Home / Romansa / Pesona Sang Penguasa / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pesona Sang Penguasa: Chapter 11 - Chapter 20

48 Chapters

11. Boneka Kecil

"Apa ada yang ingin kau katakan?" Astrid bertanya, karena Anna belum mengatakan apa pun. Padahal perempuan muda itu sudah berdiri selama beberapa menit. "Ya, aku ... sebenarnya sedikit keberatan ...." "Aku rasa kau terlalu lelah." Alaric lagi-lagi menyela, kali ini saat calon istrinya berbicara. "Kau sampai tergagap saat berbicara. Apakah keluargaku semenyeramkan itu?" "Sama sekali tidak." Anna dengan cepat menggeleng. "Aku hanya ingin mengatakan kalau ... aku menerima pernikahan dengan Alaric, tanpa ada maksud terselubung." "Tentu saja harus seperti itu." Alaric mengangguk seolah mengerti, walau wajahnya tidak menampakkan senyuman. "Lalu karena kita semua sudah lelah, sepertinya aku dan Anna akan pulang lebih dulu." "Ya?" Mendengar hal itu, Anna langsung melotot. Padahal Anna belum menyentuh makanannya sedikit pun, tapi Alaric sudah meminta pulang. Lelaki itu juga hanya makan sedikit sih, tapi Anna bahkan baru memotong steak dan tidak sempat memasukkan daging itu ke dalam
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

12. Ciuman

"Mana Anna? Kenapa dia belum bangun?" Itu adalah hal pertama yang Alaric tanyakan di keesokan hari. "Maaf, Tuan." Darcy mau tidak mau membungkuk. "Nona Anna sepertinya sedang tidak begitu sehat, makanya dia belum bangun." "Tidak sehat bagaimana? Rasanya semalam dia baik-baik saja. Dia tidak sedang ngambek seperti semalam kan?" "Sama sekali tidak Tuan. Semalam Nona Anna memang mengeluh sakit perut, tapi mengatakan akan baik-baik saja jika tidur." Masih Darcy yang menjawab. Sebelah alis Alaric terangkat. Padahal dia memerlukan perempuan yang lebih muda darinya itu, agar mereka berdua bisa mendaftarkan pernikahan. Apalagi hari ini jadwal Alaric bisa dibilang cukup padat dan tidak ada waktu lain untuk mendaftar. "Panggil Anna turun. Aku akan menunggu selama sepuluh menit." Sebagai asisten perempuan yang sedang dibicarakan, Darcy bergegas untuk naik ke kamar sang nona. Biar bagaimana pun, perintah tuannya harus lebih didahulukan. "Bisakah kau menyiapkan sarapan bubur untukku?"
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

13. Malam Pertama

"Kenapa kau terlihat seperti orang ketakutan? Apa ini ciuman pertamamu?" Itu yang dikatakan oleh Alaric saat itu. "Ka ... kata siapa?" Anna menghardik pelan. "Aku hanya tidak terbiasa harus dilihat oleh orang lain." "Kalau begitu, bertahanlah sebentar." Tanpa banyak bicara lagi, Alaric melangkah maju. Dia meraih pipi istrinya, membuat kepala yang jauh lebih pendek darinya itu mendongak agar lebih mudah untuk dikecup. Alaric membuka sedikit mulutnya dan sedikit mengulum bibir perempuan di depannya, tanpa mendapatkan reaksi berarti. Hal yang membuatnya tersenyum tanpa melepas pagutannya, makin membuat Alaric yakin kalau istrinya ini memang amatiran. "Sudah selesai," bisik Alaric nyaris kesulitan menyembunyikan senyumannya. "Kau sudah bisa membuka matamu." Kedua mata Anna yang terpejam dengan sangat erat, kini salah satunya terbuka dengan pelan. Dia menatap lelaki di depannya dengan sebelah mata terbuka itu, kemudian membuka yang satunya lagi dan langsung menundukkan kepala
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

