Semua Bab Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa: Bab 21 - Bab 30

41 Bab

Bab 21. Nasi Sudah Menjadi Bubur

Bab 21. Nasi Sudah Menjadi BuburRina, adik Arman, sedang asyik menonton serial drama favoritnya di ruang keluarga ketika Bu Ratna tiba-tiba masuk dengan wajah pucat dan langkah yang terburu-buru. Rina segera mematikan televisi, merasa ada sesuatu yang tidak beres."Bu, kenapa? Ada apa?" tanya Rina dengan suara penuh kekhawatiran.Bu Ratna duduk di sebelah Rina, tangannya gemetar saat mencoba meraih tangan putrinya. "Rina, ada sesuatu yang harus Ibu sampaikan. Ini penting."Rina mengerutkan kening, merasa semakin cemas. "Apa itu, Bu? Ibu terlihat sangat terguncang."Bu Ratna menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. "Kamu tahu Aisyah, kan? Mantan istri Arman?"Rina mengangguk pelan. "Tentu, Bu. Tapi dia sudah pergi dari keluarga kita. Kenapa tiba-tiba membicarakannya?"Bu Ratna menatap Rina dengan mata yang penuh emosi—marah, bingung, dan takut bercampur jadi satu. "Rina, ternyata Aisyah adalah anak dari keluarga Hermawan."Rina terkejut, matanya membelalak. "Apa? Keluarga He
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 22. Gosip

Bab 22. GosipKeesokan harinya, Bu Ratna dan Rina memutuskan untuk berbicara dengan Arman. Mereka tahu mereka harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat."Arman, kita harus bicara," kata Bu Ratna dengan suara tegas.Arman yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, merasa terganggu. "Apa lagi, Bu? Aku sedang sibuk."Bu Ratna tidak peduli. "Ini tentang Aisyah. Kita harus melakukan sesuatu sebelum dia menghancurkan kita."Arman menghela napas, "Bu, Farah dan aku sudah punya rencana. Ibu nggak perlu khawatir.""Rencana? Rencana apa? Apa yang bisa kalian lakukan sekarang? Aisyah sudah jadi direktur utama, Arman." Jawabnya penuh kekhawatiran.Arman menggelengkan kepala, mencoba menenangkan ibunya. "Ibu, Farah sudah punya strategi. Dia bilang kita harus bermain cerdas. Aisyah mungkin punya kekuatan, tapi dia juga punya kelemahan. Farah sudah tahu cara memanfaatkan itu."Rina yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Bang, apa rencananya? Apa yang bisa Farah lakukan? Dia cuma bawahannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 23. Omong Kosong

Bab 23. Omong Kosong"Sayur.. sayur.." ucap seorang bapak-bapak pedagang yang sedang berjalan sambil mendorong gerobak sayur.Bu Ratna keluar dari rumah "Beli, pak" menutup pintu rumah dan mendekati tukang sayur dengan senyuman ramahnya.Tukang sayur menghentikan langkahnya "Akhirnya ada yang beli juga. Mau beli apa, Bu?" Mengusap keringat yang ada di pelipisnya dengan handuk kecil di lehernya.Bu Ratna mulai memilih sayuran yang ada di gerobaknya "Sebentar, pak, mau pilih dulu biar enak nanti."Tukang sayur tersenyum "Oh, silahkan atuh.""Lagi beli sayur juga, bu Ratna?"Suara familiar itu membuat gerakan Bu Ratna terhenti di ikuti raut wajah yang sedikit terlihat tidak ramah "Iya." Melirik Bu Siti sesaat "Beli juga, Bu?" Tersenyum tipis.Bu Siti mengambil sebungkus sayur asem mentahan dan memperhatikannya "Iya, Bu, biasa kan kita harus masak buat keluarga" tertawa kecil. "Dan Bu Ratna juga ya? Dulu biasanya Aisyah yang beli keperluan dapur ke pasar atau ke bapak ini, benar kan pak?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 24. Bukan Wanita Lemah

