berasal dari pedagang di konvensi tersebut."Wanita itu sedikit bingung. Di saat seperti ini, mengapa Tuan Nathan menanyakan hal ini?Nathan berkata dengan suara keras, "Kalau begitu, minta pemilik dari sepasang mangkuk giok ini maju s
Di bawah tatapan semua orang, pengikut Surya pun membawa keluar dua buah porselen yang identik.Dua buah mangkuk giok putih yang dihiasi pola biru dan putih.Wajah Monika tampak serius. Dia langsung mengingatkan, "Tuan Nathan, yang paling sulit dalam penilaian barang antik adalah yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi seperti ini.""Yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi?" tanya Nathan.Monika tampak tidak berdaya. Mengapa Tuan Nathan kelihatannya tidak mengerti apa pun?Namun, matanya yang begitu tajam bahkan bisa menemukan relik guru agung di dalam patung perunggu."Yang dimaksud punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi dalam penilaian barang antik secara khusus merujuk pada dua barang antik yang berbeda, yang satunya asli dan satunya palsu telah mencapai titik di mana mata telanjang nggak akan bisa membedakan keduanya lagi.""Lihatlah dua mangkuk giok ini, apa kamu menemukan perbedaannya? Inilah yang dikatakan punya
Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Masih nggak pantas disebut sebagai ahli. Aku hanya tahu sedikit saja."Monika tidak berani memercayai kata-kata Nathan lagi.Karena dia memercayai perkataan Nathan sebelumnya, dia baru berani mengajak Nathan dan Tiara pergi memilih koleksi dan memamerkan pengetahuannya tentang barang antik.Setelah dipikir lagi sekarang, Monika merasa canggung.Bukankah itu seperti memamerkan kemampuan di hadapan seorang ahli?Di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.Wajah Tetua Surya langsung berubah gelap. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku nggak percaya dengan ahli dari Beluno. Bawa kemari. Aku harus memeriksanya sendiri."Dokter Bayu menepis tangannya dan berkata, "Surya, apa yang kamu inginkan sebenarnya?""Dokter Nathan, biarlah dia memeriksanya. Dengan begitu, dia baru bisa menerima kekalahannya."Barulah Dokter Bayu menyerahkan relik tersebut. Tetua Surya menaruh relik itu di telapak tangannya, lalu memeriksanya berulang kali. Ra