14. Kerja Paksa

"Katanya Tuan Alaric hari ini pulang lebih cepat dan akan makan malam di rumah." Anna melotot mendengar apa yang dikatakan oleh asistennya barusan. Padahal dia sudah mati-matian menghindari perawatan area sensitifnya dan memilih pulang lebih cepat dari klinik untuk tidur cepat, tapi rupanya itu sulit. "Bukankah Tuan Alaric itu sibuk?" tanya Anna masih sedikit melotot. "Kenapa dia bisa pulang cepat?" "Tentu saja karena hari ini adalah hari pernikahan kalian. Suami mana yang akan pulang terlambat di hari seperti ini bukan? Apalagi, nanti akan ada makan malam bersama." "Ya?" Bukannya makin tenang, Anna malah makin syok. "Nyonya Elizabet dan Nona Astrid akan datang untuk makan malam di sini." Darcy tidak keberatan untuk menjelaskan. "Bukankah kemarin kami sudah makan malam bersama? Kenapa sekarang makan malam bersama lagi?" "Nyonya, ini pernikahanmu." Darcy mempertegas dengan kening berkerut bingung. "Walau mungkin ini pernikahan yang tidak sesuai dengan impianmu, tapi tetap
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

15. Kissmark

"Haruskah kau tidur di sini juga?" Anna yang sedang berdiri di ambang pintu kamar mandi bertanya, sembari menatap ke arah ranjang dengan kening berkerut. "Di sini adalah kamar yang paling besar," jawab Alaric tanpa mengalihkan perhatian dari tabletnya. "Lagi pula, kita sudah menikah." "Tapi tetap saja," cicit Anna benar-benar merasa khawatir. "Kau kan bisa tidur di sofa saja." "Kalau kau tidak ingin tidur di ranjang, tidak masalah. Kau bisa tidur di sofa, lantai, atau mungkin pergi ke kamar tamu. Di sana ada ibu dan kakakku." Alaric menatap perempuan yang sudah resmi menjadi istrinya itu, dari balik kacamata bacanya. Jujur saja, itu membuat Alaric terlihat sedikit lebih tampan dari biasanya. Hal yang membuat Anna kesulitan. "Aku tidak mungkin pergi ke kamar tamu." Anna tiba-tiba cemberut, karena merasa ketampanan lelaki di depannya sangat tidak masuk akal. "Mereka sudah membenciku dan mungkin akan makin membenciku karena tidak menjalankan tugas sebagai istri." "Kalau kau ta
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

16. Pondok Mertua Indah

"Dasar anak muda zaman sekarang." Elizabeth mengeluh, sembari menatap menantunya dengan tajam. "Masa ibu mertuanya tidak dilayani saat sarapan pagi." "Di sini ada asisten rumah tangga, Mom." Alaric yang menjawab ibunya, setelah menyesap sedikit kopi dari cangkirnya. "Lagi pula, kami masih berbulan madu. Hal yang wajar jika bangun terlambat." "Ya, tidak berarti kalian harus mengabaikan ketukan pintuku." Sayangnya Elizabeth tidak mau kalah dan makin melotot pada sang mantu. "Apalagi perempuan muda sepertimu, seharusnya bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, bukan hanya bergelut di atas ranjang dengan suamimu." "Tapi aku tidak tahu masak," balas Anna terlihat sedikit terkejut. "Bagaimana mungkin kau tidak bisa memasak?" Tentu saja Elizabeth akan menghardik. "Setidaknya kau bisa merebus telur atau memanggang roti kan?" "Aku tidak tahu semua itu." Sayangnya, Anna harus menggeleng. "Tapi seperti kata Alaric, di sini sudah ada yang mengatur itu semua ...." "Bukan berarti kau tidak
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

17. Orang Tua Gila

"Jadi kapan kau ingin membawa ayahmu datang? Kau belum menghubungi dia atau bagaimana?" "Kau tidak pergi bekerja?" Bukannya menjawab, Anna malah bertanya sambil menatap lelaki yang sedang duduk di sofa yang ada di dalam kamar tidur. "Bukankah aku sudah bilang?" Alaric menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari tabletnya. "Aku cuti selama satu atau dua hari ini. Mungkin lebih." "Padahal kita tidak benar-benar menikah," gumam Anna pelan. "Tapi kita harus terlihat benar-benar menikah." Kini Alaric menatap sang istri. "Jadi kapan kau mau menepati janjimu?" "Kapan aku berjanji seperti itu?" Tentu saja Anna akan bertanya dengan kening berkerut. Dia memang pernah membicarakan papanya, tapi rasanya tidak pernah menjanjikan apa pun, apalagi soal kedatangan sang ayah ke tempat tinggalnya sekarang. "Akan sangat aneh kalau kita menikah, tapi kedua orang tua tidak saling mengenal." Alaric menjelaskan, sembari kembali menatap tablet yang dia pegang. "Publik akan bergosip jika kita me
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

