All Chapters of Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa: Chapter 11 - Chapter 20

26 Chapters

Bab 11. Fitnah

Bab 11. Fitnahkantor Amarta Grup, atmosfer mulai berubah. Bisikan-bisikan tentang Aisyah terdengar di mana-mana. Beberapa karyawan berkumpul di pantry, membahas berita yang mereka dengar.“Aku dengar dia cuma jadi direktur utama karena dia anaknya Pak Hermawan. Kalau bukan anak pemilik, mana mungkin dia dipilih?” ujar seorang karyawan wanita.“Benar! Apalagi yang ku dengar dia cuma kerja sebagai ibu rumah tangga saja. Gimana bisa seseorang yang nggak punya pengalaman langsung memimpin perusahaan sebesar ini?” balas rekannya.Sementara itu, di ruangannya, Aisyah mencoba fokus pada dokumen di depannya. Namun, ia tidak bisa mengabaikan tatapan-tatapan aneh dari rekan kerjanya yang melintas di luar ruangan.Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya. “Masuk,” ujarnya.Rani, asistennya, melangkah masuk dengan wajah ragu. “Bu Aisyah, saya perlu memberitahu sesuatu.”Aisyah menatap Rani dengan tajam. “Apa yang terjadi, Rani?”“Saya dengar beberapa orang di kantor mulai membicarakan hal-hal tida
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 12. Berita Buruk Terus Menyebar

Bab 12. Berita Buruk Terus MenyebarPagi hari itu, Aisyah melangkahkan kakinya memasuki gedung perkantoran seperti biasanya, tenang dan penuh wibawa, namun tidak dengan semua karyawan yang melihat kedatangannya. Tatapan yang sebelumnya terlihat menghormati posisi nya kini berubah menjadi sinis, penuh kebencian dan rasa heran yang jelas di mata mereka. "Lihat, tuh, ibu rumah tangga yang mandul berlaga mau ngurus perusahaan ini." Bisik karyawan lain kepada temannya. Temannya menatap Aisyah jijik "Aku heran kenapa bisa pak Hermawan sampai yakin dan percaya kalau wanita kaya dia bisa pegang kendali bisnis ini, dari keliatannya aja gak meyakinkan banget.""Gak mungkin kalau pak Hermawan mau hancurin usaha kita dengan jadiin anaknya sebagai direktur utama kan? Dia harusnya tau kalau pegang perusahaan gak sama kaya ngurus rumah." Karyawan itu mengangkat bahu "Gak tau lagi apa yang di pikirin pak Hermawan soal dia. Udah cuma pernah jadi ibu rumah tangga, di tambah di ceraiin suaminya kare
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 13. Diam Bukan Berarti Lemah

Bab 13. Diam Bukan Berarti LemahHermawan terduduk di ruangannya di jam istirahat tengah melihat tren dan informasi mengenai pasar di sosial media. Jempolnya terus menggulir layar, dengan tatapan seriusnya membaca segala hal soal perkembangan keuangan yang ada."Sekarang orang kebanyakan lebih memutuskan via online untuk pembayaran apapun, ya." Gumamnya, saat melihat sebuah postingan.Layarnya beralih ke whatsapp grub cabang dan melihat berita terbaru. Tiba-tiba jempolnya terhenti saat melihat sebuah ketikan yang hampir mirip seperti sebuah proposal yang membuat jantungnya berdetak kencang sesaat.Dahi Hermawan mengkerut "Nepotisme dan Mandul: Kisah Anak Pemilik yang Menjadi Direktur tanpa Kompetensi?" Ia menggulir layar untuk melihat isi ketikan itu dengan seksama.Hermawan selalu punya cara untuk mengawasi anak buahnya dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan bergabung ke semua grup WhatsApp memakai nomor berbeda dengan nomer handphonenya yang sesungguhnya.Saat membaca keti
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 14. Laki-Laki Misterius