Bab 24. Bukan Wanita LemahRendra duduk tegak di kursinya, telinganya masih menempel pada ponsel. Suara berat dari seberang terdengar tegas namun berhati-hati.“Tuan, situasi di Amarta Grup semakin buruk. Direktur utamanya, Aisyah, sedang dihujani fitnah dari berbagai arah.”Rendra menyipitkan mata. “Fitnah apa?”“Beberapa direksi senior dan pemegang saham menudingnya sebagai hasil nepotisme. Mereka beranggapan Aisyah tidak pantas memimpin, hanya dipilih karena dia putri Pak Hermawan. Padahal, kemampuan Aisyah sebenarnya cukup baik, hanya saja dia tidak pernah benar-benar menonjol sebelum ini.”Rendra mendengus pelan, mengetukkan jarinya ke meja. “Dan siapa yang paling vokal menentangnya?”“Farah dan pamannya, Hendra. Hendra merasa dia lebih berhak atas posisi itu dibandingkan Aisyah. Mereka berusaha mempengaruhi pemegang saham agar mencabut kepercayaan terhadap Aisyah.”Mata Rendra semakin tajam. “Ada alasan konkret atau hanya sekadar ambisi?”“Mereka memanfaatkan skandal. Ada dugaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 25. Bella

Bab 25. BellaBella duduk di meja kerjanya, menyilangkan kaki dengan anggun sementara matanya yang tajam memperhatikan ruangan luas tempatnya bekerja. Sejak awal, Bella tahu dia punya keuntungan besar dibandingkan karyawan lain. Dia tidak perlu bekerja terlalu keras, dan semua orang di kantor tahu dia "istimewa." Tidak ada yang berani menentangnya, terutama karena rumor yang beredar—bahwa orang tua Bella dan keluarga Rendra menginginkan mereka bersama.Bella bukan wanita biasa. Dia tahu apa yang diinginkannya, dan dia tahu bagaimana cara mendapatkannya. Sejak dulu, dia sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Pergaulannya selalu terbatas pada orang-orang kelas atas—miliuner muda, pengusaha sukses, dan pria-pria berkuasa yang bisa membukakan jalan baginya untuk hidup tanpa perlu bersusah payah.Sebagai seorang sosialita, Bella menguasai seni berbicara, menggoda, dan membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Penampilannya selalu sempurna—gaun mahal yang pas di tubuh rampingnya, tas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 26. Rencana Kotor Dimulai

Bab 26. Rencana Kotor DimulaiHendra menyilangkan tangan di depan dada, menatap Farah dan Arman dengan senyum tipis."Aku punya beberapa kontak di bagian IT," katanya pelan. "Kita bisa 'menyesuaikan' rekaman CCTV sedikit. Dan log keuangan Arman? Kita bisa membuatnya tampak seperti kesalahan sistem."Farah dan Arman saling bertukar pandang. Mata Farah berbinar, tetapi Arman terlihat lebih ragu."Serius, Paman?" tanya Farah, suaranya setengah berbisik."Tentu," jawab Hendra santai. "Kau pikir selama ini aku bisa bertahan di posisi ini hanya dengan bekerja jujur?"Arman menelan ludah. "Tapi… bukankah itu berbahaya? Jika Aisyah menemukan celah sedikit saja, kita bisa tamat."Hendra menatapnya tajam. "Kalau begitu, kita pastikan tidak ada celah."Farah tersenyum licik. "Aku suka idenya. Kita buat Aisyah terlihat seperti orang bodoh."Hendra berjalan mendekat, menepuk bahu keponakannya. _"Bagus. Kita tidak hanya akan menghapus jejak kalian, tapi juga mengalihkan perhatian.""Maksud Paman?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 27.Umpan Dalam Kegelapan

Bab 27. Umpan Dalam KegelapanFarah meremas jemarinya, masih gelisah. Ia melirik ke arah Arman, yang tampak tak kalah cemas. Hanya Hendra yang terlihat tetap tenang, bahkan tersenyum kecil seolah sudah mengatur segalanya."Paman, kita benar-benar selamat dari tuduhan itu?" suara Farah bergetar, matanya masih menyiratkan ketakutan.Hendra menyilangkan tangannya, bersandar ke kursi dengan santai. "Untuk sementara, iya. Tapi kita harus tetap waspada. Aisyah bukan orang yang mudah ditipu, ternyata dia pintar."Arman menghela napas berat. "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Jelas Aisyah masih menaruh curiga pada kita. Aku tidak menyangka ia sekritis itu."Hendra menyeringai. "Justru itu kesempatan kita. Kita akan membuatnya sibuk mencari hal yang tidak ada."Farah mengernyit. "Maksudnya?"Hendra mencondongkan tubuhnya ke depan, berbicara dengan nada pelan tapi tajam. "Kita buat dia mengejar bayangan.""Apa maksud Paman?" Farah mengulang pertanyaannya, suaranya lebih cemas k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 28. Barang Bukti Dari Rani