18. Ibu Tiri

"Kau siapa?" Anna berkedip mendengar pertanyaan barusan. Bibir perempuan itu sedikit terbuka, karena dia merasa bingung dan terkejut dengan pertanyaan dari orang yang berdiri di depannya. "Harusnya itu pertanyaanku," balas Anna setelah sadar dari rasa terkejutnya. "Kau siapa dan bagaimana bisa ada di dalam rumahku?" "Ah, kau anak dari si tua itu ya." Perempuan seksi dengan rambut panjang yang berdiri di ambang pintu mengangguk pelan. "Masuklah dulu." "Sebelum kami masuk, bagaimana kalau kau memperkenalkan diri dulu?" Walau Anna terdengar seperti enggan masuk ke rumah, tapi nyatanya dia melangkah masuk. "Katakan saja aku teman tidur papamu." "MAAF?" Anna nyaris saja memekik. "Kenapa kau terkejut seperti itu?" Perempuan yang mengaku sebagai teman tidur itu mengerutkan kening. "Tidak mungkin kau tidak tahu apa yang dilakukan papamu selama ini kan?" Anna tidak bisa menjawab dan hanya bisa berkedip saja. Dia tampak sangat terkejut dengan kenyataan itu, berbanding terbalik de
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

19. Memeras

"Hei, berhenti." Megumi memekik, sembari menahan lelaki tua di depannya. "Kenapa kau malah memukuli anakmu?" Bukan hanya Megumi yang sibuk berteriak dan berusaha, tapi Caspian dan Darcy juga melakukan hal yang sama. Mereka sedang berusaha menahan lelaki tua yang tadi sempat menampar Anna. Membuat perempuan yang ditampar terkejut, sembari memegang pipinya. "Lepaskan aku." Pria tua yang ditahan itu masih berusaha memberontak dengan sekuat tenaga, walau tentu saja itu adalah hal yang percuma. "Biar aku ajari anak durhaka ini." "Aku durhaka dari segi mana, sampai harus dipukuli seperti ini?" Tiba-tiba saja, Anna balas berteriak. "Kau kabur dan tidak mau menikah dengan Pak Fritz," hardik sang papa tidak lagi memberontak, tapi masih berteriak dan menunjuki putrinya. "Itu adalah tindakan durhaka." "Papa memintaku untuk menikahi lelaki yang nyaris seumur dengan papa demi membayar utang. Itu yang disebut durhaka?" Alaric yang tidak mengerti apa yang terjadi, hanya bisa melihat istr
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

20. Buka Baju

"Tuan, Nyonya Anna sudah tertidur." Darcy menghadap pada lelaki yang menggajinya itu. "Lalu bagaimana? Kalian sudah mencari tahu?" tanya Alaric yang sedang menggoyangkan gelas kaca berisi cairan alkohol berwarna cokelat. "Ya." Kali ini Caspian yang berbicara. "Ayah dari Nyonya bernama Roy dan sejak dulu, dia memang terkenal sebagai lelaki yang suka berganti pacar dan beberapa kali menipu pacarnya demi uang. Anehnya, Nyonya sama sekali tidak tahu ini." "Ini membingungkan," gumam Alaric mengembuskan napas pelan. "Dia ini sebenarnya peduli pada Anna atau tidak sih?" "Menurut saya tidak." Darcy dengan cepat membantah. "Kalau Roy ini memang peduli pada Nyonya, minimal dia akan meminta maaf. Tapi coba lihat apa yang terjadi tadi? Pria tua itu malah meminta uang." "Lalu, aku juga menemukan data ponselnya. Sepertinya si Roy ini menawarkan putrinya ke lebih dari satu orang pria tua," tambah Caspian disertai dengan embusan napas panjang. Alaric mendengus pelan, dengan sebelah bibir t
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status