Bab 14. Laki-Laki Misterius"Farah.." ucap Aisyah dalam hati. Ia bergeleng "Lain kali, saya minta kalau ada yang mengatakan hal semacam ini lagi, bicarakan dengan saya pribadi. Saya tidak mau ada kekeliruan infomasi seperti ini lagi, laporan keuangan kita bisa kacau." Menatap semua karyawan dengan tegas "Dan ini berlaku pada divisi apapun, selalu konfirmasi kan pada saya sebelum memutuskan. Mengerti?"Semuanya mengangguk "Mengerti."Aisyah mengangguk "Baik, kita lanjutkan"Karyawan lain mengangkat tangan.Aisyah menatapnya "Ada pertanyaan?""Saya ingin memastikan sesuatu, karena seperti yang kami tau tentang rumor, apakah anda yakin bisa membuat perusahaan ini lebih baik? Mengingat anda sebelumnya tidak memiliki pengalaman kerja." Ucapnya dengan tatapan yang sedikit sinis.Aisyah menghela nafas berusaha tenang "Jika kalian lebih mengandalkan pengalaman dari pada pemahaman, saya akan mengerti mengapa kalian meragukan saya. Namun alian perlu ingat, bahwa terkadang memahami segala hal le
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 15. Masalah Bertubi - tubi

Bab 15. Masalah Bertubi - tubiHendra meraih secangkir kopi panas dan meminumnya dengan perlahan. Matanya tetap fokus pada laporan yang ada di mejanya.Ceklek..Suara pintu terbuka membuat Hendra mendongak dan melihat siapa yang masuk ke ruangannya. "Farah" ucapnya lalu meletakan cangkir kopi di atas meja."Paman." Farah menutup pintu dan mendekat ke meja kerja Hendra."Ada apa kamu kemari?" Tanya Hendra.Farah mendudukan dirinya di seberang Hendra dan tersenyum miring "Aku udah buat sedikit kekacauan di divisi keuangan."Hendra menaikan sebelah alisnya "Oh ya? Apa yang kamu lakukan?"Farah melipat tangannya di depan dada "Aku sudah bilang ke divisi keuangan jika rencana pengeluaran dana perusahaan di rubah Aisyah yang awalnya dua puluh juta menjadi lima belas juta."Hendra terdiam "Lalu, apa yang terjadi?"Farah tersenyum miring "Divisi keuangan jadi bingung, dan dia menjadi merasa bersalah juga karena salah menghitung dengan keputusan yang Aisyah tentukan. Ku rasa ini cara mudah unt
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 16. Apa Yang Harus Aku Lakukan?

Bab 16. Apa Yang Harus Aku Lakukan? Aisyah sejak tadi sedang duduk di pantry untuk beristirahat sejenak sambil memegang segelas air. Ia menghela nafas panjang "Baru mulai saja sudah ada masalah, Sungguh niat Farah menjatuhkan aku." Ia meneguk minumannya dan meletakkannya di meja."Mereka benar-benar mengujiku." Mulai berpikir "Aku harus cepat-cepat melakukan sesuatu, sebelum masalah semakin membesar" ucapnya bertekad.Suara dering telpon mengalihkan perhatiannya. Dengan segera dia merogoh saku celananya dan langsung mengangkatnya "Ya? Dengan Aisyah disini""Anda direktur utama yang baru di perusahaan Amarta Grub?" Tanya pria di sebrang."Iya, betul, pak. Ada apa ya?" Tanya Aisyah mencoba tetap tenang."Saya mau komplain!"Aisyah mengerutkan dahi "Komplain? Bapak mau komplain apa?""Kami sudah menyiapkan bahan mentahan untuk dua bulan seharga dua ratus juta sesuai pesanan anda, namun kenapa hanya di bayar lima belas juta saja?! Anda sedang menipu kami!? Bagaimana dengan sisanya?Aisya
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 17.Sedikit Titik Terang

Bab 17. Sedikit Titik TerangPak Rahmat menghela nafas. "Baik, Bu Aisyah. Saya akan memberi Anda waktu, untuk membuktikan jika ibu tidak bersalah. Tapi jika ini tidak terselesaikan dengan baik, saya tidak punya pilihan selain melaporkannya."Aisyah mengangguk. "Terima kasih, Pak Rahmat. Saya akan segera menyelidiki ini."Setelah Pak Rahmat pergi, Aisyah duduk di kursinya, mencoba menenangkan diri. Pikirannya berputar cepat. "Siapa yang bisa melakukan ini? Farah? Atau mungkin Arman? Atau bahkan Pak Hendra sendiri?" Ia tahu, ini adalah bagian dari rencana besar untuk menjatuhkannya. Tapi ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.Dengan tekad bulat, Aisyah mengambil teleponnya dan menghubungi asisten pribadinya, Rani. "Rani, saya butuh bantuanmu. Cari tahu siapa yang sering mendekati meja Pak Rahmat belakangan ini. Juga, periksa rekaman CCTV di sekitar area itu.""Baik, Bu Aisyah. Saya akan segera mengeceknya," jawab Rani.Aisyah menghela nafas. Ia tahu ini tidak akan mudah, tapi ia harus be
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 18. Sedikit Pelajaran