Bab 28. Barang Bukti dari RaniRani membuka pintu ruangannya, sedikit terkejut melihat Farah berdiri di depan pintu. "Farah?" tanyanya. "Ada yang bisa aku bantu?"Farah tersenyum ramah. "Aku cuma mau ngobrol sebentar, kalau kau tidak sibuk."Rani mengangguk dan membiarkan Farah masuk.Tiba- tiba Farah, menghela napas panjang. "Aku tidak seharusnya mengatakan ini, tapi aku mendengar kabar bahwa ada sesuatu yang mencurigakan dalam sistem IT perusahaan. Aku bahkan melihat file aneh di server saat aku sedang bekerja."Rani menegang. "Apa maksudmu? File apa?"Farah pura-pura ragu-ragu. "Aku tidak yakin... tapi aku sempat melihat nama Dika di sana."Mata Rani membelalak. "Dika? Tapi dia sudah dipecat!""Aku tahu, makanya aku bingung," kata Farah, lalu mengeluarkan flashdisk dari sakunya. "Aku sempat menyimpan beberapa file yang aku temukan, tapi aku takut ini hanya kesalahan sistem."Rani menatap flashdisk itu dengan curiga. "Aku harus menyerahkan ini ke Bu Aisyah."Farah berpura-pura pani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 29. Flashback Rani

Bab 29. Flashback RaniRani tengah membaca dokumen di mejanya di ruang rapat bersama karyawan lain, hingga suara langkah kaki seseorang mengalihkan perhatiannya. Dilihatnya seorang wanita dengan hijab, pakaian formal dan terlihat berwibawa melangkahkan kakinya dengan mantap memasuki kantor dengan penuh percaya diri."Aisyah Hermawan, mulai hari ini dia akan menjadi direktur utama disini." Akhir Pak Hermawan setelah rapat selesai.Semua karyawan menatap Aisyah tak percaya, sedangkan Rani hanya diam mengamati sosoknya dengan teliti. Walau baru melihatnya, Rani merasa bahwa Aisyah sosok wanita yang tangguhRani memperhatikan bagaimana wanita itu menyalami setiap kepala divisi dengan sikap profesional, menatap lawan bicaranya dengan mata tajam yang penuh pemahaman. Ia tidak sekadar mendengarkan laporan—ia membaca di balik kata-kata mereka, menganalisis, memilah mana yang jujur dan mana yang hanya bualan belaka.Dan benar saja.Beberapa hari setelah Aisyah resmi menjabat, ia memanggil Ran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 30. Harus Kuat

Bab 30. Harus KuatClick..Aisyah sejak tadi melihat isi flashdisk yang Rani berikan padanya "Farah..." Matanya terus melihat isinya dan melihat ada rekam jejak digital mengenai mantan karyawan bernama Dika di sana. Dahinya sesaat mengerut "Dika?" Mulai berpikir "Kalau tidak salah dia pernah bekerja disini dan di pecat karena alasan tertentu." Ia memegang pulpen dan mengetuk-ngetuk nya di meja "Apa hubungannya dengan ini? Apa ini pembalasan dendam karena tidak terima di pecat? Atau.." Aisyah menaikan satu alisnya "Ini permainan Arman dan Farah?" Suara dering telpon membuat fokusnya teralihkan, dengan segera di raih handphone di mejanya dan melihat layar "Papa" ia mengangkat dan menempelkan nya di telinga "Kenapa, pa?" Terdengar suara Hermawan di telpon "Tidak apa-apa, papa hanya sedikit kepikiran tentang kamu. Kamu baik-baik saja, Aisyah? Apa ada kendala?" Aisyah melirik layar laptopnya yang masih menampilkan file yang sedang di lihatnya "Tidak ada, pa" tersenyum "Papa sendiri ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status