Bab 18. Sedikit PelajaranPak Rahmat mengerutkan dahi "Jadi, bisa di katakan ada oknum yang ingin menghancurkan perusahaan kita?" Aisyah mengangguk "Betul, pak. Orang ini yang memiliki niat untuk menjatuhkan seseorang atau perusahaan kita. Lihat saja?" Menunjuk layar "Bagaimana mungkin orang yang bertanggung jawab atas perusahaan ini berani membuat perusahaan kita rugi? Bahkan lebih parahnya dia melakukan hal yang sangat tidak baik, karena tidak memikirkan nasib perusahaan dan supplier kita" Pak Rahmat terdiam sesaat "Memangnya apa yang telah ia lakukan, Bu Aisyah?" Aisyah menghela nafas panjang "Dia melakukan perubahan terhadap pemesanan bahan baku ke supplier kita yang biasanya dua puluh juta tiap pesanan di rubah menjadi dua ratu juta. Anda bisa memikirkan selanjutnya bukan? Keuangan kita bisa tidak stabil karena harus mengganti rugi bahan yang terbuang." Pak Rahmat terkejut "Ya ampun, itu sangat fatal! Dua puluh juta menjadi dua ratus juta sangatlah besar! Bagaimana bisa dia
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 19. Rencana Baru

Bab 19. Rencana BaruFarah terdiam sesaat "Sebentar, biarkan aku berfikir dulu""Jangan sampai kita di pecat, aku baru saja bekerja disini!"Farah menghela nafas kencang "Aku juga sudah bekerja disini cukup lama, Arman! Jangan kamu pikir aku bisa tenang setelah mendengar ucapan Aisyah tadi.""Pokoknya, kita harus cari cara supaya kita selamat. Tapi bagaimana caranya?" Ucap Arman berusaha memikirkan solusi.Farah yang baru sadar terpikirkan sesuatu langsung tersenyum "Aku tau bagaimana caranya."Langkah Arman terhenti dan langsung menoleh padanya dengan penasaran "Apa itu?"Farah melipat tangannya di depan dada dan mengangkat dagunya "Minta bantuan pamanku. Dia pasti akan memberikan kita solusi."Arman berpikir sesaat "Boleh juga. Kamu benar." Tersenyum miring "semua orang pasti percaya pada kita jika Om Hendra berpihak pada kita""Tentu. Posisi Pamanku lebih tinggi, pastinya semua karyawan menghormati dia" ucap Farah dengan bangga.Arman mengangguk "Kalau begitu, kita harus segera mem
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 20. Kamu Itu Tidak Sendiri

Bab 20. Kamu Itu Tidak SendiriSementara itu, di kantor, Aisyah sedang duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian di rapat tadi. Dia tahu bahwa Arman dan Farah tidak akan tinggal diam setelah dihadapkan pada bukti-bukti yang ia tunjukkan. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan mereka merusak perusahaan ini lebih jauh.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Aisyah melihat layar ponselnya dan melihat nama "Papa" terpampang di sana. Dia menghela napas sebelum akhirnya mengangkat telepon."Halo, Papa," sapa Aisyah, mencoba menyembunyikan kelelahan dalam suaranya."Aisyah, kamu masih di kantor?" tanya Hermawan, suaranya terdengar tegas."Ya, Papa. Ada apa?" tanya Aisyah, mulai merasa tidak nyaman."Kamu harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," perintah Hermawan.Aisyah mengerutkan kening. "Papa, aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Bisakah kita bicara nanti?""Tidak, Aisyah. Ini penting. Pulang sekarang
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status